Step Brother - 6

2.2K 51 6
                                    

Bab 6

Happy Reading!!!

****

“Bisma,” panggil Xena ketika pria itu baru saja akan masuk ke dalam kamar, selesainya makan malam.

Biasanya mereka akan duduk dulu di ruang tengah, menonton televisi bersama Papa dan Mama sambil mengobrol mengenai kegiatan di sekolah, atau hal-hal random lainnya. Tapi malam ini tidak demikian, karena dengan alasan tugas sekolah, Bisma pamit kembali ke kamar.

Awalnya Xena tidak ingin menghiraukan, tapi mengingat kembali kalimat Bisma di sekolah siang tadi, membuat Xena akhirnya ikut-ikutan pamit dengan alasan dirinya pun belum sempat mengerjakan tugasnya. Faktanya, ia ingin membahas perihal perasaannya dengan Bisma. Untuk tugas, Xena sudah selesai.

Meskipun tidak bisa di bilang murid teladan dan anak baik-baik, Xena tidak pernah mengabaikan tugas sekolahnya. Ibunya yang memberi syarat. Saat itu Greta bilang, ‘kamu boleh nakal, tapi tolong imbangi dengan kepintaran.’  Dan sebisa mungkin Xena melakukannya, walaupun di beberapa kesempatan Xena akan memilih tidur atau bolos di tengah pelajaran. Untung saja otaknya tidak sebodoh itu. Setidaknya, di sekolahnya yang dulu ia selalu masuk sepuluh besar. Cukup membuat Greta puas dan tidak mesti malu memiliki anak sepertinya.

“Lo mau ngerjain tugas?” tanyanya berbasa-basi.

“Kenapa? Mau sekalian? Ogah!” ujarnya dengan nada mengesalkan dan putaran bola mata yang membuat Xena sontak melayangkan pukulan pada lengan laki-laki itu. Dan pukulannya benar-benar tidak main-main. Bisma sampai mengaduh karenanya.

“Papa, Mama, anak gadis kalian kasar. Aku di pukul—aw, aw … sakit Xena!” ringis Bisma semakin menjadi saat lagi dan lagi Xena malayangkan kepalan tangannya semakin membabi buta.

“Xena!” tegur Greta dari lantai bawah, tangannya yang berkacak pinggang membuat wanita berusia hampir empat puluh itu terlihat semakin garang. “Kenapa kamu pukul-pukul abang kamu, hah?” tanyanya dengan raut wajah galak.

Xena memutar bola mata malas mendengar itu. “Dianya ngeselin. Makanya aku pukul,” jawab Xena ringan. Tidak sama sekali merasa bersalah.

“Gue ngeselin apa coba?” Bisma menyahut tak paham. “Lo-nya aja yang bar-bar. Gue gak ngapa-ngapain juga main pukul aja.”

“Gue gak mungkin mukul kalau lo-nya gak resek!”

“Kapan gue resek?”

“Bodo amat, Bisma, bodo amat!” teriak Xena tepat di depan wajah Bisma, wajahnya memerah menahan kesal, sementara Bisma malah justru mesem-mesem. Senang melihat adik tirinya itu kesal. Beda hal dengan Xena yang bertambah kesal saja, hingga akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kamar, namun sebelum itu sebuah tendangan Xena hadiahkan lebih dulu di tulang kering mantan menyebalkannya. Membuat pria itu mengaduh dan meringis kesakitan. Namun Xena mana peduli, Xena malah justru membanting pintu kamarnya, hingga menimbulkan suara bedebum keras yang berhasil mengejutkan Bisma juga kedua orang tua mereka yang menyaksikan dari lantai bawah. Tapi setelahnya Bisma tertawa keras. Adik tirinya itu benar-benar menggemaskan ketika marah. Entah kenapa bisa ketika pacaran dulu Bisma sampai tidak menyadari itu.

“Senang banget sih jahilin adiknya, Bis!” Krisna menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan anak-anaknya. Bisma dan Xena memang tidak begitu dekat, tapi kejahilan tak jarang terjadi diantara mereka. Dan Krisna menganggap bahwa itu usaha Bisma untuk dekat dengan adik tirinya, ya meskipun sebenarnya usia mereka hanya selisih tiga bulan saja. “Minta maaf sana. Jangan sampai, loh, dia ngambek beneran,” titahnya kemudian.

“Iya, nanti aku minta maaf,” ucap Bisma sambil melengos.

“Sekarang, Bisma!” tegas Krisna.

“Ck, aku mau ngerjain tugas sekolah dulu, Pa. Besok dikumpulin soalnya,” bukan sepenuhnya karena itu sebenarnya. Bisma hanya malas saja meminta maaf pada adik tirinya itu. Lagi pula besok juga Xena pasti sudah biasa lagi. Perempuan itu tidak akan bisa lama-lama kesal padanya.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang