"JENO JENO JENO" yeji berteriak menyemangati jeno yang tengah melakukan servis di garis belakang. mereka sekarang ada di sebuah pantai dengan pasir putih dan laut biru yang begitu menggugah pemandangan.
ini hari kelima mereka ada di kota ini, setelah berhari hari mereka berlibur di tempat yang indah ini, kegiatan sore hari ini adalah voli pantai. mereka, terutama tim yang berisi pria-pria dari masing kelas mengadu ketangkasannya di olahraga ini sementara anggota perempuan mengikuti estafet lari.
termasuk jeno yang tengah bertanding bersama teman-temannya. ia tmemakai kaos tanpa lengan berwarna hitam, celana pendek berwarna biru tua dengan kacamata yang ia gantungkan terbalik di belakang kepalanya. rambutnya yang pirang begitu mencolok dibandingkan dengan teman-teman lainnya.
karena memang ini ada di pantai publik, tidak hanya mereka yang datang menonton, melainkan para pengunjung yang kebetulan datang juga ikut menyaksikan peretandingan sengit dari tim kelas jeno dengan kelas lawan. tidak, lebih tepatnya melihat jeno.
"mau gue colok aja tuh mata liat cowo orang sembarangan" yeji menatap kesal pengunjung yang terang-terangan melihat jeno seolah jeno makanan yang siap santap. jeno terlalu menggoda untuk mereka. tau begini mending nih introver satu di rumah aja di depan komputer.
"sebenernya itu bukan pacar lo sih kalau gue boleh bilang" yeji langsung menoleh dengan kesal ke arah ryujin yang sedang duduk menatap pertandingan di hadapannya dengan bosan. dia tidak terlalu suka melihat pertandingan olahraga, jika kekasihnya latihan pun dia sering keluar dan akan kembali datang ketika latihan akan berakhir.
"diem, hak menyindir lo buat gue, gue cabut" yeji mengibaskan rambutnya. ia tengah memakai celana jeans sepaha dengan atasan tanpa lengan. nampak terbuka namun ia tetap nyaman. lagipula siapa yang berani dengan dirinya ketika mereka tahu siapa dia sebenarnya. senyumnya makin lebar ketika melihat jeno berhasil mencetak skor untuk kemenangan mereka. tepuk tangannya semakin keras apalagi ketika ia melihat jeno keluar dari arena pertadingan.
jeno kemudian duduk di salah satu kursi pantai, meluruskan kakinya kemudian memakai kacamatanya dengan benar sembari mengatur napas. energinya habis dipakai ketika ia tengah berada di sekitar banyak orang sehingga sekarang ia memilih untuk mengatur napas dan memejamkan matanya, mencoba tidak melihat siapapun yang melihat kepadanya.
"minum ga lo?" mendengar suara yang familiar, jeno menggelengkan kepalanya. "engga usah. dompet gue ketinggalan di tas. lo ada duit? minjem ntar gue ganti" yeji yang menghampiri jeno menggelengkan kepala. "engga sih, sama kaya lo. gue juga ngga bawa duit" yeji menjawab apa adanya. jeno menghela napas, ia merebahkan kepalanya, membiarkan angin mengenai rambut pirangnya.
yeji melihat ke arah sekitar, banyak orang yang tengah melihat pertandingan selanjutnya. ia melihat ke sekeliling. "bentar, lo tunggu sini. gue beliin" yeji berujar, memakai kacamatanya dengan percaya diri. jeno mengangkat alis kanannya, melihat kemana yeji melangkah dari balik kacamatanya.
ia melihat wanita itu melangkah menuju kerumunan pengunjung secara diam-diam sesekali berbincang dengan beberapa pria yang mengajaknya berbincang. yeji nampak terlihat ramah, menanggapi pembicaraan yang tidak kunjung berakhir. jeno menunggu apa yang dilakukan eji dengan sabar, tapi ia tidak melihat apapun selain yeji yang berbincang. ia melihat yeji kemudian kembali ke tempatnya dengan dagu yang terangkat tinggi tinggi.
yeji tersenyum lebar kemudian duduk di samping badan jeno sehingga tubuhnya tertutupi. ia kemudian membuka genggaman tangannya dan melihat dua lembar uang berwarna merah di tangannya. "tara~~" ujarnya sambil tersenyum lebar.
jeno mengangkat alis. "darimana lo dapetin semua ini?"
yeji menyengir. "mencuri dong" jawabnya singkat seolah itu bukan tindak kejahatan.
"gimana caranya? padahal gue ngga liat lo ambil duit dari mereka" jeno bertanya dengan penasaran. mereka menghentikan pembicaraan ketika renjun mendekat. "jen, lo ngga mau ngikut liat marathon?" tanyanya. jeno menggelengkan kepala. "gue disini aja lah. cape" jeno menolak apa adanya.
renjun menoleh ke arah yeji "lo?"
yeji mengangkat bahu. "gue mau nyari minum sih. nanti dah kalau mau kesana gue kesana. rame banget juga. ntar nyusul" renjun menganggukan kepala. "ya udah gue kesana dulu" renjun kemudian melangkah untuk melihat anak anak perempuan yang akan ikut lomba marathon.
"gue nyari minum. samain aja lah gausah kebanyakan nitip" yeji berujar kepada jeno. jeno memejamkan matanya ketika rambut yeji mengenai wajahnya ketika gadis itu dengan sengaja mengibaskan rambutnya dan berjalan menuju penjual minuman dengan uang hasil curian yang tidak tahu bagaimana cara dia mengambilkannya.
jeno melihat sekeliling, hanya ada dia di sini, sndirian. baguslah. ia tidak harus repot-repot berbicara. ia sudah rindu rumah, ingin pulang saja bawaannya. dia baik baik saja jika tidak harus tinggal di rumah untuk beberapa hari tapi kalau sudah terlalu lama dan dia bertemu dengan banyak orang, rasanya dia ingin pulang saja.
ketika ia sedang melamun sendirian, ponselnya berdering dengan keras. ia kemudian memasang earphone untuk memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan nomor yang tidak asing untuknya tapi tidak di beri nama.
taeyong.
"kenapa bang?" jeno bertanya kepada taeyong.
"lo bisa balik sekarang?" taeyong balik bertanya, menembak pertanyaan dengan peretanyaan yang membaut jeno mengerutkan kening.
"kenapa? dua hari lagi sih kayanya kegiatannya. gue dikejar sampai sini?" jeno bertanya. ia melihat ke arah sekitar, memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"sebentar lagi mereka bakal koordinasi sama semua polisi buat ngejar lo dan kemungkinan besar kalau lo ngga balik sekarang, mereka bakal ada di bandara buat ngelakuin pengecekan. besok mereka bakal mulai rapat koordinasi sama polisi di daerah lain" taeyong menjelaskan kondisi yang ditinggalkan oleh jeno.
jeno terdiam sejenak. "seberapa persen kondisi disana?"
"50 persen. mereka belum ngelakuin press release jadi publik belum tahu. kemungkinan besar bakal diadain setelah koordinasi polisi. makanya gue minta lo balik sekarang buat handle situasi"
"maksud lo?"
"kita perlu berita besar yang nutupin kasus pembunuhan ini. sesuatu yang bikin perhatian mereka teralih. menurut lo apa?" jeno berpikir, memutar pikirannya untuk mendapatkan ide yang bisa mereka gunakan untuk menyelesaikan situasi yang sekarang tengah terjadi.
"how about kill the police?"
"gila lo?! ini namanya lo nyiram bensin ke api yang lagi panas-panas nya" taeyong protes.
jeno mengangkat bahu. "biar sekalian kebakaran. no need to worry. ngga sampai mati juga kayanya eh tapi ngga tau deh besok ngeliat gimana parahnya kasus ini"
taeyong terdengar menghela napas. "terserah lo. gue ngga mau tau gimana caranya lo mau main-main sama polisi. tapi pastikan kalaul lo siap malam ini, gue bakal bilang kalau lo ada urusan. lo bakal pulang lewat laut, itu lebih aman daripada naik pesawat. kita harus cepat pasang sesuatu di kantor polisi buat cari info karena info kita ngga terlalu cukup buat ini. mending lo pikir cara nyadap dan masuk ke sistem milik kepolisian"
jeno melihat yeji yang tengah berjalan ke arahnya dengan kelapa di kedua tangannya. rambutnya berkibar. sebuah pemikiran terpikir di otaknya begitu melihat wanita itu. yeji begitu sampai mengangkat alis melihat jeno tengah menatapnya.
jeno kemudian tersenyum. "tenang aja. gue tau siapa yang bisa ngelakuin itu. gue punya pencuri yang ada di sisi gue"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE TROUBLE
Fiksi PenggemarNatasha Yeji merupakan anak seorang konglomerat terkenal. Dia hidup dengan rengkuhan harta serta kasih sayang. Semua orang menjaganya agar tidak ada siapapun berani menyentuh gadis cantik ini. ia tidak pernah jatuh cinta sebelum bertemu dengan kakak...