"kenapa lagi lo?" jeno melirik yeji yang membanting dirinya dengan lesu di kasur. Ini jam sebelas malam dan tumben-tumbenan sekali yeji sudah pulang dari kegiatan 'malam' nya.
yeji dengan mini dress nya langsung menyembunyikan wajahnya di kasur. tidak peduli dengan pakaian mahal serta make up yang ia kenakan. wajahnya nampak merengut kesal seolah olah ada yang membuat harinya berantakan.
yeji menatap jeno sekilas. Ia melihat pria yang usianya sebentar lagi delapan belas itu tengah duduk sambil memakan ayam goreng. tidak tanggung-tanggung, jeno membeli satu bucket ayam yang dimakannya sendiri. Alasannya karena dia terlalu malas memasak, jadi dia membeli ayam satu bucket dengan tiga nasi serta sebotol besar cola. Tidak sehat? tidak apa-apa yang penting dia kenyang.
lagipula di rumah ini mereka berdua tidak ada yang bisa masak.
"HUAAA JENOOO BANGSAAT" jeno menyingkir ketika badannya yang sedang asik-asik duduk tiba tiba dipukul oleh yeji dengan bantal. Dengan ayam yang ada di mulutnya serta tangan yang memegang keranjang besar berisi ayam dia melompat karena penyihir di depannya ini memukulnya dengan tidak main main. "gwuwe dwiwem ajwa" gumamnya tidak jelas karena mulutnya mengunyah ayam.
Karena kesal mengetahui jeno tidak ada kesalahan disini, yeji menghentak-hentakan kakinya di lantai. "ARGHHHHH GUE KESELLL KESELLL HUAAAAA"
jeno dengan panik mengambil satu potongan ayam paling kecil kemudian memasukannya ke dalam mulut milik yeji. mata yeji membulat kesal karena secara tiba-tiba ada ayam nyasar di mulutnya padahal dia sekarang sedang emosi.
"makan dulu, dong. ngomel mulu kaya knalpot bajaj" jeno kemudian melenggang menuju balkon kamarnya dengan tangan masih memeluk ayam. yeji yang kesal merengut sambil memegang ayamnya mengikut kemana jeno melangkah.
suasana malam yang lengang menyambut yeji. biasanya dia pulang dengan kondisi tipsy atau mabuk parah jadi jarang sekali dia pulang dengan kondisi sober. ada sih beberapa kali. tapi biasanya dia pulang setelah meneguk beberapa gelas alkohol.
"lo kenapa balik-balik jam segini" jeno menepis tangan yeji yang hendak mengambil ayamnya lagi. yeji mendegus. "bagi elah, pelit amat. duit lo banyak juga kenapa ngga bagi-bagi"
jeno melirik yeji sinis. "duit lo juga banyak tapi punya lo kebanyakan buat foya-foya soalnya" ia menyindir dengan keras yang dibalas tabokan kepala oleh yeji.
"gimana perasaan lo setelah lo ngebbunuh orang-tua lo?" yyeji bertanya kepada jeno setelah sekian lama diam memakan ayamnya sambil berdiri di balkon.
"lo tanya gue?" yeji menganggukan kepalanya/ "iya lah. gue tanya siapa ke satu-satunya orang yang berani ngebunuh orang tuannya dengan sadis"
jeno mengangkat bahu. "bukan haya gue kok, ada juga yang ngelakuin di luar sana cuma ngga lo tau dan ngga keliput media aja" jeno menjawab apa adanya.
"terserah, tapi karena lo yang penah ngelakuin itu. jadi gue harus tanya ke lo. gimana caranya lo bisa ngebunuh orang tua kandung lo dan apa yang lo rasain setelah itu?" jeno menelan ayamnya kemuian mengingat ingat apa yang orang tuanya lakukan hingga membuat mereka harus jeno musnahkan di dunia ini.
"karena mereka pantas" jeno menjawab apa adanya. langsung pada intinya. yeji menatap jeno tidak percaya, pria disebelahnya memang tidak pernah berrujar dengan ampun tapi dia tidak pernah tahu, diamnya pria ini jauh lebih mengerikan dibandingan caranya bertindak menerkam musuh.
"dan apa yang lo rasain setelah itu?"
"bebas. gue bebas dari orang yang bikin hidup gue susah" jeno menjawab apa adanya sambil tersenyum, senyumnya manis namun tidak seimbang dengan ucapan yang baru saja ia keluarkan.
jeno meneguk minumannya kemudian menoleh ke arah yeji dengan raut penuh pertanyaan. "jangan bilang lo mau ngelakuin yang sama?" ujarnya sambil menatap yeji dengan alis terangka.
