✿✯ 29. Ronald Kembali ✿✯

7.5K 720 27
                                    

"Yeay Biru udah gak perlu diinfus lagi!!
horeyy!!" Biru bersorak gembira, berlarian ke
sana dan kemari layaknya kera liar yang baru saja
dilepaskan dari kandang.

Melihat si kecil yang sangat aktif setelah
tau bocah itu tak perlu diinfus lagi, benar-benar
mengejutkan Aaraz. selain terkejut, Aaraz juga panik
karena kondisi Biru belum benar-benar pulih. meski dia
sudah tidak perlu diinfus, tapi tetap saja Biru masih harus
banyak istirahat, guna mempercepat proses penyembuhan
nya.

"Biru, jangan berlari-larian. kondisi mu
masih belum pulih sepenuhnya. kau masih
harus banyak istirahat, Biru" tegur Aaraz mencoba
menasehati sang adik bungsu.

"Gak mau abang, Biru gak mau istirahat
lagi. Biru mau nya main aja! ayo kita main kejar-kejaran
abang!!" balas Biru masih berlarian mengelilingi kamarnya,
untuk sementara waktu selama dia masih tinggal di mansion
milik Calvin.

Aaraz menggeleng, mencoba menangkap
tubuh pendek Biru yang super aktif. "tidak Biru,
jangan bermain dulu. mainnya nanti saja, okey?" bujuk
Aaraz berusaha meraih tubuh Biru. namun hasilnya selalu
saja gagal.

Biru terlalu gesit dan cepat untuk ditangkap
oleh orang lain. dengan tubuh pendek dan kurus,
bocah itu bisa bergerak lebih cepat dari yang kalian
pikirkan.

"Ayo tangkep Biru abang!! tangkep
Biru kalo bisa haha!!" Biru mulai berlarian
ke luar kamar. di sepanjang koridor lantai dua,
bocah itu terus berlarian yang sesekali dia juga menoleh
ke belakang dimana dia bisa melihat Aaraz sedang berupaya
mengejar nya.

Saat bocah itu tengah menoleh ke
belakang, tanpa sadar tubuh pendek nya
malah bertubrukan dengan tubuh tegap seseorang
membuat Biru terjatuh ke belakang. tapi syukurlah kepala
nya tidak sampai terbentur oleh marmer.

"Adohhh!!" Biru memekik merasakan
pantat tepos nya berciuman dengan marmer
keras di koridor lantai dua, mengejutkan orang yang
baru saja ditabrak oleh bocah itu.

Alan menoleh ke belakang, menatap
kaget ke arah Biru yang sudah terduduk
di marmer dingin. "Biru? Biru, apakah kau
baik-baik saja?" tanya Alan khawatir, membantu
Biru berdiri.

"Adohhh abang, pantat Biru sakit nih!
abang, abang ngapain si berdiri di situ?" protes
Biru.

"Eh? kau yang salah tapi malah aku
yang dimarahi? hm, benar-benar anak nakal"
Alan mencubit salah satu pipi Biru membuat bocah
itu cemberut.

"Ihhh jangan cubit-cubit pipi Biru! kenapa
si semua orang suka banget cubit-cubit pipi Biru?
padahal pipi Biru kan bukan squishy!!" Biru bersedekap
dada, menggembungkan pipinya lucu.

"Huh, akhirnya kau tertangkap juga Biru!"
ucap Aaraz ngos-ngosan, menggenggam pergelangan
tangan adik bungsunya.

"Biru, ayo ikut dengan kakak. sudah cukup
dengan lari-larian hari ini, mengerti?" Biru mulai
merengek.

"Huaaa abang, Biru masih mau main.
ayo kita main sebentar, abang~ ayo~" rengek
Biru terus meronta minta dilepaskan. dan itu berhasil
menarik perhatian Kafael, Kavy, Leon dan juga Aksa yang
kebetulan baru keluar dari lift.

"Loh, kamu ko ada di sini? bukannya kamu
harus istirahat ya di kamar? kamu kan masih
belum sembuh, Biru" tanya Aksa keheranan.

"Kata siapa? Biru udah sembuh ko. buktinya
bang Aaraz bilang sama Biru, kalo Biru udah gak perlu
pake infus lagi. lagian, kebanyakan tidur itu gak baik tau!"

Kafael berdecih mendengar alasan
bocah itu. "alesan" cibir remaja itu, mengundang
tatapan tajam si bungsu Kendrick.

"Dih, gak percaya! eh gue beneran udah
sembuh ya Kafael. kalo lo gak percaya gue bisa
buktiin sekarang. gue bakalan jungkir balik sama
salto!" mendengar hal itu sontak saja semua orang di
sana langsung panik. ditambah Biru yang mulai mengambil
ancang-ancang.

Biru Rasendriya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang