Step Brother - 8

1.7K 42 14
                                    

Bab 8

Hallo, maaf ya kelamaan update-nya ..
Ide untuk nulis cerita ini baru lagi lancar jadi baru bisa up sekarang deh.

Semoga masih ada yang nunggu.

Happy reading!!!

***

“Kurang malam, Xen. Baru juga jam dua belas,” sindir Greta kala mendapati kepulangan putrinya yang sejak tadi memang sedang ia tunggu-tunggu.

Dan mendapat sambutan itu, Xena sontak meloloskan cengirannya. “Tadinya mau pulang pukul dua atau tiga, Ma, tapi nanti kepagian.”

“Ya sekalian aja jangan pulang,” delik Greta sinis.

“Memangnya boleh?” dengan polosnya Xena malah bertanya begitu. Membuat mata Greta semakin melotot saja. “Hehe, becanda, Ma,” ucapnya sembari mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya.

“Ingat ya, Xen. Mama izinin kamu ikut balapan, ngongkrong, dan berkeliaran malam-malam, bukan berarti kamu bisa pulang seenaknya sampai selarut ini. Mama gak peduli penilaian orang tentang kamu yang liar kayak gini. Mama percaya kamu gak akan aneh-aneh, seperti apa yang pernah kamu janjikan dulu sama mama. Mama juga gak peduli siapa pun mengatai mama gak becus didik anak. Mama bukan orang tua jaman dulu yang buta pergaulan. Mama juga pernah muda, mengerti gejolak yang sedang kamu rasa. Tapi Mama cuma minta agar kamu tahu waktu, tahu batasan. Jangan karena dibiarkan, malah jadi seenaknya. Semua itu juga bukan untuk Mama, bukan untuk siapa pun, tapi untuk diri kamu sendiri. Untuk kebaikan kamu.”

“Iya, Ma, Xena minta maaf,” ucap Xena sungguh-sungguh, kepalanya menunduk, sadar dengan kesalahannya.

Selama ini Xena memang sering pulang malam dengan kegiatan yang ibunya sebutkan, tapi paling lambat Xena akan pulang pukul sebelas malam. Baru kali ini lewat dari jam itu. Bahkan ini sudah lewat dari tengah malam. Tepatnya jam satu kurang. Telat hampir dua jam dari biasanya. Tapi tetap saja itu adalah kesalahan, karena selain tidak memberi kabar ia juga telah membuat ibunya khawatir.

Greta itu bukan ibu ideal, bukan sosok lembut penuh kasih sayang, tapi Greta selalu menunggu kepulangannya. Itu alasan kenapa Xena selalu pulang tidak lebih dari jam sebelas malam. Xena tidak mau menjadi anak yang semakin menjadi beban. Greta sudah cukup lelah dengan aktivitasnya mencari rejeki dari pagi hingga sore kadang malam, tidak tega jika harus menambah rasa lelah ibunya jika ia pulang terlalu larut, karena itu akan berpengaruh pada istirahat Greta yang pasti berkurang.

“Ck, udahlah. Sana masuk kamar, istirahat,” titah Greta dengan nada ketusnya, tapi raut wajahnya sudah berangsur lega. Menandakan bahwa kekesalan dan kekhawatirannya sudah berangsur reda.

Xena baru saja hendak melangkah menuju kamarnya ketika pintu yang berada dibelakangnya terbuka, menampakan sosok Bisma. Cowok itu sontak terkejut mendapati keberadaan adik dan ibu tirinya di sana, tapi atensinya lebih ditujukan kepada Greta. “Mama, kok, belum tidur?”

Berbeda dengan Xena yang mencebikan bibir, Greta justru tersenyum lembut pada anak tirinya itu. “Mama nungguin Xena,” jawabnya terus terang. Dan itu membuat Bisma menoleh pada Xena, alisnya terangkat, sementara tatapannya seolah bertanya, “Lo pergi, gak izin?”

Xena yang memahami itu pun sontak menggeleng. Sekalipun sejak dulu ibunya jarang ada di rumah, Xena tidak pernah tidak mengabari ibunya jika akan keluar malam. Seperti yang sebelumnya Xena bilang, ia tidak ingin menambah lelah ibunya dengan kekhawatiran. Jadi Xena selalu menyempatkan izin meskipun itu lewat pesan singkat.

“Kalau gitu Bisma minta maaf, Ma, soalnya Bisma yang bikin Xena pulang selarut ini,”

“Maksud kamu?” tanya Greta tidak sepenuhnya paham.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang