on action

344 71 9
                                    

"snowy, anak mami" yeji berseru sambil menggendong husky berusia enam bulan itu. husky yang diberi nama snowy itu menggonggong kesenangan ketika yeji memutar-mutar tubuhnya ke udara.

jeno dan yeji kembali ke apartemen ini pukul satu malam melalui jalur udara, yeji tidak tahu mereka menaiki kapal siapa karena setahunya dia hanya mengikuti kemana jeno melangkah. mereka tidak membawa oleh-oleh apapun karena acara berburu oleh-oleh seharusnya hari ini  tapi karena mereka harus pulang lebih cepat dan entah jeno memberikan alasan apalagi ke guru hingga membuat mereka berhasil keluar dari sana dengan selamat.

yeji duduk di ruang tengah mengusak-usak snowy yang baru saja kembali bersama jeno yang mengambil anjing lucu yang sekarang sibuk 'berbicara' dengan yeji. jeno entah melakukan apa di dalam kamarnya, yeji hanya menunggu perintah apa yang diperintahkan oleh jeno.

snowy menggonggong dan turun dari pangkuan yeji ketika melihat jeno keluar dari kamarnya. jeno menghampiri yeji yang duduk di ruang tengah. ia kemudian mengulurkan tangan yang isinya terdapat sepasang benda kecil yang yeji tidak tahu apa isinya.

"ini earpiece, lo bisa pakai--nevermind, sini gue bantu pasang"  jeno menyibakkan rambut panjang yeji sehingga ia berhadapan langsung dengan leher putih dan jenjang milik wanita di depannya. yeji berharap ada sesuatu yang lain tapi ia lupa kalau jeno siapa, dia bahkan tidak memberikan reaksi apapun, lebih fokus memasang benda kecil seperti plaster di telinganya.

"gue udah briefing yang lo harus lakuin sekarang?" yeji menganggukan kepala, membenarkan rambutnya agar bagian telinganya tertutupi dengan sempurna.

"oke, gue ambil alih dari sini. good luck"

***

dengan memakai kaos oversize berwarna putih dan celana pendek hitam yang hanya menutupi setengah pahanya,  yeji melangkah dengan percaya diri. kacamata yang sudah dilengkapi dengan kamera pengawas yang diberikan secara khusus oleh jeno membingkai mata kucingnya dengan indah.

tujuannya adalah sebuah restoran sandwich cepat saji. ia melangkah, memperhatikan sekitar, melihat kondisi yang terjadi di sekelilingya apakah nampak menguntungkan baginya atau tidak untuk masuk ke dalam sana. ia melangkah masuk ke dalam setelah pria berusia tiga puluhan tahun masuk di depannya.

"selamat datang, ingin memesan apa?" yeji berkedip kedip dengan kebingungan seolah ini kali pertama ia datang ke restoran ini.

"eeng..." ia melihat-lihat jajaran isian sandwich di depannya penuh kebingungan. ia kemudian menoleh ke sebelahnya. "maaf kak, kira kira yang enak disini apa ya?" tanya nya kepada pria yang masuk di depannya tadi. pria itu menoleh, sedikit terkejut melihat ada anak sma yang menatapnya kebingungan.

"kalau favorit saya ini" ujarnya sambil menunjukkan satu menu. yeji menganggukan kepalanya. "saya mau pesan yang sama kaya dia" yeji menunjukkan cengirannya. karyawan di depannya menganggukan kepala kemudian memberikan pesanan milik yeji.

yeji menganggukan kepalanya, membayar, dan mengucapkan terima kasih ketika ia mendapat pesanan. sebuah sandwich yang dibungkus dengan kertas sudah ada di tangannya. ia kemudian melangkah keluar dari restoran tersebut ke arah timur.

ketika ia melangkah menjauh dari restoran tersebut, sebuah motor dengan kencang mendekat ke arahnya dan langsung saja mengambil tas yang ia sampirkan di bahu. spontan yeji berteriak histeris. "JAMBRETTTTTTTT"  teriaknya membuat orang-orang yang tengah berada di sana menoleh ke arahnya yang menunjuk nunjuk motor yang melaju begitu kencang membawa tasnya.

"kenapa?" pria yang tadi ia temui di restoran cepat saji menoleh ke arahnya, ditangannya  masih ada sandwich yang terbungkus dengan rapi. yeji yang tengah berdiri dengan air mata yang menggenang menunjuk-nunjuk motor yang sudah melaju jauh dari tempatnya berdiri.

