-25-

736 115 8
                                    

Hanya bunyi mesin monitor detak jantung Rose yang kedengaran didalam ruang inapnya karena Jisoo dan anak anak hanya berdiam diri. Tadi Junghwan dan Ryujin sudah menangis setelah melihat sang Mama dan sekarang Junghwan bahkan sudah tertidur digendongan Asahi dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

"Maafkan Papa" Jisoo akhirnya memecahkan keheningan.

Anak anaknya sudah menatap kearahnya "Papa gagal menjaga Mama sama adek kembar kalian. Maafkan Papa" ulang Jisoo lagi.

Jihoon mengusap pundak sang Papa "Sudah lah Pa. Jangan menyalahkan diri Papa lagi. Lagian yang salah itu Tante Naya. Kepergian adek kembar aku juga sudah menjadi takdir kok. Papa harus kuat"

Jisoo tersenyum tipis lalu melirik jam dipergelangan tangannya "Jiun, kamu bawa adek adek kamu pulang terus istirahat. Sekarang sudah jam 8, kalian juga belum makan malam bukan? Kamu bawa adek adek kamu makan duluan sebelum pulang ya. Papa akan disini untuk menjaga Mama"

"Baiklah Pa" Jihoon menghampiri adek adeknya "Ayo pulang. Besok kalian harus sekolah"

"Ujin mau disini sama Mama" tolak Ryujin.

Jihoon tersenyum. Sebagai sosok saudara yang tertua, dia harus menjalankan perannya dengan baik. Ingin sekali dia menangis namun jika dia menangis, siapa yang akan menjadi sandaran adek adeknya? "Besok pulang sekolah kamu bisa kesini kok. Papa ada disini untuk menjaga Mama. Ayo pulang" ajaknya lagi.

Ryujin mengangguk sedih "Arreosso" pasrahnya.

"Ayo Sahi" ajak Jihoon lagi.

Asahi hanya patuh lalu bangkit dengan masih menggendong Junghwan "Kita pulang dulu" pamitnya kepada sang Papa.

"Iya. Makan malam duluan sebelum tidur. Uang jajan kalian nanti Papa transfer" ujar Jisoo.

"Tidak perlu Pa. Didalam kartu atm kita juga masih punya banyak uang kok" tolak Jihoon.

"Uang dikartu kalian itu mendingan digunakan untuk keperluan kalian saja. Soal jajan kalian gunakan saja uang Papa. Yang ada nanti Mama kalian malah ngomel ngomel sama Papa gara gara Papa pelit sama kalian. Kalian harus ingat kalau Papa ini Mr ATM loh" canda Jisoo yang membuat anak anaknya terkekeh kecil.

Setelah itu, para anak anaknya berganjak pergi meninggalkan rumah sakit.

Jisoo tersenyum menatap kepergian anak anaknya namun tidak butuh waktu yang lama, tangisan yang ditahan akhirnya kedengaran.

Setelah sekian lama, sosok yang sulit rapuh itu akhirnya kembali rapuh gara gara kondisi sang istri yang mengkhawatirkan.

"Sayang" lirih Jisoo menggenggam tangan Rose lalu mengecup punggung tangan itu berkali kali "Maaf, maafin aku. Aku gagal menjadi suami dan Papa yang baik buat kamu sama anak anak kita. Hiks maaf, maafin aku" isaknya.

Jisoo sadar, semua yang terjadi itu adalah salahnya. Andai saja waktu itu dia tidak memarahi istrinya, istrinya itu mungkin tidak akan keluar dari mansion sehingga mengalami kecelakaan.

Dan kematian kedua anak kembarnya juga membuat jiwa Jisoo kembali terguncang. Dia begitu antuasis dengan kehadiran anak kembarnya namun kejadian ini malah membuat dia harus kehilangan keduanya.



*

"Uwan, bangun dulu" Asahi membangunkan sang adek dengan lembut.

Tidak butuh waktu yang lama, Junghwan menggeliat kecil lalu membuka matanya "Hyung" rengeknya.

"Kita makan malam dulu ya. Nanti lanjut tidurnya dikamar saja" ujar Asahi mengusap kepala sang adek.

"Dimana Mama? Uwan mau Mama" Junghwan menatap sekeliling. Ternyata dia lagi berada disebuah restaurant bersama para saudaranya.

"Mama lagi istirahat dirumah sakit. Besok setelah pulang sekolah, kita besuk Mama ya" bujuk Jihoon.

Uwan menggeleng "Uwan mau Mama sekarang" rengeknya.

"Uwan, Nuna punya makanan enak nih. Ayo makan" bujuk Ryujin.

Seketika Junghwan menghentikan rengekannya dan ia memakan makanan yang diberikan oleh sang Kakak.

Ah, ternyata kelakuannya persis seperti sang Mama yang memang pencinta makanan itu.

Jihoon dan Asahi menatap Ryujin dengan kagum setelah yeoja itu berjaya membujuk sang adek.

"Keren" puji Jihoon yang dibalas senyuman bangga dari Ryujin..








Setelah selesai makan malam, Jihoon membawa adek adeknya untuk pulang beristirahat.

Sekarang jam juga sudah menunjukkan pukul 9 malam dan suasana mansion benar benar sepi.

Jihoon merindui sosok kedua orang tuanya.

"Ma, Mama harus sembuh. Jiun kangen Mama" gumam Jihoon sebelum mematikan lampu utama mansion.

Setelah itu, dia berganjak menuju kekamar Asahi.

Ceklekk

Dibukanya pintu kamar itu dengan pelan untuk memeriksa sang adek. Dia tersenyum menatap Asahi yang sudah tidur itu.

Seterusnya, dia membuka pintu kamar Ryujin yang berada disamping.

"Ujin, kok belum tidur?" Jihoon berjalan menghampiri kasur sang adek.

"Ujin kangen Mama" lirih Ryujin sedikit terisak.

"Nanti Mama pulang kok. Jangan mikir aneh aneh ya. Sekarang kamu tidur. Tenangkan fikiran lamu" Jihoon mengelus kepala Ryujin sehingga yeoja itu memejamkan matanya dan menikmati usapannya.

Tidak butuh waktu yang lama, dengkuran halus Ryujin mula kedengaran membuat Jihoon langsung menyelimutinya "Selamat malam kesayangan Oppa" gumamnya.

Akhirnya Jihoon berganjak memasuki kamarnya yang sudah terdapat sosok Junghwan yang tidur itu. Untuk hari ini, Junghwan akan tidur bersamanya karena dia takut adeknya tersadar dan menangis.

Ah, Jihoon benar benar menjalankan perannya sebagai sosok yang tertua dengan baik.









Tekan
   👇

Mr ATM✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang