Happy Reading!!!
****
“Yes, akhirnya gue bisa bawa motor sendiri lagi!” girang Xena, lalu mengusap-usap motornya dengan penuh rasa haru. Berbeda dengan Bisma yang terlihat masam sebab mulai hari ini tidak ada lagi Xena yang duduk di boncengannya dan memeluknya sepanjang perjalanan.
Iya, gara-gara kesepakatan mereka kemarin malam, mereka resmi pergi sekolah sendiri-sendiri demi tidak membuat orang tua curiga pada hubungan yang mereka jalin sembunyi-sembunyi ini.
Awalnya Bisma tidak setuju, tapi benar apa yang Xena katakan. Orang tua mereka bisa curiga dengan kedekatan mereka, terlebih ibu Xena. Sekali dua kali pergi dan pulang bersama mungkin tidak masalah. Greta akan memahami. Tapi kalau setiap hari … Greta pasti akan bertanya-tanya.
Alasan mereka satu sekolah mungkin memang masuk akal, tapi masalahnya Greta mengenal anaknya, wanita itu tahu kalau Xena tidak suka bergantung pada orang lain. Xena bukan gadis manja yang lemah. Selain senang motoran, Xena juga pandai berkelahi.
Tidak ada yang perlu di khawatirkan mengenai Xena. Greta tahu itu. Jadi, jika Bisma menggunakan alasan agar ia bisa sekalian menjaga Xena jelas bukan hal yang akan Greta percaya. Greta pasti akan langsung mencium kejanggalan anak-anaknya. Makanya sebelum hal itu terjadi Bisma dan Xena sepakat untuk berangkat sekolah dengan kendaraan masing-masing. Meskipun sebenarnya Bisma tak rela.
Rasanya berat.
Tapi mau bagaimana lagi, untuk saat ini mereka memang harus menyembunyikan dulu hubungan ini, kecuali siap menerima segala konsekuensi yang jelas sudah mereka ketahui apa-apa saja itu.
Bisma pasrah. Meski begitu tetap ada aturan yang Bisma beri untuk kekasihnya. Salah satunya …
“Lo tetap jangan pergi-pergi seenaknya, Xen! Apalagi sampai gak ngasih tahu gue. Pokoknya lo tetap harus dalam jangkauan pandangan gue. Awas aja lo kalau main kabur-kaburan!”
“Iya bawel!” jengah Xena memutar bola mata. Setelahnya Xena memakai helm dan naik ke atas motornya yang baru selesai dipanaskan. Kemudian melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah, yang langsung diikuti Bisma dari belakang.
Xena hanya berdecak pelan menyadari keposesifan kekasihnya itu. Tapi Xena tidak ingin merusak hari baiknya dengan terlalu memikirkan tingkah Bisma yang manis sekaligus juga menyebalkan. Xena memilih untuk fokus berkendara karena, jalanan cukup ramai pagi ini. Meski begitu bibir Xena tak hentinya tersenyum sepanjang perjalanan menuju sekolah. Rasanya benar-benar bahagia.
Meskipun jika boleh jujur, ada sebagian kecil dalam hatinya yang merasa hampa. Mungkin karena belakangan terbiasa berada dalam boncengan Bisma, hingga ketika pergi terpisah seperti ini jadi terasa berbeda. Seperti ada yang kurang. Namun Xena tidak terlalu memedulikan itu. Toh di sekolah juga mereka tetap bersama. Ada banyak waktu yang mereka punya. bahkan hampir dua puluh empat jam, mengingat selain satu sekolah, satu tongkrongan, mereka juga tinggal di satu atap yang sama. Bisma bisa menerobos kamarnya kapan saja seperti biasanya. Meskipun untuk yang satu ini Xena kerap merasa kesal.
Bisma selalu mengganggu tidurnya.
Memasuki parkiran, Xena dapat melihat Ethan dan Bara sudah datang, terlihat asyik mengobrol dengan beberapa orang laki-laki yang tidak cukup Xena kenal. Xena hanya kadang melihat mereka berbicara atau sekadar bertegur sapa ketika tidak sengaja berpapasan dengan Bisma dan teman-temannya.
Dan kedatangan Xena berhasil mengalihkan mereka, Ethan bahkan sampai melompat dari duduknya di atas motor, menghampiri Xena lalu menggodanya karena akhirnya berhasil juga menunggangi motor kesayangannya ke sekolah.
“Gimana ceritanya Si Bisma izinin lo bawa motor sendiri, Xen?” Ethan tidak lupa hari itu Xena sampai bad mood gara-gara Bisma begitu kukuh agar Xena tetap berangkat dan pulang bersama laki-laki itu. Katanya biar kayak orang pacaran beneran. Tidak salah ‘kan kalau sekarang Ethan penasaran kenapa tiba-tiba saja Xena datang ke sekolah dengan motornya? Tidak lagi berada di boncengan Bisma seperti biasanya.
“Nyokap sama Bokap udah pulang,” jawab Xena dengan berbisik mengingat di parkiran banyak orang yang tidak tahu menahu mengenai status Bisma dan Xena yang lainnya. Yang orang-orang di sekolah tahu Xena dan Bisma pacaran, bukan saudaraan.
“Kenapa emangnya kalau orang tua kalian udah pulang?” Ethan masih belum paham.
“Mereka bisa curiga kita ada apa-apa kalau terlalu dekat,” masih dengan bisikannya Xena kembali menjawab.
Ethan akhirnya mengangguk, tanda paham. Namun kemudian mencibir. “Makanya status tuh satu aja, jangan lo rangkap!”
“Sialan!” umpat Xena seraya mengayunkan tendangan. “Temen lo, noh!” ujarnya sambil melirik Bisma yang baru saja memarkirkan motornya, bersampingan dengan milik Xena.
“Ya lo juga yang setujuin,”
“Eh, iya juga sih,” katanya dengan amat polos.
“Goblok!” satu jitakan kecil Ethan berikan di kening teman perempuannya itu. Xena itu kadang menjengkelkan. Dan sikap sok polosnya itu lah yang membuat Ethan selalu merasa gemas sekaligus kesal, hingga rasanya tangannya gatal saat tidak melayangkan setidaknya satu sentilan atau jitakan di kening gadis itu.
Ethan tidak berpikir kalau apa yang dilakukannya pada Xena barusan bisa mendatangkan bahaya untuknya, terbukti, beberapa detik kemudian sebuah tinjuan Ethan dapatkan dipunggungnya. Tidak begitu kuat, tapi tetap saja mampu membuatnya mengaduh. “Bisma anjing! Sialan lo! Pagi-pagi main pukul aja!” serunya tak terima.
“Lo yang duluan!”
“Dih ngarang! Dari tadi gue diam-diam aja perasaan. Nyapa lo aja gue belum.”
“Bukan ke gue, tapi ke cewek gue.”
Ethan sontak mengangakan mulutnya, menatap Bisma tidak percaya. “Gue cuma getok kepalanya doang anjing, itu juga pelan.”
“Tetap aja lo nyakitin cewek gue!” bantah Bisma tak ingin kalah.
“Astaga naga! Benar-benar akut kebucinan lo, Bis!” Ethan geleng-geleng kepala tak habis pikir. Menurutnya Bisma benar-benar lebay, perkara jitakan kecil saja tanggapan Bisma seperti Ethan memukul Xena pakai balok kayu. Padahal mereka sendiri tahu kalau Xena bukan cewek lemah yang gampang menangis hanya karena jitakan kecil yang diberikannya. Kalau mau, Xena bisa mematahkan tangan Ethan sekarang juga.
“Sabar Than, sabar. Si Bisma emang lagi lebay-lebaynya. Maklum lah baru pertama kali jatuh cinta, makanya posesif” Tama yang datang tak lama setelah Bisma menepuk-nepuk bahu Ethan, menenangkan sahabatnya itu agar tidak emosi. Meski nyatanya mereka juga tahu kalau Bisma tidak seserius itu. Beginilah mereka ketika becanda. Ya, walaupun mungkin tetap terselip sedikit keseriusan. Bodo amat lah.
Mendengus kecil, Bisma lalu berdiri di depan Xena dan membantu perempuan itu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat helm juga angin selama berkendaran. Kegiatan ini dilakukan Bisma nyaris setiap hari setiap kali mereka tiba di sekolah. Dan respons teman-temannya adalah memutar bola mata. Sementara Xena ya senang-senang saja di perlakukan manis begitu oleh kekasihnya. Hobinya memang motoran dan lihat orang tawuran, tapi Xena tetap perempuan yang memiliki jiwa feminim. Xena akan tersentuh oleh perlakuan manis pasangannya. Meskipun mungkin tidak semuanya.
“Ini Si Tian gak akan sekolah apa gimana? Bentar lagi bel masuk anjir!” Bara berujar seraya melompat dari dudukan motornya, lalu mengotak-atik ponselnya sebentar sebelum membawanya ke depan telinga. Raut wajahnya terlihat kesal, apalagi ketika berkali-kali dihubungi tidak juga ada responsnya. “Minimal kalau mau bolos ajak-ajak gue. Bolos sendirian mana seru,” ucapnya bermonolog masih dengan usahanya menghubungi nomor Tian.
“Masih di jalan kali dia, Bar,” Bisma berucap positif.
“Tapi bentar lagi upacara!”
“Ck, sejak kapan lo peduli sama upacar?” Tama menaikan sebelah alisnya menatap Bara.
“Tau lo, kayak yang gak pernah bolos upacara aja!” cibir Ethan menambahi.
“Dah lah, yuk, ke kelas. Kita tanya aja nanti, Si Tian kesiangan apa memang udah punya niat bolos,” ucap Bisma menengahi. “Kita bereng-bereng hajar kalau memang dia sengaja dan tanpa ngajak-ngajak kita.” tambah Bisma, lalu melangkah lebih dulu meninggalkan parkiran yang sudah mulai sepi. Tanpa lupa menarik Xena agar jalan bersisian dengannya.
Ah, tentu saja, mana mau Bisma jauh-jauh dari kekasihnya.
Sedang bucin-bucinnya. Maklum lah.
***
Akhirnya bisa up lagi ...
Semoga kalian masih setia nunggu yaSee you next part!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Fiksi RemajaSebelum menjadi saudara, mereka adalah sepasang kekasih yang kemudian berpisah karena alasan bosan. Namun seiringnya waktu berjalan, Bisma malah justru menyadari bahwa perasaannya terhadap Xena kembali tumbuh. Bukan lagi sekadar suka, melainkan tela...