Step Brother - 19

1.2K 31 8
                                    

Bab 19

Happy Reading!!

***

Karena tidak ada siapa pun di rumah selain mereka berdua, Xena dan Bisma akhirnya memutuskan untuk sarapan di kantin saja. Xena enggan merepotkan diri memasak pagi-pagi, begitu pula dengan Bisma yang bangun saja kesiangan. Sangat-sangat tidak bisa di andalkan. Maka dari itu makan di kantin sudah menjadi keputusan yang tepat. Kebetulan Krisna pun memang menyarankan hal tersebut dengan memberi mereka uang saku lebih sebelum pergi.

Jangan sampai ketika Papa dan Mama pulang nanti kalian malah jadi kurus.”

Itu yang Krisna ucapkan ketika berpamitan. Xena geli sekaligus juga terharu. Ia tidak menyangka ibunya akan mendapatkan suami seperti Krisna yang tak hanya mencintai wanita itu saja, tapi juga Xena yang dibawanya. Hal ini membuat Xena semakin benci pada ayah kandungnya sendiri.

Tapi ya sudah lah. Xena tidak ingin merusak kebahagiaan barunya dengan mengingat keberengsekan ayah kandungnya yang telah membuangnya dan sang ibu begitu saja. Kebahagiaannya yang sekarang terlalu berharga dibandingkan orang tua yang membuatnya ada tapi tidak pernah mencurahkan kasih sayangnya.

“Buruan makannya, bentar lagi bel,” tegur Bisma sedikit mengejutkan Xena yang tengah melamun.

“Sok-sokan banget peduli sama bel,” ujarnya memutar bola mata. Tapi tak urung melakukan apa yang kekasihnya itu minta, walau tidak sampai seburu-buru itu juga.

“Gue sih bodo amat. Telat masuk kelas paling di hukum,” itu sudah hal biasa untuk Bisma.

“Gue cuma gak mau lo yang telat masuk kelas.”

“Kenapa? Takut gue di hukum juga?” tebak Xena, lalu dengusan kecil diloloskannya. “Di sekolah lama, ruangan BK sudah menjadi kelas kedua gue,” saking seringnya di panggil karena melanggar peraturan sekolah. Bahkan Xena pernah sampai di skors selama tiga hari gara-gara berantem dengan kakak kelasnya.

Sejak kecil ia sudah badung. Xena tidak akan merasa horor ketika sekarang mendapat hukuman andai ia terlambat masuk kelas. Apalagi jika hukumannya hanya keliling lapangan atau hormat di depan tiang bendera. Itu sudah sering Xena lakukan. Ia sudah terlatih. Tenang saja.

“Lo emang senakal itu ya, Xen?” Bisma tahu Xena bukan murid perempuan seperti yang kebanyakan dirinya kenal. Xena berbeda. sejak awal mengenal gadis itu Bisma tahu, Xena tidak anggun seperti perempuan-perempuan kebanyakan yang dirinya kenal. Tapi Bisma juga tidak tahu berada di level berapa kenakalan seorang Xena Cordelia.

“Lo bisa tanya Dewa. Dia yang paling tahu gimana gue,” jawabnya ringan. Xena tidak menyadari perubahan raut wajah Bisma ketika nama Dewa di sebut. Terlebih dengan fakta bahwa laki-laki itu lebih mengenal Xena dibandingkan dirinya yang adalah kekasihnya saat ini.

Berdecak pelan, Bisma kemudian meneguk air mineral miliknya hingga tandas, lalu bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Xena yang masih belum menghabiskan makanannya. Tiba-tiba saja Bisma di landa rasa kesal. Untuk pertama kalinya ia merasa seperti ini. Padahal dulu, ketika berpacaran dengan Xena dan melihat gadis itu dekat dengan teman-teman lelakinya, termasuk Dewa, rasanya biasa saja. Namun entah kenapa sekarang berbeda. Hatinya panas. Ia cemburu.

“Woy bayar dulu!” teriak Xena melihat kepergian Bisma yang meninggalkan kantin. Padahal awalnya Xena kira Bisma akan menemui penjual nasi goreng yang mereka nikmati untuk membayar, tahunya cowok itu malah melenggang begitu saja. Sialan!

“Ck, bisa-bisanya gue jatuh cinta sama cowok kayak lo,” gumamnya tak habis pikir. Namun tanpa berniat menyusul dan menanyakan tingkah tak jelas kekasihnya, Xena memilih untuk melanjutkan makan, menghabiskan nasi goreng dan susu cokelat favoritenya. Baru setelah itu turut meninggalkan kantin. Tapi tidak seperti Bisma yang main pergi begitu saja, Xena lebih dulu membayar apa yang dirinya dan Bisma makan. Untung saja uang yang digunakannya pemberian Krisna. Kalau bukan … jangan harap ia akan rela.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang