Bab 14
Happy Reading!!!
***
“Gimana ceritanya lo bisa di kejar kawanan Si Ryan, Xen?” pertanyaan itu datang dari Tama begitu mereka tiba di rumah Bisma, sementara Xena sudah lenyeh-lenyeh di sofa ruang tengah sejak setengah jam yang lalu.
Xena tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan Bisma dan teman-temannya sampai tiba begitu lama. Padahal perjalanan dari tempat tadi tidak begitu jauh. Xena bahkan sudah sempat mandi. Dan mereka baru datang setelah Xena tinggal santai. Mending kalau datang dengan membawa makanan, Xena akan berpikir lamanya mereka karena antre memesan makanan.
Faktanya tidak ada apa pun yang mereka bawa. Justru Tian dan Ethan langsung pergi ke dapur dami mengambil apa pun yang bisa mereka makan, tanpa sama sekali malu dan segan.
Ya, bagaimana tidak, Krisna memang sudah mempersilahkan mereka untuk menganggap rumah ini rumah mereka juga. Dan teman-teman Bisma tentu saja memanfaatkan itu.
Awal mengetahuinya, Xena sampai mencibir teman-teman saudara tirinya yang tidak tahu malu itu, tapi sekarang ia sudah terbiasa. Lagi pula apa haknya untuk melarang? Sekalipun ia sudah menjadi bagian dari keluarga di rumah ini, toh mereka teman-teman Bisma, dan Krisna sudah menganggap mereka anak-anaknya juga. Meskipun jujur saja Xena tak rela. Ia ogah punya saudara seperti mereka. Cukup Bisma saja. Itu juga ingin sekali Xena eliminasi. Alasannya supaya ia tidak mengecewakan siapa pun dengan asmara yang terjalin diantara mereka sekarang ini.
Tapi ya sudahlah, sudah begini takdirnya. Xena hanya berdoa semoga Tuhan memberi jalan untuk hubungannya ini.
Biaklah, mari kita lupakan itu untuk sejenak, karena bukan itu pembahasan mereka sekarang. Melainkan kejadian di jalanan tadi.
“Gak tahu gue. Mereka muncul gitu aja di belakang gue. Gue kira cuma kebetulan. Eh tahunya malah emang gue yang mereka kejar. Awalnya gue gak paham, lalu kemudian gue sadar lagi pakai motornya Si Bisma. Ck, hampir aja gue celaka!” deliknya pada sang kekasih yang sedang fokus bermain PS melawan Bara.“Makanya jangan main rampas motor orang!” ujar Bisma tanpa mengalihkan mata dari game yang sedang dimainkannya.
“Siapa suruh lo larang gue bawa motor sendiri.”
“Gue cuma mau kita berangkat bereng, Xen. Biar sweet kayak orang pacaran pada umumnya,” jawabnya ringan, di susul kedipan mata, lengkap dengan senyum sok manisnya.
Hal itu tentu saja menimbulkan reaksi beragam teman-temannya. Tama sampai melempar bantal sofa yang ada di bawah kepalanya, sementara Ethan yang kebetulan sedang makan hasil rampokannya di dapur Bisma berekspresi seakan ingin muntah. Xena sendiri mendengus jengah pada kekasihnya itu.
“Perasaan dulu biasa-biasa aja tuh berangkat masing-masing,” maksudnya Xena dengan motornya begitu pula dengan Bisma, sekalipun tujuan mereka sama. Dan Bisma tidak pernah mempermasalahkan itu.
“Itu ‘kan dulu. Sekarang beda lagi. Perasaannya lebih dalam, sampai pisah sebentar aja rasanya tuh berat-berat gimana gitu,” katanya sembari melempar kedipan genit pada sang pacar.
Namun seperti biasa, bukannya tersipu layaknya perempuan kebanyakan yang malu-malu ketika di goda pria tampan, Xena malah justru bergidik jijik, hingga sebuah bantal segera dilayangkannya dan berhasil mengenai wajah Bisma yang kebetulan sudah mengalihkan atensi dari PS-nya.
“Lo sekalinya jatuh cinta menjijikan benget, ya, Bis?” Bara bergidik menatap horor teman satunya itu.
“Wajar aja cewek-cewek di sekolah sampai natap Xena kayak mau mangsa dia. Perlakuan lo berbeda,” timpal yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Novela JuvenilSebelum menjadi saudara, mereka adalah sepasang kekasih yang kemudian berpisah karena alasan bosan. Namun seiringnya waktu berjalan, Bisma malah justru menyadari bahwa perasaannya terhadap Xena kembali tumbuh. Bukan lagi sekadar suka, melainkan tela...