Bab 22
Happy Reading!!!
***
Jam kosong adalah surga bagi murid-murid seperti mereka. Tidak peduli ada tugas yang harus di kerjakan nyatanya kebanyakan dari mereka memilih untuk mengerjakan kegiatan lain. Bergosip, itu menjadi bagian para wanita sementara yang laki-laki asik dengan game online-nya. Tapi kali ini Bisma justru menarik Xena keluar dari kelas. Dan rooftop menjadi tujuannya.
Untuk pertama kalinya Xena dibawa ketempat ini setelah beberapa minggu sekolah sini. Tidak ada yang istimewa. Tempat ini tidak jauh berbeda dengan atap sekolahnya dulu, tapi meski begitu xena menyukainya.
Bersama teman-temannya dulu, Xena selalu menghabiskan waktu di atap sekolah yang jarang di kunjungi oleh siswa lain. Bahkan guru-guru tidak pernah menjangkaunya, membuat mereka bebas melakukan apa pun termasuk meroko.
Iya, beberapa temannya di sekolah lama memang sudah aktif menyentuh barang tersebut, tapi senakal-nakalnya Xena, ia tidak pernah tergiur untuk mencicipinya. Dan berteman dengan laki-laki bandel tidak selalu memberi dampak buruk. Buktinya Xena baik-baik saja selama ini. Ia justru di lindungi oleh Dewa dan teman-temannya, pun ketika ia berpacaran dengan Ryan yang merupakan ketua geng motor yang selalu terlibat keributan.
Menurut Xena, bertemen dengan mereka itu menyenangkan. Dan dibandingkan kerugian, ia justru mendapat banyak keuntungan. Ia di perlakukan bagai ratu, walau keterpaksaan kerap kali dirinya lihat di wajah teman-teman lelakinya.
Semula Xena merasa akan kesepian di sekolah barunya karena jauh dari Dewa dan teman-temannya yang lain, tapi ternyata teman-teman Bisma tidak membiarkannya sendirian. Sebagaimana teman-teman Dewa memperlakukannya, begitu pula teman-teman Bisma memperlakukannya. Membuat Xena tidak begitu merasa kehilangan.
Sial saja Bisma yang sekarang lebih menjengkelkan. Laki-laki itu lebih senang mereka menghabiskan waktu berdua dari pada rame-rame dengan teman-temannya. Tidak heran Tama mengatai laki-laki itu bulol, alias bucin tolol. Tingkah Bisma memang menggambarkan itu.
Xena bukannya tidak bersyukur dengan kebucinan kekasihnya, ia geli saja rasanya. Xena belum terbiasa dengan tingkah Bisma yang baru. Ketika pacaran dulu, cowok itu begitu cuek, apa pun yang Xena lakukan Bisma tidak pernah terlihat keberatan. Dibandingkan pacaran, mereka lebih seperti teman biasa. Jauh berbeda dengan sekarang.
“Kita ngapain ke sini sih?” tanya Xena begitu menyusul Bisma duduk di sofa butut yang ada di sana. Entah siapa yang membawanya, tapi keberadaannya cukup berguna.
“Tidur. Ngantuk gue. Di kelas berisik,” setelahnya Bisma menurunkan tubuhnya untuk berbaring di sofa buluk yang ukurannya cukup panjang walau tidak bisa menampung keseluruhan tinggi badannya. Tak masalah, ini cukup nyaman, apalagi kali ini ada paha Xena yang menjadi bantalnya.
“Ck, makanya kalau waktunya tidur itu tidur, bukannya kelayapan dan bikin waktu sekolah lo jadiin waktu tidur!”
Xena menoyor kening Bisma tanpa perasaan, bikin cowok itu mendelik, namun memilih untuk tidak menanggapi dan malah menyuruh Xena untuk memberi usapan di kepalanya. Bisma benar-benar sedang butuh tidur bukan omelen Xena yang berisik itu. Dan tidak butuh waktu lama untuk Bisma menjemput mimpinya, meninggalkan Xena yang akhirnya memilih memainkan ponsel untuk membuang kebosanannya.
Kebetulan ada pesan dari Dewa dan kedua teman perempuannya di sekolah lama yang tadi sempat terabaikan.
Cukup lama Xena asyik dengan ponselnya sampai tidak menyadari sejak kapan Bisma bangun dari tidurnya. “Ke ganggu ya?” pasalnya Xena menyadari bahwa dirinya memang banyak gerak sejak tadi. Kakinya pegal, tapi ia berusaha untuk hati-hati. Tidak menyangka bahwa pergerakannya masih tetap membuat tidur Bisma terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Teen FictionSebelum menjadi saudara, mereka adalah sepasang kekasih yang kemudian berpisah karena alasan bosan. Namun seiringnya waktu berjalan, Bisma malah justru menyadari bahwa perasaannya terhadap Xena kembali tumbuh. Bukan lagi sekadar suka, melainkan tela...