✿✯ 07. Bertengkar ✿✯

15K 934 11
                                    

Kavy membuka pintu ruangan kerja
pribadi sang ayah, menampilkan sesosok
Kavindra yang sibuk duduk, membaca beberapa
dokumen di atas meja. kacamata bertengger di hidung
mancung Kavindra sehingga menambah ketampanan pria
setengah paruh baya itu.

Tatapan Kavy tidak pernah
luput dari wajah ayah nya. dia
terdiam, dengan tatapan penuh kerinduan.
jujur, ia sangat merindukan wajah serta kehadiran
Kavindra. tapi dia tidak bisa mengutarakan hal itu karena
suatu alasan dan gengsi.

"Mengapa kau hanya berdiam diri
di sana? kemarilah" ujar Kavindra menatap
sekilas ke arah Kavy.

Kavy tersadar dari lamunannya. ia
berdeham singkat, mengatur rasa gugup.
kaki jenjang pemuda itu, membawanya mendekati
Kavindra. "katakan apa yang ingin kau bicarakan pada
daddy"

"Kavy mau protes tentang anak
angkat daddy" ucap Kavy datar dan dingin.

"Ada apa? apakah kau tidak menyukainya?"

Kavy mengangguk, menghentikan
aktivitas Kavindra. Kavindra menutup
dokumen, mulai menatap serius ke arah
anak ketiganya. "aneh. kakak dan adik mu
saja setuju dengan kehadiran Biru, tapi mengapa
kau tidak?"

"Abang mana yang dimaksud daddy?
abang Aaraz atau abang An?"

•••

Biru kembali memposisikan dirinya
di atas sofa, berniat melanjutkan acara
tontonan televisinya yang belum selesai. ia
duduk, kembali memakan kue kering serta meneguk
susu yang diberikan oleh Aksa untuk dirinya.

Aksa duduk di samping si bungsu,
mengelus rambut bocah itu. "Biru, nanti
kalau kamu udah selesai nonton, kamu mandi
ya?"

"Oke, Biru bakalan mandi asalkan
bang Sasa bisa tangkep Biru!" tak berselang
lama, Biru mulai berlarian di mansion membuat
Aksa terkejut. Aksa menatap panik, melihat adiknya
yang terus berlarian ke sana dan kemari.

"Eh? jangan main lari-larian Biru,
nanti kamu bisa jatuh" tegur Aksa, berusaha
menangkap tuyul itu.

"Ayoo abang, tangkep Biru! ayoo!"
sesekali Biru menoleh, memamerkan
wajah ceria nya. melihat Biru sumringah,
entah mengapa kedua sudut bibir Aksa jadi
ikut terangkat. senyuman manis tercetak jelas
di wajah tampan putra keempat Kavindra.

Mendengar suara tawa dari
kedua bocah itu berhasil menarik
perhatian beberapa maid di sana. tidak
heran dari mereka ada yang merasa gemas
pada kedua bocah itu. bukan hanya menarik
perhatian para maid, tapi tawa keduanya juga
berhasil menyita perhatian seorang pemuda yang
baru saja keluar dari ruangan kerja pribadi sang ayah.
pemuda itu menghentikan langkahnya, menatap ke bawah,
dimana Aksa dan Biru sedang asyik bermain lari-larian.

"Aku tau kau tidak menyukai kehadiran
Biru di sini. tapi kakak sangat yakin kalau suatu
hari nanti, kau pasti akan sangat menyayangi anak itu,
Kavy" gumam Aaraz, bersedekap dada menatap sang adik
yang sibuk memperhatikan Biru dari atas.

Aaraz bersandar pada sebuah
tembok. senyuman tipis sedikit jelas
di wajah tampan nya. tadi, dia tidak sengaja
mendengar perbincangan antara Kavy dan juga
Kavindra. dia bisa mendengar kalau Kavy menolak
kehadiran Biru dan Kavindra yang tetap kekeh menjadikan
bocah itu sebagai anaknya.

•••

"Yuhuuu~ Biru udah mandi nih daddy"
Biru keluar dari kamar mandi dengan setengah
tubuh yang dibalut handuk.

Biru Rasendriya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang