21. Roti Bakpao

3K 470 250
                                    

"Ah, aku inget obrolan kemaren, Gav!" Kiran mendapatkan pencerahan.

Ia ingat bahwa kemarin terpaksa absen menceritakan dongeng sebelum tidur.

Gavin menghela nafas lega, "Bagus. Tunggu gue pulang kerja" dinginnya.

Kiran mengangguk, "Siap, pak bos!" responnya semangat.

Sama sekali tidak sadar apa yang sebenarnya dimaksud laki-laki itu.

"Dimana kebun mawarnya, kak?"

Gavin dan Kiran menoleh kecil pada gadis yang muncul dari pintu lift.

Itu Clara, ia sudah siap dengan outfit berkebunnya. Satu tangannya membawa bungkus bibit mawar, sedangngkan tangan lainnya membawa gembor berwarna merah muda.

Kiran dan Gavin tersenyum berbarengan, mereka gemas dengan tingkah kekanakan adiknya.

"Eh, kak Gav belum berangkat?" Clara mengangkat alis sembari melirik jam tangannya.

"Ngusir, lo?" decak Gavin.

"Ntar diomelin om Richard nanges!!" keki gadis itu.

Kiran tak dapat menahan tawa, "Kuy, ikut aku, La, ke kebun baru kamu~"

Lengkungan manis terbit di bibir Clara, ia mengangguk lalu mengekori kakak iparnya dengan langkah kecil.

Gavin memerhatikan dengan gemas kedekatan kedua sejoli itu. Sampai punggung mereka menghilang dari jangkauan netranya. Lalu laki-laki itu beralih melepas jas dan dasinya.

°•~♧♧♧~•°

"Tutup mata La dulu.." Kiran mendaratkan telapak tangan hangatnya pada kedua mata adiknya.

Senyum tak bisa pudar dari bibir Clara, ia kini menggenggam tangan kakak iparnya lalu mulai berjalan dengan arahannya.

"Oke, siap?"

Pipi Clara makin terangkat, kakinya bergerak kecil tak sabaran.

Tangan Kiran bergeser perlahan, mata Clara menyesuaikan cahaya yang masuk, lalu mulai berkeliling.

Kepala gadis itu beredar, kedua bibirnya tak dapat menyatu, ia takjub.

"Ini beneran kebun buat La?!" ujarnya tersendat, menatap kakak tak percaya.

Kiran mengangguk cepat, "Kita mulai nanem mawarnya?"

"LET'S GOO!!~" seru gadis dua puluh satu tahun itu sembari mengangkat kepalan tangan.

Tawa juga menular pada Kiran, menurutnya ekspresi wajah adiknya saat ini sangat berkebalikan dengan kondisinya saat di rumah ibunya sendiri.

***

Pagi itu, kedua perempuan cantik itu selesai menanam bibit mawar.

Walau wajah mereka cukup dipenuhi keringat, tapi entah mengapa tidak ada perasaan penat yang membuat keluh.

"La, kita istirahat dulu. Kakak ambilin air di dapur, ya?" tawar Kiran setelah menyeka keringat dengan handuk kecil.

Married With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang