Step Brother - 4

3K 71 15
                                    

Bab 4

Happy Reading!!!

****

“Gimana hari pertama di sekolah barunya, Xen?” Krisna, yang tak lain adalah ayah Bisma bertanya pada putri tirinya. Sesaat setelah Xena mendudukkan diri di kursi meja makan. Di sebelah Bisma yang sibuk menyingkirkan wortel dari piringnya. Pria itu memang tidak menyukai sayuran berwarna jingga itu. Padahal makanan favoritnya adalah capcay, di mana jika tidak ada wortel terasa tidak lengkap. Ya, setidaknya itu menurut Xena.

“Lumayan sih, Pa. Cuma gak seseru sekolahku yang lama,” jawab Xena apa adanya. Membuat Bisma sontak menoleh dan menatap Xena dengan sebelah alis terangkat. Namun tidak sama sekali dihiraukan gadis itu. Sementara Krisna terkekeh.

“Namanya juga baru hari pertama, Xen. Gak mungkin lah langsung seseru di sekolah sebelumnya,”

“Iya juga sih,” Xena mengangguk-anggukan kepala membenarkan.

“Tapi udah punya teman baru ‘kan?” kembali Krisna bertanya dengan nada lembut dan tatapan sayangnya yang selalu membuat Xena merasa beruntung memiliki ayah tiri seperti Krisna. Pria itu tidak pernah membeda-bedakan dirinya dengan Bisma. Yang ada justru Xena lah yang lebih pria itu perhatikan. Entahlah, mungkin karena Bisma adalah anak laki-laki, di tambah lagi Bisma yang memang sudah terbiasa mandiri. Selama ini Bisma tinggal seorang diri di apartemennya, meskipun setelah ayahnya menikah lagi, Bisma lebih sering pulang ke rumah dari pada apartemen seperti biasanya.

Awal-awal Xena berpikir bahwa Bisma takut ia dan ibunya menguasai harta ayah pria itu. Tapi dengan seiring berjalannya waktu Xena mengerti bahwa tidak jauh berbeda dengannya, Bisma pun ingin merasakan hangatnya berada di tengah-tengah orang tua lengkap. Sekalipun Bisma tidak pernah menunjukkan itu secara terang-terangan.

Dengan bibir cemberut Xena menggelengkan kepalanya. “Belum Pa,”

“Gak apa-apa, nanti juga kamu akan punya banyak teman di sana. Lagi pula ada Bisma ‘kan? Sebelum ada teman baru, kamu sama Bisma aja. Biar dia sekalian jagain kamu,” ujarnya menenangkan, seraya melirik Bisma seakan meminta persetujuan.

“Xena gak perlu penjagaanku, Pa. Dia bisa jaga dirinya sendiri,” bukan enggan, tapi memang begitulah pada kenyataannya.

“Betul. Xena lebih buas dari singa soalnya,” timpal wanita cantik berusia tiga puluh tujuh tahun yang duduk di sisi lain meja makan. Greta Anantasya namanya. Wanita berjasa yang membawa Xena ke dunia lewat persalinannya tujuh belas tahun lalu.

“Suka gak sadar diri emang ibunya Singa ini,” cibirnya sembari melirik.

Hubungan Xena dan ibunya memang dekat, tapi bukan seperti layaknya ibu dan anak pada umumnya. Di bandingkan bermanja, mereka lebih terlihat seperti musuh yang apa-apa selalu saja diperdebatkan. Dan dibandingkan melambungkan lewat pujian, mereka lebih suka menjatuhkan satu sama lain. Tapi walaupun begitu tidak perlu meragukan rasa sayang yang keduanya miliki. Sekalipun ungkapannya terlontar lewat cibiran atau omelan.

Krisna yang melihat hanya geleng kepala saja, sementara Bisma tidak begitu menghiraukan. Pria itu lebih memilih menikmati makan malamnya dari pada menyaksikan keluarga barunya yang bagai kucing dang tikus dibandingkan anak dan ibu.

Selesai makan malam, Bisma dan Xena tidak langsung masuk ke kamar masing-masing, lebih dulu mereka duduk di ruang keluarga untuk sekadar menonton sambil bercengkerama, meskipun sebenarnya obrolan lebih banyak di dominasi oleh Xena dan Krisna. Dua sosok itu benar-benar berperan sebagai ayah dan anak perempuannya.

Sepertinya Xena dan Krisna sama-sama merasa terobati, mengingat dulu Krisna memang menginginkan seorang putri. Tapi karena sebuah kecelakaan, pria itu harus kehilangan istri sekaligus bayi yang sedang di kandungnya. Itulah alasan Krisna begitu terpukul selama lima tahun kemarin. Sampai akhirnya di pertemukan dengan ibu Xena yang berhasil menarik perhatiannya.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang