Bab 32
Happy Reading!!!
****
“Ah, akhirnya lo balik juga, Xen!” Ethan mendesah lega kala mendapati kepulangan Xena. “Lo gak apa-apa ‘kan? Lo baik-baik aja? Motor gue? Motor gue baik-baik aja ‘kan?”
Xena mendengus mendapatkan pertanyaan bertubi-tubi itu. “Motor lo ringsek. Gue tabrakin ke tiang listrik.”“Anjing! Serius lo Xen?” namun Ethan tidak menunggu jawaban Xena, lebih memilih berlari ke depan guna mengecek keadaan motornya. Wajahnya panik, Ethan benar-benar takut terjadi apa-apa pada motornya. Si merah –sebutan yang Ethan beri pada motornya—sudah Ethan anggap seperti malika, yang di rawat dengan sepenuh hati.
Ethan bersyukur ketika tahu ucapan Xena hanya becanda. Motornya ternyata baik-baik saja. Ethan lega sekarang. Itu membuatnya kembali masuk ke dalam rumah Bisma. Mereka berlima berkumpul di sana sepulangnya dari sekolah, mengkhawatirkan Xena yang sama sekali tidak bisa di hubungi.
“Lo abis berantem sama siapa?” tanya Bisma setelah meneliti tangan Xena yang terdapat beberapa lecet juga memar.
“Lintang,” jawabnya sambil menyandarkan kepala di dada Bisma yang masih berbalut seragamnya. Entah apa alasan Bisma masih mengenakannya, padahal sudah di rumah. Terserah Bisma saja lah. Xena tidak mau terlalu menghiraukan itu. Ia lebih butuh dada Bisma untuk sedikit meredakan lelahnya, karena jujur saja dalam posisi bersandar seperti ini Xena selalu merasakan kenyamanan. Tidak salah memang ia menerima laki-laki itu kembali menjadi pacarnya. Setidaknya pelukan Bisma selalu berhasil memberinya rasa tenang.
Seperti sekarang contohnya. Emosi yang sejujurnya belum sepenuhnya reda, di tambah dengan lelah habis berkendara perlahan mulai berkurang dan terasa lebih baik ketika berada dalam pelukan Bisma. Tidak Xena pedulikan dengusan teman-teman Bisma yang sepertinya jijik melihat tingkah sok manjanya. Bodo amatlah.
“Lintang? Siapa?” mengerutkan dahi, Bisma tidak mengenalnya sosok itu, meskipun rasanya namanya terdengar tidak asing.
“Temannya Si Ryan itu. Yang kemarin malam nendang perut gue,” Bara membantu mengingatkan dengan nada sedikit kesal. Iya, mengingat kejadian kemarin malam emosi Bara tiba-tiba kembali naik hingga ingin sekali menghampiri Lintang dan menghajarnya habis-habisan. Malam itu ia belum benar-benar puas. Kalau saja sirine polisi tidak segera terdengar, Bisma yakin bisa membuat Lintang terkapar. Tapi ya sudahlah.
“Kok bisa lo berantem sama dia, Xen?” Tama bertanya heran.
“Salah sasaran,” jawab Xena tenang. “Gue juga heran kenapa teman-temannya Si Ryan jadi pada bego. Masa dia ngira gue itu lo, Than. Mentang-menatng gue bawa motor lo. Padahal gue pake rok. Makin seksi gue naik motor gede gitu. Kaki gue telanjang sampe ke paha atasnya loh. Buta emang tuh manusia! Untung aja gue gak jatuh meskipun motor sempat oleng karena dia tendang. Dua kali gue jadi bahan salah sasaran. Anjing emang!” ceritanya berapi-api. Kemudian sebuah sentilan Xena dapatkan dari Bisma yang menatapnya tak senang.
“Makanya jangan main pergi-pergi aja! Lo bikin gue khawatir tahu gak?!” Bisma bahkan tidak berhenti memikirkan Xena selepas kepergian perempuan itu dengan membawa kunci motor Ethan. Dan Bisma berniat menyusul andai saja bel masuk tidak segera berbunyi dan ia tidak tertangkap guru BK di tangga menuju parkiran.
“Gue emosi, Bis. Gue kesel! Cewek sialan itu benar-benar bikin gue pengen nelan dia hidup-hidup.” Tak bohong, Xena bahkan nyaris menghampiri Salsa dan menarik balik rambut terawat perempuan itu lalu membalikkan tamparan yang diterimanya andai saja ia tidak ingat masih berada di lingkungan sekolah.
“Tapi ‘kan lo gak harus pergi, Xen! Lo bisa lampiasin kekesalan itu sama gue,” ucap Bisma. “Rela gue di hajar habis-habisan sama lo dari pada khawatirin lo yang pergi entah ke mana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Teen FictionSebelum menjadi saudara, mereka adalah sepasang kekasih yang kemudian berpisah karena alasan bosan. Namun seiringnya waktu berjalan, Bisma malah justru menyadari bahwa perasaannya terhadap Xena kembali tumbuh. Bukan lagi sekadar suka, melainkan tela...