Chapter 26

77 6 0
                                        

Akhir Malam Kekacauan

Di seluruh penjuru Kerajaan, dari barat, timur, utara, hingga selatan, pasukan bantuan Logerand menyalakan kembang api, tanda yang berkilauan di langit malam sebagai isyarat untuk mundur. Semua prajurit yang bertarung sejenak terhenti, mata mereka terpaku pada cahaya yang menyala. Begitu menyadari sinyal itu, pasukan Logerand dengan cepat menarik diri dari pertempuran.

Di bagian timur, Zito bertarung dengan gigih melawan Ogen. Namun, luka parah memaksanya ditarik mundur oleh Bura. Dengan napas terengah-engah, mereka bersama sisa pasukan segera melaksanakan perintah untuk mundur.

Mereka mundur ya, itu berarti Reiga dan yang lainnya telah berhasil menggagalkan rencana organisasi tersebut. Batin Ogen sambil mengulas senyum tipis di wajahnya yang letih.

Di sisi barat, Heren dan Tero sama-sama kelelahan dan terluka, menandakan pertarungan mereka berlangsung seimbang dan sengit. Erisa dan Mika juga berada dalam cengkeraman pertempuran yang tak kalah sengit. Mika, Tero, dan sisa lima puluh lima pasukan Logerand tak punya pilihan selain mengikuti perintah untuk mundur.

"Sudah berakhir?" tanya Heren dengan nada heran dan napas tersengal.

Di bagian utara, Kedo menghadapi serangan brutal dari Koken dan mengalami luka serius, sementara Aira juga berjuang keras melawan Tisya. Ketika aba-aba mundur terdengar, mereka tanpa ragu bergabung dengan empat puluh prajurit Logerand yang masih bertahan.

"Akhirnya mereka memilih mundur," kata Koken dengan nada kemenangan.

Di bagian selatan, Ruga yang tengah bertarung melawan Adri mengalami luka yang cukup parah. Ketika isyarat mundur terlihat, Liro buru-buru mendekati Ruga, dan bersama lima puluh prajurit Logerand yang tersisa, mereka segera mundur dari medan perang.

"Apa sebenarnya tujuan mereka?" tanya Adri dengan rasa penasaran.

Di penjara bawah tanah, Vio dan Reos saling beradu kekuatan dalam pertarungan sengit yang tampak seimbang. Sementara itu, di sudut lain, Sina menghindari serangan Denzo, menunjukkan keterampilannya. Tanpa mengalami luka berarti, Sina mampu melancarkan serangan balasan, membuat Denzo tidak bisa menghindar dari luka. Suasana tegang ini tiba-tiba dipecahkan oleh kedatangan pasukan Logerand yang berjaga di luar.

"Tuan, ada sinyal mundur," lapor salah satu pasukan Logerand.

"Urusan kita masih belum selesai. Untuk sekarang sayang sekali tidak bisa melanjutkan pertarungan," ujar Vio. Tanpa ragu, Vio dan Denzo segera meluncurkan bom asap, mengaburkan pandangan pasukan Erglo dan memerintahkan pasukan Logerand yang tersisa lima puluh tujuh untuk mundur.

Saat asap mulai menghilang, Reos tersenyum puas. "Mereka sudah mundur, itu berarti di penjara pusat juga telah berhasil," ucapnya.

Sina menghela napas lega. "Ya, Tuan Reos, aku sangat bersyukur," katanya, wajahnya memancarkan kelegaan yang mendalam.

Di tengah halaman penjara pusat, Reiga melangkah dengan mantap mendekati Adara dan Wilmo.

"Apakah kau yang mengirim pesan padaku?" tanya Wilmo, matanya memancarkan keingintahuan.

"Benar, aku datang untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan Anda," ujar Reiga, suaranya tegas namun penuh penghormatan.

"Tidak, sebenarnya aku yang harus berterima kasih padamu. Tanpamu, segalanya akan menjadi lebih buruk," jawab Wilmo. "Dan bolehkah aku tahu namamu?" lanjutnya.

"Namaku Reiga," Ungkap Reiga.

"Aku Wilmo, biasa dipanggil Wil.l," kata Wilmo.

"Baik, Pak Wil. Aku ingin meminta bantuanmu sekali lagi, jika tidak keberatan," pinta Reiga.

The Modest KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang