Sekolah Fuso
Dua bulan telah berlalu sejak Reiga pertama kali memasuki sekolah.
Di sekolah Fuso, Reiga berjalan menuju perpustakaan. Namun, ia melihat sekelompok murid berkerumun di sebuah papan informasi.
Mungkin ini hari yang biasa bagiku, tapi tidak bagi beberapa orang. Batin Reiga sambil mendekati kerumunan.
Reiga segera bergabung dengan kerumunan untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Rupanya sebuah informasi. Coba aku lihat daftar petarungnya. Batin Reiga membaca secara detail. Sudah kuduga bahwa Koken akan mengikutinya dan dia juga akan bertarung setelah istirahat kedua. Dia akhir-akhir ini sering menjadi pembicaraan dan mendapatkan sorotan dari ketua OSIS. Tapi itu tidak akan mudah baginya. Lanjutnya.
Setelah selesai membaca informasi tersebut, Reiga meninggalkan kerumunan.
Di ruang kelasnya, Reiga masuk dengan langkah mantap. Ia segera mengambil buku dari tasnya dan membenamkan dirinya dalam bacaan.
Waktu berlalu tanpa disadari, hingga bel masuk berbunyi menandakan awal pelajaran. Reiga menghentikan bacaannya dan menyimpan buku tersebut ke dalam tasnya, lalu mengeluarkan buku pelajarannya.
"Baiklah semua, mari kita mulai pembelajaran hari ini," kata Adara.
Adara, seorang wanita yang disegani di sekolah Fuso, tidak hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena sifat baik dan kedewasaannya. Dia dikenal sebagai sosok yang adil dan tidak membedakan perlakuan terhadap siapapun, tanpa memandang status sosial. Kecerdasannya dan kekuatannya menjadikannya sosok yang sangat dihormati oleh semua orang di sekolah. Sebagai seorang Prota, dia juga bertindak sebagai wali kelas Reiga.
Saat Adara sedang menjelaskan materi pembelajaran kepada murid-muridnya. Tetapi, tiba-tiba pintu kelas terbuka.
Semua mata tertuju pada sosok yang memasuki ruangan, dan tak lain dan tak bukan, itu adalah Koken.
Koken, murid yang dengan cepat naik status dari Figu menjadi Prota bahkan sebelum setengah tahun berlalu sejak kedatangannya di sekolah Fuso. Prestasinya yang luar biasa itu benar-benar menggemparkan seluruh sekolah, dan kenaikan statusnya yang pesat membuatnya diundang bergabung dengan OSIS. Selain itu, Koken juga dikenal sebagai teman sekelas dan orang yang duduk di samping Reiga.
"Maaf mengganggu, Bu Adara. Bolehkah saya mohon izin untuk masuk?" tanya Koken dengan napasnya terengah-engah, terlihat sedikit kelelahan.
"Tidak apa-apa, Koken. Kamu kan sudah izin, jadi silakan masuk dan duduk!" jawab Adara sambil tersenyum ramah, memberikan sambutan hangat kepada Koken.
Wajah Koken tiba-tiba memerah, dan dengan cepat dia memalingkan wajahnya sambil berjalan menuju tempat duduknya.
"Aaa, lelahnya," gumam Koken dengan suara pelan.
"Jangan terlalu memaksakan diri!" saran Reiga.
"Terima kasih, Reiga," balas Koken dengan senyum kecil, mengapresiasi perhatian dari temannya.
Adara terus mengajar hingga bel istirahat berbunyi.
"Baiklah semuanya, kalian boleh istirahat," kata Adara.
"Baik, Bu Adara," jawab semua murid.
Setelah semua murid meninggalkan kelas, Reiga juga segera melangkah keluar.
Sementara itu, Koken masih duduk di tempatnya, menyandarkan kepalanya di atas meja, mencoba untuk bersantai sejenak.
"Tugas OSIS memang berat, itulah kenapa mereka disegani ya." Gumam Koken dengan lesu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Modest Knight
AksiIni adalah kisah tentang upaya individu berumur 16 tahun bernama Reiga yang mempertanyakan struktur hierarki sosial. Di dunia yang terbagi dalam tiga tingkatan status: Prota yang berada di atas, Conta yang berada di tengah, dan Figu yang berada di b...