Bab 13
Happy Reading!!!
****
“Kenapa sih gue harus pulang pergi sama lo, Bis?” keluh Xena kesal, begitu Bisma menyerahkan helm miliknya.
Jujur saja, Xena tidak suka opsi berangkat dan pulang bersama seperti ini. Ia terbiasa mengendarai motornya sendiri. Dan Xena rindu melakukan itu, karena sejak pertama kali masuk ke sekolah yang sama dengan Bisma, pria itu malah justru memberinya tumpangan.
Kebetulan waktu itu juga motor Xena masih berada di bengkel, membuatnya mau tidak mau menerima itu. Walaupun ayah tirinya bersedia mengantarkannya juga. Tapi karena tidak ingin merepotkan, Xena memilih untuk pergi bersama Bisma.
Sialannya malah keterusan hingga saat ini. Hanya malam di mana Bisma balapan itu Xena benar-benar mengendarai motornya, karena sebelum dan setelahnya Bisma siap sedia mengantarnya ke mana pun dirinya ingin pergi. Katanya biar berasa pacarannya. Lebay. Xena tidak mengerti di mana faedahnya.
“Padahal kalau pake motor masing-masing kita bisa sekalian balapan, Bis. Obsesi gue masih sama soalnya, pengen ngalahin lo di jalanan.”
“Lo gak akan bisa, Xen. Boncengan sama gue udah opsi yang paling benar, kita bisa tiba barengan. Gak perlu pake balap-balapan segala,”“Tapi kalau gini terus performa gue di jalanan akan menurun, Bisma!”
“Itu mah bukan masalah, Xen. Yang penting itu performa di ranjang,” ucapnya lalu terkekeh.
Jangan di tanya bagaimana respons Xena, karena jelas perempuan itu langsung melayangkan tendangannya di tulang kering Bisma. Membuat laki-laki itu mengaduh karena Xena memang tidak pernah main-main soal kekerasan.
“Otak lo, kotor benget sih, monyet!”
Bisma bukannya marah, malah justru tertawa puas, membuat teman-temannya yang terlihat tidak berniat meninggalkan sekolah menolehkan kepala, menatap Xena dan Bisma penasaran. Tapi sepertinya terlalu malas untuk menghampiri demi mencari tahu, karena duduk di bawah rindangnya pohon mangga yang ada di sudut parkiran telah membuat mereka nyaman.
Tadi, Bisma dan Xena pun ada di sana, becanda ria sambil menunggu kerumunan siswa mereda agar tidak berdesak-desakan dengan murid lain yang juga membawa kendaraan, begitu pula dengan murid yang jalan kaki. Sekarang sekolah tidak begitu ramai, tersisa anggota OSIS dan mereka yang mengikuti eskul. Sementara mereka berniat untuk nongkrong, tapi hanya Xena dan Bisma saja yang bangkit dan menghampiri motor. Ethan, Tian, Tama dan Bara tidak terlihat niat melakukannya juga.
“Untung aja lo ngumpatnya sama monyet, bukan sama gue,” Bisma menanggapi dengan ringan, seraya meraih helm dan langsung mengenakannya.
“Bodo amat, Bis. Bodo amat!” teriak Xena geram. “Minggir,” ujarnya kemudian sambil mendorong Bisma agar menjauh, lalu merebut kunci motor dari tangan laki-laki itu. “Gue yang bawa motor lo,”
“Jadi gue nih yang lo bonceng sekarang?” katanya menaik turunkan alisnya dan membantu Xena menarik motor sportnya yang berada diantara motor Ethan dan Tama. “Gue belum pernah di bonceng cewek, Xen. Malu aja gitu. Tapi gimana dong, gue juga penasaran. Jadi kayaknya gak akan nolak deh,” cerocosnya dengan wajah sok malu-malu.
“Yang bilang mau bonceng lo siapa?” lirik Xena, menatap datar kekasihnya.
“Maksud lo?”
“Motor lo gue bawa, lo nebeng sama mereka,” tunjuknya pada teman-teman Bisma yang sudah mulai bergerak berdiri.
“Loh? Xen—”
“Gue duluan,” ucapnya seraya melaju kencang meninggalkan parkiran.
“Sial! Xena. Woy, balik!” teriak Bisma memanggil, tapi tentu saja itu hanya sebuah kesia-siaan, karena Xena sudah melesat jauh, melewati gerbang sekolah yang terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Teen FictionSebelum menjadi saudara, mereka adalah sepasang kekasih yang kemudian berpisah karena alasan bosan. Namun seiringnya waktu berjalan, Bisma malah justru menyadari bahwa perasaannya terhadap Xena kembali tumbuh. Bukan lagi sekadar suka, melainkan tela...