Aksa membuka pintu gudang. begitu dia
membukanya, terdapat benda yang sedang
melayang ke arah wajahnya. namun remaja itu
berhasil menghindar sehingga lemparan itu jadi meleset
membuat sang pelaku nampak kesal dibuatnya."Sialan!" umpatnya emosi.
Aksa hanya menyunggingkan
senyuman nya, mengeluarkan sebuah
rokok dan pemantik. dia kembali merokok. "Aksa,
sekarang lo jujur sama gue! lo kan yang udah suruh
Kafael buat ngehasut Papi nya untuk ngeluarin gue dari
sekolahan ini kan?! iya kan?!" emosi Dicky menatap penuh
amarah ke Aksa."Kalo iya, kenapa? masalah?" tanya Aksa
mulai mendekati pemuda itu. kedua tangan
Dicky mengepal sempurna dengan tatapan membunuh.
sedangkan Aksa malah terlihat santai."Sialan, berani banget lo sama gue! liat aja,
gue bakal-- ARGHHH!!" Dicky berteriak kesakitan
saat Aksa mulai menempelkan bagian ujung rokok
nya yang panas ke arah leher pemuda itu."Gue gak ada waktu buat dengerin omong kosong
lo. jadi dengerin gue baik-baik." Aksa mulai berbisik
ke arah Dicky membuat pemuda itu tegang sekaligus
ketakutan.•••
"Sialan, kenapa kaki gue susah buat digerakkin?"
Karena kedua kakinya sulit untuk
digerakkan, akhirnya Biru memilih pasrah.
dia pasrah kalau tubuhnya harus di hantam oleh
sebuah mobil. bocah itu mulai memejamkan matanya.Baru juga dia memejamkan matanya,
tiba-tiba saja tubuh pendek nya langsung
ditarik oleh seseorang. orang itu mendekap erat
tubuh Biru, membawanya segera menyingkir dari
sana hingga nyawa Biru terselamatkan."Tuan!" sekretaris sekaligus orang kepercayaan
dari orang yang telah menyelamatkan Biru nampak
berlarian ke arah tuan nya dengan wajah khawatir."Eh? Om kenapa nolongin Biru? padahal
Biru gapapa kalo ketabrak" ucap Biru menatap
seorang pria yang masih mendekap tubuh bocah itu."Kalau aku tidak menyelamatkan mu,
bagaimana nasib keluarga mu nanti? apakah
mereka tidak akan sedih kalau harus kehilangan
mu?" balas seorang pria bernama Rion Brown.Mendengar hal itu membuat Biru terdiam.
Rion melepaskan dekapannya pada Biru. "hey
nak, apakah kau baik-baik saja?" tanya Rion."Iya Om, Biru baik-baik aja. Om sendiri
gimana? Om baik-baik aja kan?" tanya balik Biru
yang diangguki oleh Rion.Rion dan Biru sama-sama mulai berdiri
saat Ruben--orang kepercayaan Rion mulai
datang menghampiri keduanya. "tuan, apakah
anda baik-baik saja?" tanyanya khawatir."Ya, saya baik-baik saja. kau tidak perlu
khawatir. oh ya nak, kau ingin pergi kemana?
biar saya bisa mengantar mu" ucap Rion menatap
Biru."Gak usah repot-repot Om, nanti Biru ada
yang jemput. Om, makasih ya karena udah nyelamatin
Biru. maaf udah buat baju Om kotor""Tidak masalah, nak. yang penting nyawa
mu bisa terselamatkan. lain kali berhati-hatilah
kalau sedang berjalan. mengerti?" ujar Rion mengusap
rambut Biru yang diangguki oleh bocah itu."Ruben, ayo kita pergi dari sini" ajak Rion.
"Baik, tuan!" Ruben mulai melangkah ke
mobil. sebelum Rion kembali masuk ke dalam
mobil, pria itu tak lupa menoleh ke arah Biru lagi
dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas."Nak, kalau kita bertemu lagi, kau bisa
memanggil ku paman Rion" ujar Rion setelahnya
dia masuk ke dalam mobil.Biru mengerjapkan matanya beberapa kali,
memperhatikan mobil Rion yang mulai menjauh.
melihat mobil Rion pergi, bocah itu kembali menoleh
ke tempat dimana tadi dia sempat melihat Wilda. tatapan
kecewa terlihat jelas di matanya saat tak menemukan bunda
nya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Rasendriya ✓
Teen FictionHidup ini adalah misteri, dan tak jarang kita menemukan kejutan di dalam nya. contohnya seperti kehidupan seorang bocah pendek bernama Biru Rasendriya. siapa yang akan menyangka, jika bocah nakal seperti dia ternyata bisa menjadi bagian dari salah s...