yeji mendengus, membuang tulang ayam ke tempat semula. "kalau bisa sih mau. gue ud cape. kaya gue baru sadar dari dulu gue disetir ini itu. gue ngga bia ngelakuin apa yang gue mau karena harus jaga nama baik keluarga. gue bahkan diinjek injek sama sepupu gue karena gue pernah hamil di luar nikah dan dianggap aib keluarga besar. anak gue dibunuh kakeknya karena dianggap bikin aib dan selalu bikin gue merasa bersalah. walau gue tau anak gue lahir dari kesalahan gue sama si bangsat, gue masih ngerasa dan ngebayangin kalau dia masih hidup, dia udah bisa apa ya. gue mau style dia pakai rok warna warni kalau perempuan atau kalau laki laki gue bakal ajakin dia ke playground buat main mobil-mobilan. tapi ternyata, mereka ambil semua dari gue padahal gue lagi berusaha nerima keadaan tapi mereka ngga bakal pernah paham soal itu" yeji menatap jauh ke awan hitam di atas sana.
malam ini nampak gelap dan mendung, tidak ada bintang maupun bulan yang bersinar. semuanya lengang karena ini sudah malam di tempat ini. tidak hanya itu, penghuni apartemen ini kebanyakan sudah tidak lagi keluar ketika malam tiba karena mereka kebanyakan pekerja dan apartemen ini belum banyak penghuninya karena masih baru.
"then, don't" jeno menjawab singkat sambil mengunyah ayamnya yang kesekian kalinya.
yeji menoleh, menatap jeno tidak mengerti. "kenapa? harusnya gue bisa bunuh mereka karena gue punya alasan yang jelas kan?" ia berujar kepada jeno, tidak percaya dengan apa yang pria itu ucapkan.
"ngebunuh mereka ngga bakal bikin sakit hati lo kelar yeji. lo beda sama gue. lo ngga sebenci itu sama mereka" jeno menjawab apa adanya. ia masih tidak menoleh ke arah yeji, membiarakan wanita itu menangis tanpa memerlukan keberadaan dirinya di sampingnya.
"gue ngga tau harus apa sekarang, gue benci mereka tapi gue ngga sampai hati kalau ada yang nyakitin mereka, terutama hyunjin" yeji menghapus air matanya.
jeno membuang tulang ikannya. "then don't" ia menjawab singkat.
"lo punya apa yang ngga punya di hidup gue, yeji. rasa. lo bisa ngerasain apa yang mau lo rasain, cinta, benci, marah, senang, sedih, atau emosi lain yang bikin kita beda. dan lo masih punya soft spot buat mereka yang ngga bisa lo ilangin gitu aja sebenci apapun lo sama mereka" jeno menjawab apa adanya. yeji semakin menunduk karena yang jeno ucapkan benar adanya.
"pulang kalau lo udah cape kabur. mereka masih keluarga lo, atau setidaknya lo tau hyunjin bakal lakuin apapun kalau ada apa-apa sama lo. gue ngga ngusir lo, kalau lo masih sama gue sih gue ngga masalah cuma lo tau sendiri gue lagi ada di posisi yang terjebak. mereka lagi terbakar, jadi gue ngga mau lo kebawa sama masalah gue" jeno berujar dengan realistis.
"kenapa? kan gue yang ngelakuin itu sama lo dan ngga ngelakuin ini tanpa paksaan" yeji protes. ia sebenarnya tidak terlalu mengerti ketika jeno beralasan tidak mau membuatnya terseret.
jeno mengangkat bahu. "biar lo bisa nolongin gue. gue ngga bakal seret nama lo walaupun nanti gue bakal dihukum seberat-beratnya. lo bisa hidup dengan tenang nanti. tenang aja"
yeji menatap jeno marah. "lo jangan gitu, anjing. jangan bikin gue makin nangis tai" yeji protes. ia sudah menangis dari tadi malah tangisannya semakin deras ketika jeno berujar. jeno hanya tertawa pelan. "gue cuma bilang itu kemungkinan terbesar posisi gue sekarang. jadi, kata gue mending lo balik lagi aja daripada lo kena apes" ia menjawab sambil mengambil ayam terakhirnya.
yeji merengut. ia kemudian mendekat, memeluk tubuh pria yang bersedia menampungnya selama ini. ia menyandarkan kepalanya di bahu pria yang tengah asik mengunyah ayam membuat jeno berjengit kaget. "apasih lepasin gue lagi makan"
yeji menggelengkan kepalanya, memeluk lebih erat bahkan kedua kakinya melingkar di tubuh jeno. sekarang ia terlihat seperti anak kukang yang menempel pada induknya yang sedang makan malam. "gue ngga mau pergi napa sih. jangan usir-usir gue. gue kan udah sayang sama lo. gue ngga peduli lo sayang sama gue apa engga, pokoknya gue bakal ngejar lo sampai mampus" yeji berceloteh.
jeno yang tengah mengunyah ayamnya hanya bisa menggelengkan kepala. ia tersenyum tipis. "orang gila"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE TROUBLE
FanficNatasha Yeji merupakan anak seorang konglomerat terkenal. Dia hidup dengan rengkuhan harta serta kasih sayang. Semua orang menjaganya agar tidak ada siapapun berani menyentuh gadis cantik ini. ia tidak pernah jatuh cinta sebelum bertemu dengan kakak...