Step Brother - 26

1K 21 8
                                    

Bab 26

Happy Reading!!

***

Barbeque-an asyik nih kayaknya,” cetus Bara tiba-tiba, mengalihkan semua pasang mata yang ada di kolam renang.

Iya, setelah bosan bermain PS, mereka pindah ke halaman belakang, dan Ethan yang merasa bahwa cuaca terlalu panas memutuskan untuk berenang. Diikuti Xena, Renata, Bara, dan Tian. Sisanya hanya duduk di pinggir kolam dengan hanya merendam kaki.  Sudah berlangsung setengah jam, dan pilihan ini cukup menyenangkan. Sampai akhirnya si tukang makan mencetuskan ide barbeque-an.

Tak buruk.

“Lo yang modalin ya, Bar?” Bisma mengutarakan kesetujuannya dengan syarat, membuat yang lain bersorak mendukung Bisma. Dan reaksi Bara tentu saja mendelik tak senang.

“Gak ada! Kita patungan aja,”

“Gak bisa!” Tian menolak tegas. “Lo yang punya ide. Lo yang harus tanggung jawab. Lagian nanti juga yang makan banyak lo sendiri, Bar,” tambahnya.

“Lo pada gak akan makan memangnya?” deliknya pada Tian dan teman-temannya yang lain.

“Ya, makan. Tapi gak akan sebanyak lo!” jawab Ethan.

“Tetap aja, kalau disatuin jumlah kalian banyak. Tekor dong gue nanti?” bantahnya tak terima.

“Sesekali, Bar. Neraktir teman itu pahalanya besar tahu,” Milla bantu membujuk, matanya mengedip-ngedip lucu, bikin siapa pun yang melihat akan gemas. Tak terkecuali Bara yang perlahan mulai goyah dan berakhir menganggukkan kepala. Tatapan Milla yang bak anak kucing benar-benar membuatnya tak bisa menolak.

Entahlah, Bara kira ia hanya lemah oleh makanan, tak tahunya tatapan polos nan mengemaskan Milla berhasil membuatnya tidak berdaya. Bara hanya bisa pasrah mendengar seruan bahagia teman-temannya. Namun tiba-tiba rasa hangat menyusup kala netranya melihat senyum di bibir Milla.

Aneh

Bara tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.

“Kalau gitu biar gue sama Renata yang pergi belanja,” Tama mengusulkan diri seraya melirik Renata meminta persetujuan.

“Tapi gue basah, Tam,"

“Ganti baju dulu. Gue tungguin."

“Gue belum pengen naik. Lo pergi sama Milla aja deh,” liriknya pada sang sahabat yang terlihat asyik menggerak-gerakan kakinya di kolam hingga menimbulkan percikan air yang mengenai mereka di sana. Namun ketika mendengar namanya di sebut, Milla menolehkan kepalanya dan menatap sekilas pada Tama yang duduk di kursi santai yang ada di pinggir kolam. Sebuah gelengan kecil Milla tangkap bersama tatapan penuh arti laki-laki itu. Membuatnya menyeringai, lalu menatap sahabatnya.

“Gak ah, sama lo aja. Gue gak tahu apa aja yang harus di beli buat barbeque.”

“Gue kasih list-nya,”

Namun Milla tetap menggelengkan kepalanya. “Sama lo aja. Gue males disalahin kalau ada yang kelewat nanti.”

“Tapi gue lagi berenang, Mil-mil!” decak Renata gemas, sekaligus kesal.

“Naik. Lanjut nanti. Lagian gue juga pengen berenang. Segar kayaknya,” setelahnya Milla kabur, masuk ke dalam rumah Bisma. Tujuannya adalah kamar Xena untuk mengganti pakaiannya.

Sementara itu Renata melirik Bisma, hanya cowo itu yang menjadi harapan terakhirnya, karena tidak mungkin menujuk mereka yang ada di dalam air. Tapi sial, belum juga membuka suara Bisma sudah lebih dulu menggelengkan kepalanya. “Gue gak akan ninggalin cewek gue sama para cowok kurang belaian itu,” tunjuknya pada tiga pria di dalam kolam. Ini bukan sekadar alasan, Bisma memang benar-benar tidak akan membiarkannya. Berenang bersama mereka saja sejujurnya Bisma tak rela. Sayangnya Xena bukan perempuan yang mau di larang-larang, apalagi dengan alasan kecemburuannya.

Xena adalah tipe perempuan bebas yang teguh pendirian. Dia akan melakukan apa pun yang dia inginkan, tidak peduli pasangannya tidak menyukai itu. Dan karena tidak bisa melarang, setidaknya Bisma bisa mengawasi kekasihnya itu secara langsung.

Bukannya ia tidak percaya pada Xena dan teman-temannya, masalahnya mata laki-laki mana yang bisa di cegah melihat sesuatu yang menggiurkan di depan matanya?

Teman-teman Bisma laki-laki normal semua. Mereka mungkin tidak akan berani menyentuh Xena, tapi siapa yang tahu isi kepalanya? Nyatanya otaknya saja sudah kacau sedari tadi. Bisma ingin menarik Xena naik dari kolam dan memojokan perempuan itu di tembok kemudian menciumnya secara ugal-ugalan.

Cabul sekali memang otaknya ini.

Tapi tak apa ‘kan? Toh Xena adalah kekasihnya.

“Ck, sialan emang lo semua! Lo gak bisa pergi sendiri aja gitu, Tam?” delik Renata sebal pada Tama yang dengan polosnya menggelengkan kepala. Bikin Renata mendengus, lalu terpaksa ke luar dari kolam dan meraih handuk yang sebelumnya telah di sediakan, kemudian masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Hal itu tentu saja membuat senyum lebar terbit di bibir Tama. Sayangnya tidak bertahan lama, karena kalimat Xena berhasil membuat pupus segala harapannya.

“Jangan macam-macam lo, Tam. Dia udah punya cowok."

“Serius, Xen?” hanya sebuah deheman singkat yang menjadi jawaban Xena. “Siapa cowoknya?” mendekati Xena yang berdiri di tepi kolam, Tama tidak bisa menyimpan rasa penasarannya. Ia harus tahu siapa gerangan cowok yang menjadi kekasih Renata sebelum memutuskan langkah apa yang harus dirinya ambil. Menikung atau mundur teratur.

“Ketua Osis sekolahnya,”

“SMA Trisakti?”

Anggukan menjadi jawaban yang Xena berikan sebelum kemudian kembali berenang ke tengah kolam, kebetulan Milla baru saja turun dan mereka memutuskan untuk berlomba.

Di tempatnya Tama mendesah kecewa. Gagal sudah niatnya mendekati Renata.

“Tama, ayo!” teriak Renata dari arah pintu yang menghubungkan antara teras belakang dan ruang makan.

“Bentar Re, minta duitnya dulu,” melupakan sejenak mengenai kekecewaannya, Tama menoleh pada Bara dan memanggil pria itu untuk meminta uangnya. Baru setelah itu Tama pergi bersama Renata. Bodo amat dengan fakta perempuan itu telah memiliki kekasih, selama Renata biasa saja jalan dengannya, Tama tidak akan mengkhawatirkan apa-apa. Lagi pula baru pacaran. Siapa tahu besok lusa mereka putus. Iya ‘kan?

“Bisa aja emang modusnya tuh buaya satu,” komentar Ethan melihat kepergian Tama dan Renata.

“Kenapa lo, Than? Sirik?” tanya Bisma, melirik sekilas sahabatnya.

“Dih mana ada. Gue cuma kasian aja sama cewek-cewek yang jadi incarannya,” bantah Ethan, lalu naik ke permukaan dan duduk di pinggir kolam renang, bersisian dengan Bisma yang matanya tak lepas dari sosok cantik sang kekasih. Sesekali cowok itu akan tertawa atau mengumpat, membuat Ethan lantas geleng kepala. Tak menyangka bahwa akhirnya Bisma akan menjadi bucin tolol yang menggelikan.

Tapi terlepas dari status yang Bisma dan Xena punya setelah kedua orang tua mereka menikah, Ethan tak urung merasa senang dan mendukung hubungan mereka. Setidaknya satu buaya sudah mendapatkan pawangnya. Semoga saja setelah ini Tama menyusul.

Jujur saja Ethan kadang merasa tidak tega melihat cewek-cewek patah hati akibat teman-teman buayanya. Meskipun sebenarnya kebanyakan dari perempuan-perempuan itu sukarela melemparkan diri demi dapat bersama cowok yang mereka suka. Tapi tetap saja Ethan kasihan. Ia diajarkan oleh ayahnya untuk tidak menyakiti perempuan. Ada mamanya yang harus ia sayang, pun dengan adik perempuan yang dirinya punya.

Ayahnya bilang, jika ia menyakiti perempuan, itu sama saja dengan ia menyakiti mereka. Ethan tidak mau. Maka dari itu ia memilih menjomlo hingga sekarang. Tidak peduli banyak perempuan yang mengejar. Menurutnya lebih baik mengabaikan dari pada memberi harapan tapi tidak bisa ia beri pertanggung jawaban.

***

Ck, sumpah sih cowok kayak Ethan itu idaman. Andai belum punya pasangan, ku pepet Ethan sampai kejang-kejang 🤣🤣

Sekian dulu ya guys ...
Tinggalkan jejak dengan klik bintangnya,
Ramaikan juga kolom komentarnya ...

See you next part!!

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang