Step Brother - 36

667 21 10
                                    

Bab 36

Happy Reading!!

***

“Kenapa sih tuh guru main ulangan-ulangan aja. Gak tau apa ya, kalau gue belum siap-siap? Kalau nilai gue rendah gimana coba?!” gerutu Tian setelah guru matematika meninggalkan kelas, tepat ketika bel istirahat berbunyi.

“Kayak yang suka belajar aja lo, Yan, sok-sokan pake siap-siap segala,” cibir Ethan melengos malas.

“Ya, kan maksudnya siap-siap contekan, Than.”

Pletak.

Sebuah jitakan lantas Tian dapatkan dari Bara dan Tama, membuat laki-laki itu mengaduh seraya melayangkan delikan. “Sakit Monyet!”

Sayangnya tidak ada yang peduli, Bara dan Tama memilih untuk mengayun langkah keluar dari kelas. Tujuannya sudah pasti kantin. Karena nyatanya gara-gara ulangan dadakan barusan, tidak hanya kepala yang pening, perut pun ikut keroncongan. Dan kantin jelas tujuan yang menarik untuk sekarang.

Xena yang selesai memasukan peralatan tulisnya ke dalam tas pun segera menyusul, meninggalkan Bisma di tempat duduknya. Padahal sejak tadi Bisma menunggu Xena. Tapi malah di tinggal begitu saja.

Pacar sialan memang!

“Bisma, princess lo nyamper nih,” teriak Tama berhasil mengalihkan semua pasang mata yang masih berada di dalam kelas. Mulanya mereka bingung, pasalnya Xena baru saja keluar dari kelas, tapi ketika Salsa menunjukan diri di ambang pintu, barulah mereka paham siapa princess yang di maksud.

Ah, seharusnya mereka sudah tahu itu. Bukan sekali dua kali Salsa menghampiri Bisma baik di kelas atau di mana pun Bisma berada, tapi setelah ada Xena sepertinya mereka sedikit melupakan tentang itu.

Bagaimana tidak, Bisma selalu menempel dengan Xena. Bahkan tidak segan cowok itu menunjukkan kebucinannya. Hal yang tidak pernah Bisma lakukan sebelumnya. Itu bikin semua siswi yang menyukai Bisma iri. Dan sebagian mulai merasa tidak lagi memiliki harapan. Bersaing dengan Salsa saja sudah mustahil, apalagi dengan Xena yang terlihat begitu dicintai Bisma. Pupus sudah segala angan untuk bisa bersanding dengan Bisma.

Hallo Honey,” sapa Salsa dengan manis seperti biasanya. “Ke kantin yuk, aku lapar,” ucapnya dengan manja seraya mengampit tangan Bisma. Risi. Itu yang Bisma rasakan setiap kali Salsa berada di sampingnya.

“Pergi sendiri sana. Gue udah punya cewek.”

“Ya ‘kan cewek kamu itu aku,”

“Cih, mimpi!”

“Ish, kamu tuh kenapa sih, Bis? Apa coba kurangnya aku? Aku jelas lebih cantik dari cewek itu. Aku pintar, berprestasi. Body aku juga seksi.”

“Iya Sal, lo emang sempurna. Tapi tetap aja gue gak suka sama lo.”

“Ya tapi kenapa?” desak Salsa tidak terima.

“Karena lo bukan Xena,” lalu setelahnya Bisma menarik tangannya dari belitan tangan Salsa dan melangkah pergi meninggalkan kelas juga Salsa yang mematung di tempatnya. Wajah perempuan itu begitu merah, amarah terkumpul di sana. Tangannya bahkan sampai mengepal. Dan itu bikin orang-orang yang masih ada di kelas segera menurunkan pandangan dan menyibukan diri pada apa pun, yang penting tidak ketahuan memperhatikan sang ratu yang siap menyemburkan kemarahannya. Ada juga yang memilih berlari keluar dari kelas karena tidak mau mendapat amukan. Baru, ketika Salsa melenggang keluar, mereka menghela napas lega. Tak terkecuali Tian dan Ethan yang masih tertahan di kelas, entah karena alasan apa.

“Siap-siap nih Si Xena kena lampiasan amarah nyi blorong,” gumam Ethan.

“Herman gue, kenapa selalu Xena yang kena? Padahalkan Si Xena gak bikin ulah apa-apa,”

“Hooh, harusnya juga Si Bisma yang kena damprat. Kan dia yang bikin nenek lampir itu patah hati,”

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang