Bab 16
Happy Reading!!!
***
“Lusa Papa sama Mama harus pergi ke luar kota. Kalian gak apa-apa ‘kan kalau di tinggal?” Krisna membuka percapakan di meja makan ketika Xena dan Bisma sudah mengisi tempat duduknya masing-masing.
“Aku udah sering ditinggal sendiri sama Mama, Pa. Jadi gak masalah,” jawab Xena sembari mengangkat kecil pundaknya.
“Iya, Papa tahu itu. Maksudnya, kalian gak akan berantem ‘kan kalau kami tinggal?” karena nyatanya itu yang Krisna khawatirkan mengingat berkali-kali putra putrinya itu bertengkar, walaupun itu hanya karena keisengan saja.
“Aku sih asal Bisma-nya gak resek aja, Pa,” lagi Xena menjawab, kali ini diiringi lirikan sinis yang di tujukan pada Kakak tiri sialannya.
“Gue gak akan resek kalau lo-nya gak mulai duluan, ya, Xen!” sahut Bisma cepat, tidak terima menjadi pihak yang disalahkan.
“Nah ‘kan belum apa-apa aja kalian udah ribut,” desah Krisna, tidak mengerti kenapa anak-anaknya itu sulit sekali untuk akur.
“Udah sih, Mas, biarin aja,” Greta yang melihat kecemasan di wajah suaminya segera membuka suara. “Mereka sudah besar. Ribut mereka juga gak pernah serius. Udah gak usah cemas. Percaya aja sama anak-anak.” Lanjutnya memberi pengertian.
“Tapi—”
“Mereka mungkin jarang akur, Mas, tapi Mas gak perlu khawatir, aku yakin mereka akan saling menjaga satu sama lain selama kita gak ada,” sela Greta sembari mengelus lembut lengan atas suaminya demi membuat pria yang menikahinya dua bulan lalu itu tenang.
“Aku gak perlu di jagain dia, Ma. Aku bisa jaga diri aku sendiri,” ucap Xena sesaat setelah menelan nasi goreng buatan mamanya itu.
“Jangan sombong, Xen,” tegur Greta. “Sepandai-pandainya kamu dalam bela diri, akan ada saatnya kamu jatuh dan butuh perlindungan Bisma.”
Dan mendengar itu senyum Bisma lantas mengembang, mengejek Xena yang tak lagi mampu memberi bantahan. Xena mengakui ibunya itu memang sangat menyebalkan. Bisa-bisanya membiarkan Bisma berasa di atas awan. Sudah seperti ini Xena yakin Bisma akan bersikap lebih menyebalkan dari biasanya. Tak hanya mengambil peran sebagai kekasih, tapi juga kakak yang menyebalkan untuknya. Kebebasannya pun pasti terenggut perlahan-lahan.
Baru membayangkannya saja Xena sudah merasa tak sanggup.
Mengabaikan tatapan kesal adik tirinya, Bisma memilih untuk memberi atensi pada kedua orang tuanya dan bertanya, “Memangnya Papa sama Mama mau ke mana sih? Bulan madu?” pasalnya sejak menikah mereka belum sempat pergi bulan madu karena kesibukan masing-masing. Meskipun Bisma yakin, poin utama dari bulan madu itu sudah mereka jalankan.
Greta menggeleng. “Ke Makassar, Mama ada kerjaan di sana. Gak lama sih, cuma tiga hari aja.”
“Tapi kita perginya seminggu,” tambah Krisna kemudian.
“Loh, kenapa?” kali ini Xena yang bertanya, tidak ingin menutupi rasa penasarannya.
“Mumpung kerjaan Papa gak banyak. Mau sekalian liburan,” jawab Krisna dengan kerlingan genit tertuju pada sang istri.
“Ya, begitulah,” Greta menanggapi singkat.
Oke, tanpa di jelaskan lebih rinci pun, Xena dan Bisma paham itu.
“Yang penting oleh-olehnya gak lupa, ya, Pa?”
“Mau oleh-oleh apa, hm? Nanti Papa belikan,”
“Papa memang yang terbaik!” ujarnya sembari mengacungkan dua ibu jarinya. Senyumnya mengembang lebar, dan sebuah pelukan langsung diberikannya seraya mengucapkan terima kasih berkali-kali bersama ungkapan sayangnya. Dan itu sukses membuat Greta juga Bisma memutar bola mata, jengah dengan drama manis yang di perankan Xena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
Fiksi RemajaSebelum menjadi saudara, mereka adalah sepasang kekasih yang kemudian berpisah karena alasan bosan. Namun seiringnya waktu berjalan, Bisma malah justru menyadari bahwa perasaannya terhadap Xena kembali tumbuh. Bukan lagi sekadar suka, melainkan tela...