34. Bersih

1.4K 226 252
                                    

"DORR!!!!"

Hal yang terus menghantui pikiran Dio akhirnya terjadi juga. Beberapa peluru kini menghantam dua ban belakang mobilnya. Seluruh penumpang terguncang, teriakan memenuhi atmosfir mobil yang dikendarainya.

"RA, SEKARANG GIMANA?!" pekik Kavino yang dadanya mulai sesak.

"BAN MOBIL KITA KEMPES! GAK BISA LANJUT, RA!" timpal Dio dengan mata membelalak.

Sel-sel di otak Kiran bekerja lebih keras, ia harus mengubah rencana sekarang.

"Banting ke kanan dalam itungan ke tiga, Yo."

"Hah?!" Dio mengernyitkan wajah saat melihat plang di kejauhan sana.

"Kamu yakin, Ra?!" tampik laki-laki itu saat tahu betul tempat di depannya.

"Ga ada pilihan lain." sahut Kiran.

".. Kalian, sebelum mobil ini nabrak gedung panti asuhan, lompat dan sembunyi dimana pun kalian bisa. Bantuan pasti bakal dateng."

"Sembunyi sampe kapan, Ra?! Kita pasti bakal mati hari ini!!" sergas Reyker dengan mata yang memanas.

"Gak, bantuan pasti bakal dateng,"

"Aku percaya penuh sama Apin." lirih Kiran di akhir.























"DORRR!!!!!"

























"Satu..." Kiran mulai menghitung.

Ceklek!

Ceklek!

Ceklek!

Semua kunci pintu mobil dibuka oleh Dio, kaki mereka telah siap untuk lompat demi hidup.

"DORRR!!"

"DORRRRR!!"

"Dua...." Kiran mengulum bibir saat mobil mereka melaju semakin cepat.

"TIGA!!!!!" Kiran meraih engsel mobil di sebelahnya.

SRETTTT.....!!

Dio mengeluarkan mengumpulkan tenaga pada kedua pergelangan tangannya untuk membanting setir ke arah kanan. Decitan yang mengusik telinga terdengar di tengah kesunyian pepohonan di bukit itu.

Dio membawa mobilnya masuk ke area panti asuhan milik mendiang Tari yang sudah tak berpenghuni.

Laki-laki itu tahu betul bahwa ia tak mungkin sempat menginjak pedal rem.

"LOMPAT!!!!" laung empunya sepersekian detik sebelum mobil dengan kecepatan maksimal itu menghantam bangunan besar tua.





























BUM!

























Mobil itu meledak dan menimbulkan kobaran api yang amat menggelegar.

Deret mobil hitam yang mengejar mereka berhenti sejenak.

Satu-persatu bawahan dari Eric dan Monika turun membawa senjata lengkap di genggaman tangan.

Hawa panas dari Sang Jago Merah membuat wajah mereka mengernyit.

"Apa mereka tewas?" tanya salah satu.

"Kita tidak boleh lengah," sahut seorang pria dengan badan tegap.

"Masuk dan geledah bangunannya!" lanjutnya dengan lantang. Mendapat teriakan setuju dari rekan-rekannya.

Married With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang