Chapter 17

50 6 0
                                    

Orang Mencurigakan

Di kelas, Reiga duduk diam sambil menatap keluar jendela, menikmati pemandangan di luar. Masih ada setengah jam sebelum bel masuk berbunyi. Pikirnya.

"Reiga!"

Sebuah suara memanggilnya. Ternyata itu Koken. Reiga melihat Koken berjalan mendekat, lalu duduk di depannya dengan senyum lebar. "Lama sekali kita tidak mengobrol, ya," katanya dengan riang.

"Ya, memang sudah cukup lama. Seharusnya kau berada di ruang OSIS sekarang, bukan?" tanya Reiga.

"Ya, aku memang diberi waktu untuk istirahat setelah acara tadi," jawab Koken sambil mengangguk.

"Aku mengerti," kata Reiga.

"Oh ya, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu, Reiga. Siapa wanita yang berjalan bersamamu kemarin?" tanya Koken dengan senyum lebar.

Reiga memberikan jawaban, "Dia adalah wanita yang aku hormati."

"Jawabanmu kurang memuaskan. Dan responmu terdengar biasa saja," kata Koken dengan sedikit kecewa dan lesu.

"Ya, seperti itulah kenyataannya," ucap Reiga.

"Aku kira kau dan dia sedang mencoba untuk membangun hubungan," ujar Koken.

"Hubungan seperti apa?" tanya Reiga.

"Seperti pacaran," jawab Koken.

"Maaf, tapi aku tidak ingin pacaran," ujar Reiga.

Koken terkejut, "Kenapa?" tanyanya dengan rasa ingin tahu yang tinggi, suaranya terdengar gemetar sedikit.

"Menurutku, pacaran itu tidak menguntungkan dan tidak bermanfaat untukku," jawab Reiga.

"Apa maksudmu?" tanya Koken lagi.

"Pacaran hanya akan menggangguku," jawab Reiga.

"Begitu ya, setiap orang memang punya prinsip masing-masing. Tapi hampir semua orang di sini ingin punya pacar," ucap Koken.

"Aku tahu itu," kata Reiga.

"Tapi, apakah kau pernah mencintai seorang wanita secara romantis?" tanya Koken dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Belum pernah," jawab Reiga.

"Serius?" tanya Koken penuh kejutan.

"Iya, aku belum pernah terpikirkan tentang hal romantis," jawab Reiga.

"Bagaimana bisa? Hampir semua remaja pasti memiliki seseorang yang dia sukai meski hanya satu," ucap Koken.

"Mungkin suatu saat," kata Reiga.

"Sebagai temanmu, aku akan selalu membantumu dan mendukungmu," ucap Koken dengan tulus.

"Terima kasih," sahut Reiga.

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa," ujar Koken sambil meninggalkan tempat duduknya.

Reiga menganggukkan kepala. "Sampai jumpa," ucapnya.

Setelah itu, Koken meninggalkan kelas dan bel masuk bergema. Pelajaran dimulai hingga bel masuk berikutnya berbunyi. Seperti biasanya, Reiga menuju ke perpustakaan.

Di perpustakaan, Reiga sedang memilih buku untuk dibaca. Tiba-tiba, matanya tertuju pada Koken, Tisya, dan Yumila yang sedang sibuk mencari sesuatu.

"Koken, Kak Tisya, Kak Yumila!" sapa Reiga.

Koken dengan cepat berbalik menghadap Reiga. "Reiga, sepertinya aku punya firasat bahwa kita akan bertemu di sini," katanya penuh keyakinan.

"Halo, Reiga!" sapa Tisya dengan senyum ramah.

The Modest KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang