Semi Final Ronde 2
Araka memutuskan untuk mundur sejenak, mengatur napasnya sambil mempersiapkan serangan berikutnya.
Setelah menarik napas panjang, dia menyiapkan kuda-kudanya dan berlari zig-zag menuju Koken. Ketika jarak di antara mereka semakin menipis, Araka melancarkan tusukan cepat dengan kedua cakarnya ke arah depan Koken.
Gawat! Batin Koken, dengan cepat menangkis serangan itu menggunakan gagang tombaknya. Eh! Dia menyerang dengan satu cakarnya saja? Lanjutnya, terkejut melihat perubahan taktik lawannya.
Tiba-tiba, sebuah tusukan cakar lainnya melesat cepat ke arah perut Koken, siap menusuk perutnya.
Dengan sigap, Koken menghempaskan tombaknya yang berhasil menahan satu dari dua cakar Araka, berhasil mendorong Araka mundur ke belakang.
Koken menyiapkan kuda-kudanya dan maju ke arah Araka, menyerangnya dengan tusukan tombak beruntun yang lebih kuat dari sebelumnya.
Araka berusaha sekuat tenaga untuk menangkis serangan-serangan Koken.
Tiba-tiba, saat Araka sedikit lengah, Koken melancarkan tusukan yang kuat.
Araka berhasil menangkis serangan tersebut, tetapi kekuatan tusukan itu cukup besar sehingga ia terpental beberapa langkah ke belakang.
Sementara itu, Koken dengan sigap mengarahkan tusukan tombaknya ke arah perut bagian samping kiri Araka.
Araka berusaha menangkis, tetapi terlambat. Tusukan itu mendarat dengan tepat, menusuk perut samping kirinya.
"Arghh!" seru Araka kesakitan, lalu ia mundur tergesa-gesa sambil memegang perutnya yang terluka.
"Tidak ada pilihan lain. Aku akan mengeluarkan sisa kekuatan untuk satu serangan terakhir. Apakah kau setuju untuk melakukan satu serangan terakhir, Koken?" tanya Araka.
"Baiklah, aku terima," jawab Araka.
Dengan gerakan serentak, mereka melangkah maju.
Koken memegang erat pedangnya, siap untuk melancarkan serangan tebasan horizontal terkuatnya. Sementara itu, Araka menyiapkan cakarnya dalam posisi X.
Keduanya segera maju secara bersamaan.
Koken dengan cepat mengarahkan tombaknya ke samping perut Araka yang sudah terluka parah. Gagang tombaknya menghantam perut Araka dengan keras, mendorongnya terhuyung ke samping kiri dan jatuh ke tanah.
Namun, serangan terakhir Araka tidak sia-sia. Satu cakar tajamnya berhasil menembus lengan kiri Koken, meninggalkan luka goresan. Cakar yang satunya lagi meleset dari sasaran.
Araka berusaha untuk bangkit, tetapi kekuatannya telah habis dan ia jatuh pingsan ketika hampir berhasil berdiri tegak.
Arena menjadi hening.
"Pemenang semi final ronde pertama adalah KOKEN," kata Soza dengan suara yang memecah kesunyian, menetapkan pemenang pertandingan.
"Bagus sekali, Koken," kata Gauri sambil tersenyum bangga.
"Koken akhirnya bisa masuk final," tambah Dina dengan senyum lebar di wajahnya.
"Iya, aku merasa senang," ujar Sira, ikut tersenyum bahagia.
"Itu karena dia sudah berlatih dengan baik," jelas Yumila.
"Iya, Koken telah berjuang dengan sangat baik," ucap Tisya dengan penuh kekaguman.
"Seperti biasa, kita akan menunggu lima menit untuk pertandingan selanjutnya," kata Soza sebelum akhirnya meninggalkan arena.
Setelah lima menit berlalu, Soza kembali ke tengah arena, "Untuk pertarungan selanjutnya, sudah dipastikan bahwa Heren dan Ogen akan bertanding dalam semifinal ronde kedua," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Modest Knight
БоевикIni adalah kisah tentang upaya individu berumur 16 tahun bernama Reiga yang mempertanyakan struktur hierarki sosial. Di dunia yang terbagi dalam tiga tingkatan status: Prota yang berada di atas, Conta yang berada di tengah, dan Figu yang berada di b...