✿✯ 11. Bosan ✿✯

11.5K 713 7
                                    

Biru membuka kedua matanya,
menatap ke sekeliling kamar. begitu tak
mendapatkan siapapun di sekitarnya, bocah
itu mulai beranjak dari kasur menuju kamar mandi
begitu merasakan kalau tubuh nya sudah tidak terlalu
lemas seperti kemarin. selain itu, kepalanya juga sudah
tak terlalu pusing. bisa dikatakan kalau kondisi Biru sudah
jauh lebih baik dari sebelumnya, dalam waktu singkat.

Biru tidak mandi. dia hanya membasuh
wajahnya dengan air lalu berjalan perlahan
keluar kamar menuju meja makan, mengingat
ini sudah waktunya sarapan pagi.

"Baby, kenapa kau turun nak? bukankah
kau masih sakit?" tanya Kavindra panik begitu
melihat kehadiran Biru di meja makan. dia adalah
orang yang pertama kali menyadari kehadiran si bungsu.

Kavindra bangkit dari kursinya,
berjalan mendekati bocah pendek itu.
Biru mengulas senyum tipis melihat ayah
nya yang begitu perhatian pada dirinya. tatapan
itu membuatnya teringat akan sesosok Hardi.

Kavindra menyamakan tinggi nya
dengan Biru, menatap dalam kedua mata
hazel bocah itu. "daddy, Biru gapapa. sekarang
Biru udah jauh lebih baik dari yang sebelumnya"
ucap Biru dengan wajah yang masih sedikit pucat.

"Kamu beneran udah baik-baik aja,
Biru?" tanya Aksa memastikan, berjalan
ke arah Biru dan menempelkan punggung
tangannya di dahi mulus sang adik.

"Iya bang Sasa, Biru udah baik-baik
aja" balas Biru lalu netra nya tidak sengaja
melirik ke arah Killian yang ternyata pemuda
itu juga sedang menatapnya.

"Abang, Biru kangen sama abang" lirih Biru.

"Biru gak pernah nyangka kalo
ternyata kita bakal ketemu lagi. abang,
abang masih inget kan sama Biru?" tanya
Biru, melepaskan pelukannya.

"Apa maksudmu? apakah sebelumnya
kita pernah bertemu?" tanya Killian heran.

"Abang? abang gak inget ya sama
Biru? abang, ini Biru. anak kecil yang
waktu itu pernah abang kasih sendal, obat
sama payung"

"Dulu Biru juga pernah panggil
abang sebagai malaikat. tapi waktu
itu abang gak suka kalo dipanggil kaya
gitu dan abang bilang kalo suatu saat nanti
kita bisa ketemu lagi, Biru bisa langsung panggil
nama abang"

"Sepertinya efek demam yang kau alami
sekarang ini, sudah berhasil membuat dirimu
berhalusinasi"

Mengingat percakapan yang kemarin,
membuat bocah itu kembali sedih. tapi mau
bagaimana lagi? Killian benar-benar sudah melupakan
dirinya. jadi sepertinya dia juga akan melupakan kejadian
itu. Biru tidak akan mengungkit masalah itu pada si sulung
mulai dari sekarang.

Aksa mengangguk kecil mendengar
ucapan Biru. "iya, kayanya kamu bener
deh Biru. soalnya badan kamu juga udah gak
sepanas yang kemarin" ucap Aksa, membuyarkan
lamunan Biru.

Biru memutuskan kontak mata
dengan Killian. "wah, berarti obat yang kakak
berikan kemarin itu sangat bagus untuk mu, Biru.
kakak senang kalau melihat dirimu bisa pulih lebih
cepat" ujar Aaraz mengusap pipi gembul si bungsu yang
hanya membalas dengan senyuman tipisnya saja.

"Daddy, kalo gitu Biru boleh kan
sarapan bareng sama kalian?" tanya Biru
menatap Kavindra. Kavindra nampak berpikir
sebelum dia mengangguk kecil.

"Baiklah, kau boleh sarapan bersama
kami. tapi setelah sarapan kau harus kembali
ke kamar untuk beristirahat supaya tubuh mu bisa
benar-benar pulih" Biru mengangguk dan mulai duduk di
kursi nya.

•••

Biru menatap langit-langit kamar
dengan tatapan bosan. seharian ini dia
benar-benar tidak diperbolehkan keluar dari
kamar oleh sang ayah, yang membuatnya jengah.
hembusan napas panjang terdengar beberapa kali dari
mulut bocah itu, menandakan kalau dia sedang bosan dan
tidak tau harus melakukan apa.

Biru Rasendriya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang