"Chika hanya gadis ku!"
~~~
"Aran aran..."
"Kenapa sayang...?"
"Chika mau nanya, kenapa bumi itu bulat. Nyatanya kan bumi itu datar"ucap polos chika.
Aran yang awalanya semangat mendengarkan ucapan gadisnya mendadak dirinya mendatarkan wajahnya.
"Co...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STOK TINGGAL SEDIKIT!!
Bagi yang belum punya, silahkan di beli☺️
Pagi harinya~
Chika terbangun dari tidurnya karena terpaan cahaya matahari yang mengenai wajahnya.
Chika meringis pelan saat kepalanya terasa pusing, ia mentap ke penjuruh kamarnya.
"Perasaan gw semalem di klub deh"gumam chika.
"Chika, mandi. Habis itu turun kebawah sarapan"ujar aya yanga berada di kamar chika untuk membuk gorden kamar anaknya.
Chika hanya diam, ia menatap maminya yang berjalan keluar dari kamarnya. Apakah mamanya tau kalau dirinya semalam mabuk.
Tak ingin terlalu memikirkan ha itu, Chika bangun, lalu berjalan masuk menuju kamar mandi.
Stelah selesai mandi, chika berjalan kekuar dari rumahnya. Ia turun menuju lantai bawah.
Chika sedikit gugup melihat tatapan tajam dari sang papa. Chika berdehem pelan sebelum mendudukan dirinya di salah satu kursi meja makan.
Chika menaruh dua centong nasi kedalam piringnya. Tak lupa ia menaruh beberapa lauk di piringnya.
Di sela sela makannya chika sesekali mirik ke arah papanya yang masih menatap dirinya dengan tajam.
Chik menundukan wajahnya kembali menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya.
"Kamu mabuk ya semalam?"
"UHUK!"
Chika tersedak, ia buru buru menuang segelas air kedalam cangkirnya. Chiak meminum habis air itu, ia bernafas legah karena prih di tenggorokan nya mulai menghilang.
"Jawab ucapan papa chika"ujar vino tegas.
Chika menelan ludahnya kasar, ia berdesis pelan. Kenapa chika ceroboh sekali hingga membuat papa nya tau kalau tadi malam dirinya mabuk.
"M-maaf pah, tapi chik~"
"Papa lihat lihat kamu mualai bandel ya sekarang"
"Udah mulai ikut pergaulan bebas"
"Chika, papa gak suka ya kamu temenan sama shela dan anas"
"Gara gara mereka berdua, kamu jadi bandel begini!"desis papa nya.
Chika mengerutkan dahinya, bagai mana papanya tau kedua sahabatnya ini. Siapa yang memberi tahu papanya, chika tak pernah memperkenalkan kedua teman kampusnya itu kepada papa dan mamanya.
"Papa kok tau mereka?"tanya chika heran.
"Aran yang beri tahu papa"
"Kamu semenjak berteman dengan mereka berdua maikin bandel"
"Di kampus suka malakin anak maba"
"Di luar main entah kemana, sampai nyasar ke klub!"
"Chika, papa ngebabasin kamu bhukan berarti kamu bisa seenaknya aja"
"Papa tetep ngawasin kamu dari jauh"
"Jangan sampai karena kedua teman kamu itu, kamu jadi rusak!"ujar papanya.
Chika sedikit tidak suka dengan ucapan yang papa nya lontarkan untuk kedua temannya itu. Menurut chika, kedua temanya itu baik, mereka berdua sekalu ada di saat dirinya membutuhkan mereka.
Shela dan anas tidak seburuk itu, hal nakal yang di lakukan oleh anak anak remaja adahal yang wajar.
Lagi pula, yang chika lakukan dengan kedua sahabatnya belum terlalu jauh dan juga fatal.
"Apa sih pah, kok papa ngomongnya gitu?"
"Shela sama anas itu baik. Mereka gak seburuk yang papa kira"ujar chika tak terima.
"Baik dari mana?"
"Baik karena ngajarin kamu malak di kampus?!"
"Baik ngajarin kamu ke klub untuk mabuk mabukan?!"tanya papa nya marah.
Chika terdiam mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam papa nya.
"Chika, kamu itu anak perempuan..."
"Gak baik kamu keluar malam ke klub, dikampus malakin anak maba"
"Mau di pandang rendah kamu sama orang irang di luar sana, ha?!"tanya papa nya marah.
"Udah lah pah, gak usah atur atur hidup chika"
"Chika udah dewasa. Bukan anak kecil lagi!"kesal chika.
Dengan kasar dirinya berdiri dari duduknya. Chika berjalan menuju lantai dua ke kamarnya.
"Chika!!"
"Papa belum siap bicara dengan kamu!!"pekik vino.
"Sssttt udah udah. Nanti tensi kamu naik"
"Udah ya, gak boleh emosi"ujar aya menenangkan suaminya.