Menuju Semi Final
Kali ini, Heren menyerang duluan dengan lompatan tinggi, mengayunkan pedangnya ke atas hingga sampai belakang punggungnya, lalu membanting pedangnya dengan segenap kekuatannya ke arah Raiven
Namun Raiven berhasil menghindar dengan melompat ke belakang.
Serangan Heren begitu hebat sehingga pedangnya menancap dalam tanah, mengirimkan debu berterbangan di sekeliling.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Raiven segera melancarkan serangan balasan, melompat ke arah Heren. Namun, sebelum ia menyadarinya, Heren sudah melompat maju ke arahnya dengan tangan kanannya bersiap untuk melontarkan pukulan.
Apa?! Dia juga melompat?! Raiven terkejut bukan main.
Heren melancarkan pukulan yang keras, menghantam wajah Raiven dan menjatuhkannya ke tanah.
Setelah mendarat, Heren segera mengambil pedangnya yang tertancap di tanah, lalu menodongkannya langsung ke arah wajah Raiven untuk mengakhiri pertarungan. Namun, Raiven hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya pingsan.
"Pemenang ronde ketiga adalah HEREN," ujar Soza.
Tunggu saja, Ogen! setidaknya aku akan memukulmu tepat di wajahmu. Ucap Heren dalam hatinya sambil keluar dari arena.
"Baiklah, seperti biasa kita akan menunggu selama lima menit," kata Soza.
Setelah lima menit berlalu, Soza kembali ke tengah arena.
"Baiklah, sepertinya sudah jelas siapa yang akan bertarung di ronde keempat. Jadi, langsung saja kita sambut, ERISA dan OGEN," kata Soza.
Ogen melangkah masuk dari arah timur dengan dua pedang, satu di tangan kanannya dan satu lagi di tangan kirinya.
Sementara itu, Erisa masuk dari arah barat dengan membawa senjatanya, yaitu busur dan tongkat besi.
"Ronde keempat, DIMULAI!" seru Soza sembari segera meninggalkan arena.
"Jadi petarung wanita hanya tersisa kau saja ya?" tanya Ogen.
Erisa tersenyum samar. "Ya, memang begitu. Ada masalah dengan itu?" tanyanya.
"Tidak apa-apa. Hanya saja itu mengesankan," jawab Ogen.
"Begitu ya. Tetapi, sebaiknya kau jangan meremehkanku, Ogen!" ujar Erisa dengan suara tenang yang menakutkan.
Erisa cepat mengambil anak panahnya dan menariknya dengan tali busurnya dengan kekuatan penuh, dan melepaskan anak panahnya dengan presisi, mengirimnya ke arah Ogen.
Ogen mengantisipasi serangan itu dengan mengelak.
Erisa mendekati Ogen dengan tongkat besinya, membanting tongkat itu ke arah Ogen dengan penuh kekuatan.
Ogen segera bereaksi, menangkis serangan dengan kedua pedangnya yang menyilang membentuk X. Kemudian, Ogen menghempaskan serangan Erisa sehingga membuat Erisa terdorong ke belakang.
Erisa mundur menjauh dari Ogen dan segera bersiap kembali dengan kuda-kudanya.
Kali ini, Ogen menyerang Erisa dengan kedua pedangnya. Ogen mengayunkan kedua pedangnya ke belakang, bilah pedangnya sampai ke belakang punggungnya sebelum Ogen mulai membanting kedua pedangnya dengan kuat.
Erisa berusaha keras untuk menahan serangan itu, namun tenaga pukulan Ogen terlalu kuat sehingga membuatnya terdorong mundur dengan terpaksa.
Setelah terdorong oleh serangan Ogen, Erisa segera mundur, menjauh. Dengan cepat, ia mengambil anak panahnya dan menariknya di tali busurnya, mengarahkannya langsung ke arah Ogen, dan melepaskannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Modest Knight
AçãoIni adalah kisah tentang upaya individu berumur 16 tahun bernama Reiga yang mempertanyakan struktur hierarki sosial. Di dunia yang terbagi dalam tiga tingkatan status: Prota yang berada di atas, Conta yang berada di tengah, dan Figu yang berada di b...