study tour

384 76 4
                                    

"ini snowy lo titip ke siapa anjing?" yeji bertanya kepada  jeno saat mereka mengeluarkan koper mereka untuk kegiatan berlibur yang akan diadakan oleh sekolah. jeno yang tengah memastikan apartemen mereka tidak ada jejak  yang bisa dililhat oleh siapapun, menyembunyikan semua peralatan agar ia tidak meninggalkan jejak atau apapun itu. ia mematikan komputernya, memastikan kalau komputer itu tidak menunjukkan apapun begitu jeno keluar dari apartemen.

masalahnya dia akan ada di luar kota dan polisi bisa saja mendatangi apartemen mereka apalagi ketika mereka tidak ada di tempat ini. walaupun jeno tahu keamaan di tempat ini cukup ketat, jka mereka menghalangi polisi tentu saja akan membuat kecurigaan yang berarti bagi mereka.

"temen gue ada di rumah. tenang aja dia orang kaya kok jadi lo ngga  usah khawatir kalau misalnya snowy sampai kelaparan" teman yang dimaksud oleh jeno tentu saja mark.  ia menitipkan husky yang  makin lama makin banyak drama itu  di rumah orang tuanya  yang  untungnya  mau menerima anjing bermata biru itu.

"udah ngga ada jejak yang tersisa kan ya?" jeno bertanya kepada yeji yang juga memberekan tempat kerja mereka. yeji menggelengkan kepala. "aman. semoga mereka ngga nekat nembus kesini"

ia kemudian menggendong ransel nya yang menggembung. ia hanya membawa ransel besar yang akan ia  pakai selama lima hari. sementara yeji nampak begitu repot. ia membawa dua koper sendiri, yang isinya juga ada sih barang-barang jeno yang dititip kepadanya yang tidak muat di ransel. jeno mungkin akan membeli tas lagi untuk membawa barang-barang kotornya nanti.

keduanya menggunakan taksi untuk menuju bandara, tidak mau mengambil resiko membiarkan mobil mereka berkeliaran bebas di luar.

"lo ngerasa was-was ngga?" yeji bergumam begitu mereka sampai di bandara. ia bertanya sambil menarik kopernya  masuk. ia memang berjalan dengan anggun, menggunakan blus berwarna peach dan celana jeans  serta sepatu berwarna putih dari merk terkenal lengkap dengan sunglasses yang ia kenakan di mata.

jeno melangkah di sampingnya, membawa koper satunya dengan tenang. ia memakai kaos hitam dengan celana jeans biru tua. di tangan kirinya terpasang Audemars berwarna perak yang sudah ia modifikasi, ia sambungkan dengan taeyong secara langsung agar jeno mudah mendapatkan bantuan apabila keadaan terdesak. ia menganggukan kepala. '"iya" jawabnya apa adanya.

tentu saja, siapa yang tidak khawatir ketika dia adalah buronan kepolisian yang tengah diburu akibat kasus pembunuhan. beruntung penerbangan mereka adalah penerbangan domestik sehingga ia tidak harus repot-repot melewati bagian imigrasi dan menunjukkan  wajahnya terlalu lama. ia membiarkan rambut blonde nya terkena pantulan matahari.

"kalian bareng?" lia bertanya antusias melihat yeji dan jeo berangkat bersama. tau sendiri kan yeji naksir pria disebelahnya. jeno hanya tersenyum tipis, ia menggeserkan koper milik yeji hingga kini wanita jangkung di sampingnya memegang dua koper yang ia pegang di tangan kiri dan kanannya.

"udah banyak yang ngumpul?" jeno melihat-lihat sekitar, memastikan tidak ada kepolisian ataupun pihak lain yang nenyebar di bandara. beruntung, ia tidak melihat siapapun sehingga perjalanannya akan aman.

"lumayan, lima belas menit lagi kita terbang kan?" jeno membuka ponselnya, menghubungi mami dan papinya kalau ia akan terbang sebentar lagi. papinya tidak menjawab karena bekerja sementara maminya meminta oleh-oleh saat jeno pulang nanti.

"sumpah gue salah jalur" mereka menoleh ke arah haechan yang nampak terengah-engah. "untung lo ngga telat, telat dikit aja lo bodo amat guru ngga bakal nyariin lo" renjun menjawab kesal, bosan dengan alasan haechan yang terlambat. pasti ada saja yang membuat pria itu terlambat walaupun sepuluh menit keterlambatan. jeno menggelengkan kepala, ia kemudian berbaris mengikuti teman-temannya unntuk diabsen.

DOUBLE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang