Penyusup di Sekolah
Dengan kegembiraan meriah, para pendukung Koken bersorak memenuhi udara, merayakan kemenangan besar Koken.
Sorak sorai yang riuh langsung membeku dalam ketegangan.
Mendadak, sosok berjubah hitam muncul di antara kerumunan, senjata tajam di tangannya, mengepung penonton dengan ancaman yang tak terduga.
"Diam! Jangan berani bergerak! Atau kami akan mengakhiri nyawa kalian!" ancaman tajam terdengar dari orang berjubah hitam yang menggenggam senapan.
"Beraninya kau!" Tisya menanggapinya dengan langkah tegas, mengeluarkan pedangnya dengan sigap.
Dor!
Namun, serangan tak terduga menghantam senjatanya, memaksa pedangnya terlepas dari genggaman.
"Apa yang terjadi?!" Tisya terkejut, matanya memandang ke arah senjata yang terjatuh.
"Ini masih peringatan," seru seseorang berjubah hitam, menunjuk Tisya dengan senapannya. "Dan jika kau melanggar lagi, kami tak akan segan untuk mengakhiri hidupmu, serta nyawa siapapun di sini," lanjutnya.
"Sialan!" seru Koken, berusaha bertindak, tetapi terhenti ketika melihat orang berjubah hitam mengancam akan menembak seseorang.
Semua anggota Prota, baik peserta maupun penonton, kini terdiam dan ragu-ragu untuk bertindak. Yang sebelumnya berniat untuk melawan, sekarang mengurungkan niat mereka karena ancaman yang diucapkan oleh orang berjubah hitam.
"Kalian lebih baik duduk diam saja sekarang. Mengerti?" desak sosok berjubah hitam dengan nada suara yang memerintah dan tegas.
"HAHAHAHAHAHAHA!" tiba-tiba, ledakan tawa menggema di seluruh arena, memikat perhatian semua orang yang hadir. Semua mata segera tertuju pada sumber suara tawa tersebut. Mereka terkejut melihat bahwa yang tertawa keras adalah Sinero.
Sinero dengan gerakan cepat menarik sebuah botol kecil berisi cairan dari dalam saku jubahnya.
"Kau pikir kemenangan sudah di tanganmu?" ucapnya sambil tersenyum sombong. "Sayang sekali, ini adalah saatnya untuk mengubah segalanya."
Dengan sikap percaya diri, Sinero membuka botol dan meneguk cairannya dengan mantap.
Reaksi terkejut langsung memenuhi ruangan begitu tindakan Sinero terungkap.
Semua pahlawan Prota dengan cepat menyerang sosok berjubah hitam yang berada di sekitar mereka saat mereka lengah, sebelum akhirnya turun ke arena. Bahkan, beberapa di antara mereka telah meluncurkan panah mereka ke arah orang yang memegang senapan.
Sebelum Tisya turun, ia memanggil para guru. "Tolong selamatkan murid-murid yang disandera. Kami akan menghadapi Sinero!" ujarnya dengan tekad. Para guru dengan cepat menyetujui, dan Tisya segera bergabung dengan rekan-rekan Protanya.
"Tidak peduli seberapa keras kalian berusaha melawanku bersama-sama, itu tidak akan membuat perbedaan apa pun. Karena kalian hanya tujuh orang," ujar Sinero, suaranya dipenuhi dengan sombong yang tidak terbantahkan.
Tiba-tiba, ratusan orang-orang berjubah hitam muncul dari berbagai arah.
Tisya menatap Sinero dengan mata tajam, menyiratkan pertanyaan yang seakan-akan telah dia pikirkan sejak lama. "Jadi, semua ini sudah kau rencanakan sejak awal?"
Sinero membalas dengan senyuman yang memancarkan kepuasan. "Hmm, kau cukup cepat menyadarinya. Ya, aku terlibat dalam setiap detiknya."
Koken mendesah dalam kekesalan yang mendalam. "Tidak ada ampun bagimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Modest Knight
AcciónIni adalah kisah tentang upaya individu berumur 16 tahun bernama Reiga yang mempertanyakan struktur hierarki sosial. Di dunia yang terbagi dalam tiga tingkatan status: Prota yang berada di atas, Conta yang berada di tengah, dan Figu yang berada di b...