"udah jangan nangis dulu, kita ke kantor polisi aja. sebelum maling tadi semakin jauh" mendengar penawaran itu, yeji menganggukan kepalanya. ia menghapus air mata yang membuat matanya menjadi bengkak kemudian mengikuti pria tersebut ke dalam mobilnya, duduk dengan tenang di bangku belakang sambil memegangi sandwich nya.

"kalau boleh tau di dalam tas nya isinya ada apa?"

yeji menghela napas. "uang, atm, kartu kredit, kunci rumah, kartu-kartu identitas" yeji menundukkan kepala. pria yang merupakan polisi itu menghela napas kemudian menyetir mobil dengan cepat menuju kantor polisi.

karena menyetir dengan kecepatan tinggi, yeji sudah berada di kantor polisi kurang dari sepuluh menit beruntung tidak ada kemacetan. ia kemudian turun, mengikuti pria tersebut melangkah.

langkahnya terarah ke bagian dari kepolisian. ia duduk di hadapan pria tadi yang tengah melepas jaketnya dan duduk di depannya, mengurus  laporan dari wanita di depannya. seharusnya ini bukanlah tugasnya, tapi apa boleh buat, dia yang berada di dekat bocah sma ini sehingga  mau tidak mau dia membantu tim lain karena dia juga melihat pelaku kejahatan.

"boleh diceritakan gimana kejadiannya?" yeji kemudian mulai bercerita dari mulai ia keluar dari restoran kemudian melangkah ke timur berlawanan arah dari polisi tersebut karena ia akan pergi ke salah satu toko yang menjual sepatu, tidak jauh dari restoran tersebut berada.

"kita akan bantu secepatnya, biar saya hubungi tim patroli jalan untuk menghentikan pria tersebut. kamu bisa menunggu terlebih dahulu. sandwich nya bisa dimakan dulu karena kayanya kamu belum sempat makan" yeji menganggukan kepalanya. ia menghapus air matanya.

"bisa  aku ke toilet, pak?" ia mengganti panggilannya menjadi pak setelah menyadari kalau di depannya adalah polisi yang usianya dua kali lipat daripada dirinya. polisi tersebut menganggukan kepala. ia membiarkan yeji meletakkan sandwichnya di meja dan meninggalkan untuk melangkah ke toilet.

ia melangkah menuju toilet yang letaknya sebenarnya cukup jauh dari tempatnya diperiksa.

"astaga, maaf maaf. saya ngga liat kalau ini toilet pria" yeji spontan menutup matanya saat melihat ada seorang polisi keluar dari bilik kamar mandi ketika dia mencuci tangan. polisi dengan tubuh tinggi dan wajah putih tersenyum tipis. "tidak apa-apa, hanya ada saya disini"

yeji mengingat-ingat siapa polisi di depannya, ia seolah pernah bertemu pria ini sebelumnya.

"kalalu begitu saya keluar, kamu juga keluar  karena banyak polisi yang mau pakai kamar mandi itu" polisi tadi berujar sambil mengeringkan tangannya di pengering yang berada tidak jauh dari  yeji kemudian melangkah meninggalkan yeji.

yeji melirik nama yang ada di dada kanan seragamnya. "baik, polisi jaehyun"

***

"gimana pak? barang-barang saya akan kembali?" yeji bertanya setelah kembali dari   kamar mandi.

pria di depannya menggelengkan kepala. "sayangnya pria yang mengambil tas adek ngga sempat kami kejar. untuk sementara waktu, kami berikan surat tanda kehilangan. nanti adek tinggal mengurus ke instansi terkait dan mendapatkan semuanya. kami juga akan bekerja sama untuk meringkus pria yang mengambil tas adek" yeji mengangguk pelan, ia nampak pasrah saat polisi tersebut memberikannya sebuah surat yang dimasukkan ke dalam amplop.

"ya udah pak, kalau begitu saya pamit. nanti saya balik lagi kalau saya kebingungan ngurusnya" yeji berujar sambil mengambil sandwich miliknya yang ada di meja. ia kemudian melangkah dengan lemas keluar dari ruang tersebut.

kepalanya ia tegakkan ketika ia sudah melewati pintu keluar. ia kemudian membuka sandwichnya sambil berjalan kemudian menggigitnya.

ia berdiri di depan halte sambil memakan sandwichnya, tersenyum lebar di balik roti yang ia pegang ketika polisi-polisi mulai berhamburan dengan sirine ambulans yang berdatangan.

mati eh?

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

DOUBLE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang