14. Kolam Renang

3.4K 519 301
                                    

"Kalo gitu, stop juga hubungan sama pacar kamu." Kiran membalikkan.

Kedua bibir Gavin merapat, parunya membuang nafas berat.

Laki-laki yang setengah tertidur itu menjauhi mata istrinya.

"Kamu secinta itu sama dia?" ringis Kiran, menekuk alisnya heran.

"Gue mau tidur," Gavin segera mengalihkan pembicaraan.

"Kapan mau terus ngehindar, Gav? Kalau partai oposisi papa sampe tau menantunya punya hubungan sama-"

"Lo bisa diem, gak?" pangkas Gavin, matanya terbuka sempurna dan memberi sorot tajam pada gadis itu.

".. Gue gak suka ada yang ngatur hidup gue seperti halnya bokap. Sampe sana ngerti, Ra?" hardiknya.

Setelah mengatakan kalimat yang sangat mengiris hati, Gavin membalikkan badan sekaligus memunggungi gadis itu.

***

Jarum jam yang lebih pendek sudah tepat menunjuk angka sebelas, suara detikannya terdengar jelas di antara sunyinya malam, suhu AC kamar hotel yang rendah bak menusuk sekujur tubuh Gavin.

Kepala Gavin bergerak gundah, kedua matanya menutup lebih erat karena merasa silau.

Laki-laki itu menghentakkan tubuh lalu bangun dengan nafas terengah-engah. Gesturnya bingung dan panik setengah mati. Gavin mengecek jam dinding.

"Masih malem, jir.." monolognya serak.

Gavin iseng menoleh kecil untuk mengecek kondisi istrinya.

Seketika timbul dua garis di kening mulus laki-laki itu, kepalanya bergerak lagi menelusuri seisi kamar.

Tidak. Gavin sama sekali tidak menemukan batang hidung istrinya di atmosfir kamar mereka.

"Ra?" panggil laki-laki itu, kedua kakinya turun dari ranjang dan memakai selop.

"Kiran!" Gavin mengayun kakinya cepat menuju kamar mandi, mengetuknya.

"Ra, lo lagi eek?" gurau laki-laki itu, sambil menempelkan telinganya di pintu kamar mandi yang tertutup.

Tiga detik terlewat, namun Gavin tak juga mendapatkan jawaban istrinya. Matanya mulai berkedip lebih banyak.

"Ra, maaf kalo gue ada salah! Tapi setidaknya lo jawab dari dalem!"

Tok! Tok! Tok!

Gavin mulai merasa ada yang tidak beres, punggung telunjuknya mengetuk lebih keras dan cepat.

"Ra, gue masuk. Kalo lo lagi bugil gue gak mau tanggung jawab!" ancamnya.

"Satu..." Gavin mulai menghitung.

"Dua.."

Laki-laki itu mulai menganggap situasi ini serius, ia tak melanjutkan hitungannya dan langsung menggerakkan pintu toilet.

Benda geser itu tak terkunci, hingga membuat nafas Gavin tertahan sejenak.

Jantungnya berdegup lebih cepat ketika Kiran juga tak ada di dalam sana.

"KIRAN!" pekik Gavin sembari terus mengedarkan pandangan ke balkon, dapur, dan seluruh sudut kamar.

"Bisa bisanya ngilang tengah malem!" umpat laki-laki itu sambil mengoyak rambut.

Dalam suhu yang rendah, Gavin malah mengeluarkan keringat dingin, ia langsung berlari keluar kamar untuk mencari gadis itu.

°•~◇◇◇~•°

Married With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang