Step Brother - 7

2.3K 46 5
                                    

Bab 7

Happy Reading!!!

***

“Lo datang sama siapa?” tanya Bisma kala mendapati Xena datang menghampirinya.

“Menurut lo?” Xena memutar bola mata. Bisma kadang memang sebodoh itu, matanya tidak buta untuk melihat keberadaan Renata dan Milla di kanan kirinya tapi masih saja bertanya dengan siapa dirinya datang. Ck, sama sekali gak kreatif. Pertanyaan yang benar-benar basi.

“Kenapa gak bareng gue aja tadi perginya kalau emang lo mau ke sini?”

Mendengus, Xena menatap kekasihnya itu dengan malas. “Lo ada ngajak? Lo ada bilang mau pergi?” sekalipun saat itu Xena dengar bahwa Bisma dan teman-temannya akan pergi malam minggu ini, tapi Bisma tidak mengatakan apa-apa padanya di rumah tadi. Bisma bahkan sudah tidak ada ketika Xena keluar kamar untuk makan malam. Dan pria itu juga tidak sama sekali mengiriminya pesan sekadar untuk memberi kabar kepergian atau keberadaannya. Hanya saja Xena tahu jadwal balapan dan di mana tempatnya. Di tambah dengan Renata yang heboh sejak siang menceritakan mengenai siapa saja yang akan balapan malam ini. Hal yang membuat Xena semakin yakin dengan tebakannya mengenai rencana malam minggu Bisma dan teman-temannya yang dibicarakan waktu itu.

Menggaruk tengkuk yang tak gatal, Bisma meringis kecil. “Sorry, gue lupa ngabarin lo,” masalahnya selama ini, sekalipun ia memiliki pacar, Bisma tidak pernah memberi kabar jika akan bepergian, kecuali pada orang tuanya. Itu membuatnya jadi kebiasaan dan berakhir lupa untuk menghubungi Xena yang kini sudah kembali menjadi kekasihnya.

Satu tahun lalu mereka juga pernah pacaran, tapi hubungannya saat itu sama seperti dengan mantan-mantannya sebelum Xena. Bisma merasa terlalu berlebihan jika harus mengabari setiap kali dirinya ingin pergi atau melakukan apa pun. Menurutnya itu tidak begitu perlu, toh mereka hanya pacaran. Tidak perlu tahu segala hal. Bisma tidak suka hal-hal ribet seperti itu. Bisma tidak suka cewek manja dan posesif.

Namun sekarang jelas berbeda, hubungannya dengan Xena tidak seperti satu tahun lalu. Dulu Bisma pacaran tidak memakai perasaan. Sekarang ia mencintai Xena dan berharap hubungannya akan tetap terjaga hingga maut memisahkan mereka. Bisma serius dengan kekasihnya itu. Maka pasti perlakuan dan kebiasaannya pun harus berbeda.

“Belum terbiasa ngelakuin itu gue, Xen,” tambahnya seraya menarik perempuan itu ke dalam pelukannya, dan menyelipkan satu kecupan di pelipis kekasihnya.

Xena hanya memutar bola mata, tidak berniat memberi tanggapan. Toh, Xena juga tidak begitu mempermasalahkan. Xena hanya menjawab Bisma yang sepertinya hilang ingatan. Lagi pula sekalipun ia tidak menemukan Bisma di sini sekarang, Xena tidak akan cemas, karena pada akhirnya Bisma akan tetap pulang ke rumah yang di dalamnya juga ada dirinya.

Melepaskan pelukan Bisma, Xena kemudian melarikan pandangan ke sekeliling, mengabaikan teman-teman Bisma yang heboh menanyai kebenaran mengenai kembalinya hubungan mereka. Xena biarkan Bisma yang memberi penjelasan pada teman-temannya itu, dan ia biarkan umpatan-umpatan sebagai bentuk tanggapan lolos dari mereka. Xena tidak begitu peduli tanggapan orang selama apa yang dilakukan tidak melanggar hukum dan agama.

Ah, tapi Xena belum tahu juga sih, apa berpacaran dengan saudara tiri di perbolehkan atau tidak oleh undang-undang.

“Nyari siapa?” tanya Bisma kala menyadari sang kekasih seperti sedang mencari.

“Dewa!” jawaban yang Xena berikan bertepatan dengan netranya yang menemukan sosok yang dicarinya, membuat Xena memilih untuk sedikit berteriak agar pria yang di sebut namanya menoleh dan tidak pergi ke mana-mana.

“Mau ke mana?” cegah Bisma ketika Xena meloloskan tangannya dari genggaman Bisma.

“Nyamperin Dewa bentar,” jawab Xena, belum dapat menerka keadaan.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang