Step Brother - 41

498 19 11
                                    

Happy Reading!!!

****

"Mau ke mana, Xen?” tanya Krisna saat mendapati putrinya melewati ruang televisi begitu saja.

“Eh, Papa,” kemudian menghampiri Krisna. “Aku mau ke minimarket depan, Pa. Mau jajan,” katanya dengan cengiran lucu.

“Dasar anak jaman sekarang! Baru juga selesai makan udah jajan lagi,” Greta yang datang dari arah dapur langsung memberikan cibiran, bikin Xena mendelik pada ibunya.

“Julid aja sih ibu singa ini. Bilang aja kalau Mama juga mau,” balas Xena dengan nada cibiran yang sama

“Dih, enggak ya! Mama gak makan camilan yang gak sehat kayak gitu. Apalagi malam-malam.”

“Kenapa? Takut gendut ya?” goda Xena dengan seringaiannya, membuat Greta kontan mencebikkan bibir.

“Bukan takut gendut, tapi takut sakit. Makanan ringan kayak gitu gak baik buat pencernaan,”

“Yang penting enak, Ma,” bantah Xena tidak sama sekali terpengaruh. “Lagian nonton tanpa ngemil itu gak lengkap, Ma.”

“Ck, terserah kamu lah. Sana pergi. Mama mau pacaran,” usir Greta gerakan sebelah tangannya.

Xena mengerucutkan bibirnya. Ibunya itu benar-benar menyebalkan. “Dasar orang tua centil!” setelahnya Xena berlalu pergi, meninggalkan kedua orang tuanya. Namun langkahnya segera terhenti ketika suara sang papa terdengar memanggil.

“Uang untuk jajannya ada, Nak? Papa tambahin nih, biar kamu beli jajannya yang banyak.”

Xena tidak bisa tidak mengembangkan senyumnya. Papa tirinya itu memang benar-benar baik, pengertian dan tidak pelit. Jauh jika harus dibandingkan dengan ibunya yang selalu perhitungan.

Berbalik dengan semangat, Xena mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan yang ayahnya kasih, lalu menjulurkan lidah ke arah sang mama. Setelah mengucapkan terima kasih dan mencium pipi ayahnya Xena berlari keluar rumah dengan perasaan yang benar-benar senang.

Xena tidak bohong ketika mengatakan akan ke minimarket depan. Ia memang berniat membeli camilan karena stoknya di kamar sudah habis, sementara ada film yang mau di tontonnya sekarang. Kebetulan Bisma tidak berada di rumah. Cowok itu pergi bersama teman-temannya. Entah ke mana, Xena tidak bertanya tadi. Tapi pasti ada hubungannya dengan penjebakan Tian kemarin malam.

Tidak memilih menggunakan motornya, Xena mengayun langkah sambil bersenandung riang menyusuri jalanan sepi kompleks perumahan Krisna. Keberadaan minimarket tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, itu alasan Xena memilih jalan kaki. Hitung-hitung sekalian olahraga. Pikirnya.

Dan seperti yang di suruh Krisna, Xena benar-benar membeli banyak camilan setibanya di minimarket. Xena hendak duduk di kursi yang tersedia di depan minimarket, menikmati satu dua camilannya lebih dulu sebelum memutuskan pulang tapi, netranya lebih dulu menemukan pemandangan seru, di mana seorang laki-laki dan perempuan terlibat percekcokan di seberang sana.

Xena tidak ingin ikut campur. Baginya itu bukan urusannya. Lagi pula Xena tidak kenal dengan mereka, tapi ketika sebuah tamparan si laki-laki ayunkan, Xena rasanya gatal. Tanpa berpikir panjang Xena langkahkan kakinya menghampiri dua orang itu. Dan dari jarak yang lumayan dekat akhirnya Xena dapat melihat jelas wajah pasangan itu. Xena sempat terkejut, namun hanya sebentar, setelahnya ia biasa lagi. dan melanjutkan langkah menghampiri dua orang itu yang sepertinya tidak juga menyadari kedatangan Xena. Entah karena Xena yang tidak terlihat atau keduanya terlalu fokus pada permasalahan yang menjadi pemicu pertengkaran itu.

Apa pun itu Xena tidak peduli. Yang pasti Xena tidak suka saja melihat laki-laki mengasari perempuan. Itu alasan yang membawa langkahnya ke depan dua orang itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang