rumah

402 63 4
                                    

“terima kasih, class. sampai jumpa di pertemuan selanjutnya”  guru bahasa inggris pria yang mengajar di kelas jeno dan yeji berpamitan di jam terakhir. jam sudah menunjukkan pukul empat sore hari dimana jam pulang sekolah sudah waktunya.  jeno yang selama pelajaran hanya bisa berkedip kedip kemudian dengan cepat memasukkan buku-buku nya ke dalam ransel, rasanya tubuhku lelah sekali karena semalam dia begadang menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda hingga malam tadi.

“yuk balik” yeji merangkul jeno yang hanya bisa pasrah diseret oleh lengan yeji. ia melangkah dengan sedikit membungkuk karena tubuh yeji yang tidak lebih tinggi darinya itu menyeretnya keluar dari kelas.

“sakit, anjing” ia mengaduh sambil mencoba melepaskan rangkulan tangan yeji yang begitu erat di lehernya. yeji menyengir, ia kemudian melepaskan rangkulan yang memaksa di leher jeno. “gue mau pizza. traktir gue ya!” ujarnya seenak jidat. ia sekarang melangkah berdampingan dengan jeno.

jeno mendengus. “duit lo kan banyak, udah gue transfer juga bagi hasil kita” jeno mengomentari yeji. yeji menyengir. “duit gue mau gue beliin tas. jajanin gue, ya, ya?” ia berusaha membujuk teman sekamarnya itu. jeno menggelengkan kepalanya. “ngga. beli sendiri sendiri. orang tua lo kan kaya ngapain minta ke gue” jeno berujar.

yeji mendengus. “yang kaya kan bokap gue, kalau gue kan miskin. apalagi sekarang gue resmi masuk KK lo. lo harus nanggung semuanya” belanya sambil menyengir.

jeno memutar bola matanya. “itu palsu asal lo tahu, gue harus keluarin duit buat jadiin kartu keluarga sama buku nikah biar lo nggak keciduk” jeno menoyor kepala yeji sementara yeji hanya mengaduh sambil mengusap usap dahinya yang didorong oleh jeno.

jeno kemudian mengambil  helm dan menaiki motor sportnya. begitu    tangan yeji hendak memegang bahunya untuk naik, suara seseorang memanggilnya.

“yeji” jeno yang memang melihat sosok yang memanggil yeji menunjuknya dengan dagunya.  “tuh, abang lo manggil” gumamnya.

yeji berbalik, ia bisa melihat hyunjin berada di samping mobilnya. “kenapa?” tanyanya sambil memegangi tas nya. jeno mengangkat bahu, ia kemudian memakai sarung tangannya. 

“lo bisa balik sebentar. ibu mau ngomong sebentar sama lo” yeji kemudian melihat ke arah jeno. jeno mengangkat bahu, kemudian mengancingkan helmnya.

“oke” yeji  menjawab kemudian selangkah lebih dekat kepada hyunjin dan menjauh dari jeno. jeno mengangkat bahu kemudian memilih menjalankan motornya disusul tendangan dari yeji yang mendengus karena jeno meninggalkannya.

“ayo ikut” yeji akhirnya memilih melangkah menuju mobil milik hyunjin kemudian duduk di kursi penumpang sementara hyunjin sendiri yang menyetir. hyunjin melirik posisi duduk adiknya yang sangat berbeda daripada sebelum dia keluar dari rumah. yeji duduk sambil menyilangkan kakinya di kursi sehingga roknya sedikit tersingkap. yeji yang hyunjin tau menjunjung tinggi etika karena memang mereka belajar seperti ini sejak dulu.

“lo masih nggak mau ngasih tau dimana lo tinggal sekarang?” hyunjin bertanya sambil melirik kepada yeji yang tengah duduk sambil meniup niup rambutnya yang jatuh ke mata. yeji menoleh. “buat apa? gue udah tenang hidup. kalau kalian tau, hidup gue bakal rusak lagi” jawabnya enten namun membuat hyunjin terdiam.

keheningan kemudian melanda hingga mereka berdua sampai di rumah mewah milik kediaman orang tua mereka. yeji berdecak, ia kemudian memilih turun dan melangkah di belakang hyunjin.

suara heels yang beradu dengan keramik membuat mereka yang ada di ruang tengah menoleh. disana ada orang tuanya yang nampak menunggu. “lo bohong. kenapa pembunuh itu ada disini” yeji bergumam sambil melihat keberadaan ayahnya yang duduk di kursi kebanggaannya.

DOUBLE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang