✿✯ 21. Menyesal ✿✯

8.9K 634 20
                                    

"Tuan, saya sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk mencari identitas anak itu tapi semua data informasi
anak itu telah diblokir dan tidak bisa diakses"

Rion menghela napas berat. kenapa
informasi Biru tidak dapat diakses oleh
Ruben? apakah ada oknum yang sengaja
mengunci semua data anak itu agar tidak ada
orang lain yang bisa mencari tau latarbelakang
Biru? tapi kenapa orang itu mau melakukannya?
memangnya siapa Biru sampai-sampai data nya harus
dirahasiakan? hm, membuat Rion penasaran saja.

"Hm, baiklah kalau begitu. kau bisa melanjutkan
pekerjaan mu. saya harus pergi dulu ke suatu tempat"
ucap Rion bersiap hendak pergi.

"Anda mau kemana, tuan? kalau mereka sampai
mengetahui keberadaan anda di sini, anda bisa dalam
bahaya" tanya Ruben, menghalangi langkah tuannya karena
dia tidak ingin tuannya itu sampai kenapa-kenapa.

"Tanpa keberadaan saya diketahui oleh
mereka pun, nyawa saya memang sudah selalu
dalam bahaya." balas Rion dengan ekspresi datar, mulai
berjalan melewati Ruben membuat pria itu terdiam.

•••

Biru memeluk kedua kakinya di atas kasur.
tubuhnya bergetar bersamaan dengan suara
tangis yang terdengar jelas di kamar bocah itu.

Mendengar suara tangis Biru dari dalam,
Aksa mencoba mendial nomor sang ayah. dia
menyenderkan punggungnya di pintu kamar Biru
yang tertutup rapat, menempelkan ponselnya di dekat
telinga kanan.

"Daddy kapan pulang? Biru nangis" ucap Aksa
memberitahu, mengejutkan sang ayah yang sedang
sibuk meeting.

"Kenapa Biru bisa menangis, Aksa?" tanya
Kavindra, tidak peduli kalau dia sedang meeting.
mengetahui pria setengah paruh baya itu mendapatkan
telepon dari keluarganya, sontak saja bawahan Kavindra
yang menghadiri meeting tersebut nampak terdiam. tidak
ada yang berani mengeluarkan suara karena takut mereka
akan kena amuk.

"Pulang aja. nanti juga tau" sambungannya
terputus begitu saja dari Aksa. Kavindra menghela
napas berat dan mulai berdiri hendak meninggalkan
meeting.

"Alex, kau saja yang mengambil alih meeting
ini. saya harus segera kembali ke mansion" ucap
Kavindra memberi perintah.

"Baik, tuan besar."

Selesai menghubungi sang ayah, Aksa
kembali berdiri tegap. dia menjauhi kamar
Biru menuju kamarnya sendiri untuk mengganti
pakaian.

Seragam sekolah sudah berganti menjadi
pakaian biasa dan santai. Aksa mengambil kunci
mobil, berniat ingin pergi ke suatu tempat.

"Tuan muda, anda mau pergi kemana lagi?"
tanya salah seorang bodyguard menatap Aksa
hendak pergi menggunakan mobil pribadi remaja
itu yang pernah dibelikan oleh sang ayah.

Aksa mengabaikan pertanyaan sang
bodyguard. jujur saja suasana hatinya sedang
kurang bagus setelah melihat Biru menangis dan
marah padanya.

Menyadari suasana hati Aksa sedang
tidak bagus, bodyguard itupun langsung
terdiam. dia melirik ke arah bodyguard lain
yang sedang berjaga di depan pintu gerbang utama
mansion.

"Buka gerbangnya! tuan muda Aksa ingin
keluar" ucap bodyguard pada salah satu temannya
yang sibuk berjaga di depan gerbang.

"Tapi--"

Tin! Tin!

Suara klakson mobil terdengar tak sabaran
ingin segera keluar dari mansion ini. Aksa terus
membunyikan klakson mobil nya sampai gerbang
itu di buka. dan saat di buka, tanpa berpikir panjang
Aksa langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan
tinggi.

Biru Rasendriya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang