"Hngg, good morning, baby..." suara Gavin terdengar berat dan serak. Ia meregangkan tubuh di atas ranjang empuk nan hangat hotel.
Dua wanita montok yang hanya memakai bra dan celana dalam mengeratkan pelukannya pada Gavin.
"Your phone woke me." ujar kesal wanita berambut pirang dan mata biru.
Tubuh atletis Gavin hanya terbalut bathrobe, ia melirik malas benda tipis yang tergeletak di atas nakasnya.
Benar, ada panggilan disana. Gavin mendengus kecil lalu mengucek matanya singkat, beranjak bangun.
Gavin menyambar ponselnya lalu menggeser tombol hijau.
"Paan sih, ganggu pagi routine gue aja!" cecar Gavin.
"Dicariin Pak Richard, Gav!"
"Hah, bokap gue?" Gavin langsung mendapat seluruh kesadarannya.
"Lo disuruh ke kantor, kata gue cepetan. Muka Pak Richard gak nyantai."
"Oke, gue otw sekarang."
"Baby, i'm so sorry.. I must go." Gavin mengecup singkat pipi kedua wanita western itu.
Mereka tampak sangat kecewa, hanya bisa menyaksikan punggung Gavin hilang dari netranya.
***
"Brakk!!"
"Apa gunanya kamu kuliah di UI, kalo jadi manajer umum aja gak becus?!" laung Richard, menampar putranya dengan beberapa lembar kertas.
"Income menurun drastis, pelanggan kabur karena kinerja gak jelas, dan kamu asik-asikan di kamar hotel?!"
"Aku ke hotel juga buat kerja, pa.."
"Jangan berani bohong sama papa!" sergas Richard.
"Ajudan papa nemuin dua wanita Australia keluar dari kamar kamu." lanjut pria itu, mengacung telunjuk.
"Papa diajarin privasi ga, sih?" sambar Gavin.
"Atau hobi nguntitin anak sendiri?"
Richard mengulum bibir erat, jika saja bukan putranya sendiri, tangannya pasti akan mematahkan leher Gavin.
"Kayanya cuma perjodohan sama anak temen papa yang bisa bikin kamu bisa berubah."
"Siap-siap, tiga hari lagi pertemuan kedua keluarga di resto papa."
"Kapan sih, papa ngerti?" sela Gavin.
"Aku capek dikekang terus kaya gini!" nada bicara laki-laki dengan kemeja putih itu naik dua oktaf.
"Papa juga capek ngeliat kamu keluyuran sana-sini abis lulus!"
"No money, no car, no access to any hotel." tambah Richard.
Gavin merapatkan bibirnya, giginya beradu, ia meninju meja kerjanya saat ayahnya itu hilang di balik pintu.
***
"Tolong bantu saya, pak.. Saya sudah melamar kerja di banyak tempat tapi semuanya ketolak!"
Seorang laki-laki tinggi, berkemeja hitam, dan masker sedang berlutut di bawah kaki HRD First Empire.
"Artinya memang kemampuan anda di bawah rata-rata!" sang HRD berkacak pinggang.
"Security, bawa orang ini!" lanjutnya.
"Pak! Pak! Saya berjanji akan bekerja keras! Mohon terima saya!" pinta laki-laki itu sembari terisak.
"Ada apa ini, ribut-ribut?"
![](https://img.wattpad.com/cover/346670115-288-k587358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Benefit
Fanfiction[Collaboration To Celebrate NCT Dream's Anniversary] Gavin Aksagara, laki-laki pewaris Grup First Empire, perusahaan impor asal China yang tengah menguasai pasar Asia. Ia memiliki prinsip tidak ingin menikah seumur hidup, bermain bersama teman dan '...