CHAPTER REVEAL: FIRST MET

3.4K 490 286
                                    

Brakkk!!!

"KAMU YANG NGADU?!"

Rahang Clara sampai kaku karena lelah menangis terisak sejak ibunya mengamuk, kedua lutut mungilnya terbentur keras di keramik mansion akibat dorongan dari Monika.

Padahal baru tiga hari anak malang itu kehilangan ayah tersayangnya. Orang yang selalu mendukung mimpinya. Orang yang kehadirannya membuatnya kuat menjalani kehidupan.

Tapi, ketika Richard menanyakan ijin darinya untuk menyekolahkan Clara di luar negeri, bom dalam diri Monika meletup sangat kencang.

Plakkk!!

"GINI YA KELAKUAN KAMU KALO MAMA GAK NGAWASIN?!" tampik wanita itu setelah dengan tega menampar sebelah pipi Clara.

"Maafin Clara, Ma..." Clara hampir tak bisa bersuara lagi. Air mata membanjiri wajah polosnya, wajahnya merah padam, urat di lehernya tampak.

"Bilang ke om Richard ya, kalo kamu gak pengen ke luar negeri?" ancam Monika sembari mengguncang tubuh darah dagingnya sendiri.

Kerutan muncul di dahi anak perempuan dengan rambut yang tidak bisa dikatakan rapi lagi, kepalanya beralih menggeleng.

"Apa maksudnya, hm? Apa maksudnya geleng-geleng?!" hardik Monika, mendelik.

"Aku pengen sekolah disana, ma.." Clara berucap walaupun tersendat, setidaknya ia masih punya semangat dari almarhum ayahnya.

Bahwa gadis belia itu tetap ingin memperjuangkan cita-citanya. Walau pun masih berusia sembilan tahun, anak itu sudah didewasakan keadaan.

"Tunggu kamu disini." dingin Monika, dari ruang tamu, ia mencari benda untuk dipakai memukul anaknya.

"Mana sabuk.." gumam wanita itu sembari menyelip tangan di gantungan baju ruang tamu.

Clara yang melihat kesempatan emas itu menyeka air mata. Ia perlahan-lahan berdiri tanpa mengeluarkan suara, lalu melangkahkan kakinya sejauh dan secepat yang ia mampu untuk kabur dari mansion.

"CLARA!!" pekik Monika, matanya tambah melebar.

Kaki anak perempuan itu semakin gesit, bahkan beberapa bodyguard yang berjaga sampai kehilangan dirinya.

"KEJAR ANAK SAYA KALAU KALIAN MASIH MAU HIDUP!!" ancam wanita itu, menodong telunjuk.

Dua pria yang berpatroli malam di rumah mewah itu mengangguk, sepertinya tak sulit bagi mereka untuk menangkap seorang anak berusia sembilan tahun.

"Ternyata bapaknya mati aja gak cukup..." desis Monika, beralih menggigit bibir bawah dengan jengkel.

"Clara.. Kamu bikin mama repot.." geram wanita itu.


Blarr!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blarr!!!

Suara gemercik hujan di aspal semakin bising dan bising. Petir menyambar murka di beberapa titik di langit kota Jakarta. Awan kelabu dimana-mana, membuat orang enggan untuk keluar rumah. Sedangkan, gadis mungil yang lututnya lebam itu berlari di keadaan hujan badai tanpa merasa takut.

Married With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang