Step Brother - 17

1.2K 32 2
                                    

Bab 17

Happy Reading!!

****

Bisma

Lo masih di kelas?
Bawain tas gue sekalian. Gue tunggu di parkiran.

Xena mendengus pelan membaca pesan itu, lalu jemarinya bergerak memberi balasan.

Ogah. Lo bawa aja sendiri.

Dan Xena benar-benar tidak menuruti Bisma. Ia keluar kelas tanpa tas Bisma seperti yang pria itu minta. Tak sudi saja rasanya. Ingat, ia masih marah pada kekasihnya itu. Bukan hanya perihal kunci motornya yang dirampas tapi juga kepergiannya yang tanpa kata, meninggalkannya begitu saja tanpa satu pun kabar. Padahal Bisma sudah pernah berjanji untuk melakukan hal-hal kecil semacam itu. Tapi nihil.

Xena bukannya berharap, tapi apa salah ia kesal karena Bisma tidak menepati janjinya? Karena jika seperti ini, hatinya jadi mulai bertanya seriuskah Bisma pada hubungan ini? Atau hubungan mereka akan terjalin sama seperti sebelumnya? Karena jujur saja Xena sudah terlanjur menjatuhkan hati. Dan Xena tidak yakin tidak patah hati seandainya Bisma hanya sekadar penasaran saja terhadapnya.

“Jalan yang bener. Jangan sambil ngelamun.”

Sebuah sentilan Xena dapatkan di keningnya, membuatnya sontak mengangkat kepala dan melayangkan delikan kesal pada sosok yang berada di depannya. Sepertinya Xena benar-benar melamun, karena tak menyadari kedatangan cowok itu.

“Ck, gak usah resek bisa?”

“Siapa yang resek?” Bisma celingukan ke kanan dan kirinya, lalu kembali menatap Xena yang terlihat menahan kekesalan. “Gue cuma ngasih tahu. Di depan tangga. Lo bisa jatuh ngegelinding kalau masih jalan sambil ngelamun.” Ucapnya sambil menangkup wajah Xena dan membimbingnya agar melihat tangga yang baru saja dilewatinya.

“Siapa juga yang ngelamun, dih?!” sangkal Xena sembari menepis tangan kekasihnya itu.

“Terus apa dong kalau bukan ngelamun? Kehilangan fokus?!” ujarnya memutar bola mata. “Udahlah gak usah banyak bacot. Ayo balik ke kelas,” ajaknya sembari menyeret gadis itu, tanpa sama sekali meminta persetujuan. Membuat Xena meronta dan meloloskan umpatan. Namun dasar saja Bisma menyebalkan, tidak cowok itu hiraukan segala berontakan Xena yang berharap di lepaskan. Untung saja koridor sudah sepi. Jika tidak, Xena pastikan dirinya akan semakin menjadi perhatian orang.

“Ck, udah main tinggalin gitu aja, sekarang main seret-seret gini,” cibir Xena yang akhirnya pasrah dibawa kembali ke kelas.

“Jadi ceritanya lo lagi ngambek nih?” goda Bisma seraya menaik turunkan alisnya dengan gaya menyebalkan yang kembali membuat Xena meloloskan dengusan.

“Ya menurut lo aja gimana,” sewot Xena. Namun bukannya bersalah, Bisma malah justru tertawa dan kambali menangkup wajah kekasihnya, lalu di uyel-uyel dengan penuh rasa gemas. Bisma selalu suka ketika Xena menunjukkan perasaannya. Entahlah, terlihat menggemaskan saja di matanya.

“Gue tadi buru-buru, Xen.”

“Hp lo ilang?”

“Ada,” jawabnya sembari menunjukan benda pipih itu kepada Xena.

“Gak bisa ngetik?” lagi, Xena bertanya. “Atau mungkin gak bisa ngomong?”

“Bisa lah. Nih gue lagi ngomong. Jari gue juga sehat. Jangankan ngetik di hp, ngetik di dada lo aja gue bisa,” katanya diiringi kedipan mesum. Xena hanya memutar bola mata menanggapi itu.

“Terus kenapa gak ngabarin gue lewat benda itu?”

Menggaruk kepalanya salah tingkah, Bisma kemudian menatap kekasihnya itu dengan raut bersalah. “Xen—”

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang