26. Mencuri Kesempatan

2.8K 529 274
                                    

Janlup klik bintang ya♡

Jarum jam merangkak ke angka dua siang, sepasang karyawan yang berjaga di dekat pintu ruang interview saling melirik ketika manajer mereka dan pelamar kerja malah adu mata.

"Maaf, Bu?" Clara mengalihkan pandangan seraya mengangkat sebelah tulang lengannya.

Salah satu karyawan wanita asisten Tio mengerjap, menunggu kalimat Clara.

"Apa boleh HRDnya aja yang mewawancarai saya?" ketus gadis itu.

Sebab ia merasa tak sudi berdialog lagi dengan laki-laki yang menyeretnya keluar dari mobil kala itu.

Dua wanita berseragam itu meneguk saliva dengan susah payah ketika harus berhadapan dengan pertengkaran sejoli ini.

"Jangan. Biar saya saja yang urus orang ini." bantah Tio dengan intonasi yang tak kalah dingin.

".. Saya tidak mau perusahaan nanti jadi kacau karena orang baru" cibir laki-laki itu, secara implisit menyindir perempuan yang duduk di depannya.

Clara mendengus heran, padahal baru dua menit lalu telinganya mendengar pujian yang disampaikan para karyawan bahwa Tio tertarik dengan prestasi dan pengalamannya di USA.

Namun, saat Tio tahu identitasnya?

Ucapannya malah terbalik?

Jemari putra Eric membalik jengkel beberapa lembar kertas penilaian yang telah disediakan di meja.

Mau tidak mau, ini tetap tanggung jawab Tio, yaitu setia terhadap kata-katanya sendiri.

Laki-laki dengan tubuh atletis itu menarik dan melepas nafas panjang, lalu mempertemukan mata mereka.

"Nona Clara Olivia, apa motivasi Anda sampai nekat melamar disini?"

Atmosfir ruangan lengang sejenak, Clara memutuskan untuk melupakan sejenak dendam kesumatnya pada laki-laki itu dan beranjak menjawab.

"Baik, motivasi saya adala-"

"Tolong ceritakan tanpa ngang-ngong, jangan basa-basi apalagi sampai curhat." pangkas Tio.

Clara mengatur udara yang masuk ke paru-parunya. Lalu mengangguk dengan senyum tipis dan kembali ingin melanjutkan kalimatnya.

"Motivasi saya adalah-"

"Usahakan singkat, padat, dan jelas agar waktu saya tidak terbuang sia-sia hanya untuk mengurus Anda." potong sang manajer lagi.

Umpatan, makian, dan nama-nama binatang memenuhi kepala Clara.

Jika saja sekarang mereka tidak ada di ruangan formal. Kepala Tio bisa botak bersih karena habis dijambaknya.

Namun, adik sepupu kesayangan Gavin itu menarik kedua sudut bibirnya. Menyunggingkan senyum manis yang bisa membuat pria manapun akan terdiam sejenak karenanya.

"Saya memilih bekerja disini karena pria tampan yaitu Anda manajernya." goda Clara, memberi kedipan nakal.

Tio sontak menyatukan alis rapinya.

Dua karyawan yang berada di ruangan juga tak dapat menyatukan bibir, bahkan tangan mereka otomatis terangkat kompak untuk menutup mulut dan bersikap profesional.

"Haha, maaf. Saya pikir humor saya nyampe ke om om kaya bapak.." Clara terkekeh, menyelipkan rambutnya.

Tio menggigit bibir bawah untuk menahan emosi.

Baru pertama kali dalam hidupnya, ada seseorang yang berani main-main dengannya. Apalagi pelakunya sedang menggantungkan nasib kepadanya.

"Sadar bahwa kamu tidak punya sopan santun?" tuding sang manajer.

Married With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang