Bab 28
Happy Reading!!!
***
“Abis berapa ronde lo berdua? lama banget perasaan,” tanya Tian menyambut kedatangan Xena dan Bisma ke halaman belakang.
“Berisik lo, Yan!” delik Xena melangkah begitu saja melewati Tian dan meninggalkan Bisma di belakangnya. Laki-laki itu tidak merespons apa-apa, raut wajahnya terlihat tenang, berbeda dengan Xena yang terlihat salah tingkah.
Tapi, karena pengendalian dirinya yang lumayan baik, Xena bisa bersikap biasa saja di depan teman-temannya. Mereka juga tidak ada yang membahas mengenai apa yang dilakukannya dengan Bisma hingga mengurung diri di kamar. Mereka terlalu asyik dengan acara yang dibuat dadakan ini.
Itu lebih baik, setidaknya Xena tidak perlu malu dan bingung mencari alasan.
Sepertinya mereka paham. Bodo amat lah. Xena tidak ingin mengingat apalagi membahasnya.
“Xen, lo mau kentangnya gak?” tawar Renata sambil mengangkat kentang yang baru matang menggunakan pencapit di tangannya.
Tentu saja Xena tidak menolak. Ia cepat-cepat menghampiri temannya satu itu, menyodorkan piring yang sudah diisi daging serta sosis pemberian Milla, lalu menerima kentang dari Renata. Namun ternyata tidak hanya kentang, buncis dan wortel pun tidak ketinggalan Renata tambahkan ke piringnya, membuat Xena tersenyum lebar, kebetulan ia memang lapar.
“Saosnya mana?”
“Tuh di pegang Bara,”
Melirik, Xena kemudian mendengus mendapati botol saos dimonopoli Bara yang begitu semangat menikmati segala menu hasil bakaran Renata.
Sejak awal Tiam memang tidak salah, Bara pasti akan makan paling banyak. Dan sepertinya mentang-mentang semua di beli menggunakan uangnya, Bara bebas memakan apa pun saat ini. Xena hanya geleng kepala saja melihatnya. Tapi tak urung merebut botol saos di tangan Bara.
“Besok jangan lupa ke gym, Bar, sebelum nanti lo lihat perut lo berubah buncit.” Xena mengingatkan. Iya, meskipun doyan makan nyatanya Bara tetap memperhatikan bentuk tubuhnya. Itu yang Xena suka dari Bara.
“Tenang, Xen, gue udah buat janji itu untuk besok,” jawab Bara sebelum kembali menyuapkan potongan daging ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan semangat. “Lo gak pernah bilang kalau punya teman yang jago masak,” tanyanya kemudian.
“Ck, dia cuma jago bikin ginian doang. Itu pun karena gak butuh banyak bumbu aneh-aneh, cukup garam sama merica. Lo jangan pernah deh minta dibuatin nasi goreng atau apa pun itu selain ini,” tunjuk Xena pada piringnya.
“Kenapa?”
“Nanti lo nyesel dan berakhir gak doyan makan lagi.”
“Seburuk itu emang?”
“Hm,” Xena mengangguki sambil sesekali menyuapkan makanannya. “Apa aja dia masukin tanpa takaran yang benar, bikin nasi goreng yang seharusnya enak, malah jadi racun yang bikin lo mual-mual.”
“Masa sih?” jujur saja Bara sangsi. Renata terlihat ahli saat memanggang daging dan segala pelengkapnya. Perempuan itu seperti sudah terbiasa dengan segala macam kegiatan dapur. Jangan salahkan jika ia tidak percaya pada apa yang Xena katakan.
“Lo coba minta masakin aja ntar kapan-kapan,” Xena mengedikkan bahu singkat, lalu memilih fokus pada makanannya, sampai akhirnya Bisma datang membawa beberapa daging dan buncis yang terlihat masih mengepul. Setelahnya mereka makan bersama dengan diselingi obrolan ringan yang kerap menghadirkan tawa. Renata yang semula sibuk dengan panggangannya kini sudah bergabung dengan mereka dan menikmati hasil barbeque-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Teen FictionSebelum menjadi saudara, mereka adalah sepasang kekasih yang kemudian berpisah karena alasan bosan. Namun seiringnya waktu berjalan, Bisma malah justru menyadari bahwa perasaannya terhadap Xena kembali tumbuh. Bukan lagi sekadar suka, melainkan tela...