CHAPTER 04

56 8 0
                                    

CHAPTER 04 || ABOUT HIM

***

Hari ini adalah hari Minggu, hari yang dinanti-nanti kebanyakan orang. Begitu juga dengan Zeya, yang kini sedang mengayuh sepeda. Ah, ralat. Sepeda milik Pak Satpam lebih tepatnya. Karena terlalu malas untuk jogging, ia memilih berkeliling menggunakan sepeda.

Saat sampai di sebuah taman, ia berhenti sejenak. Zeya menaruh sepedanya di bawah pohon, kemudian memilih berjalan-jalan di sekitar taman. Sesekali ia melakukan peregangan otot dengan kedua tangannya.

"Wait, Itu bukannya Revan, ya?" gumamnya pelan.

Zeya segera mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Ia tersenyum puas setelah berhasil memotret Revan dari kejauhan.

Ia lalu berjalan menghampiri Revan, yang ternyata sedang bermain dengan seekor kucing. Lucu. Satu kata yang terlintas di pikiran Zeya saat ini.

"Hai, Van," sapanya sambil ikut berjongkok di sebelah Revan.

Revan melirik sekilas ke arah Zeya, kemudian melepaskan kucing yang ia pegang. Cowok itu lalu berdiri dan melangkah menjauh dari Zeya. Melihat Revan pergi begitu saja, Zeya mendengus kesal. Dengan segera, ia berdiri dan menyusul Revan dengan berlari.

"Kok lo pergi gitu aja, sih?" tanya Zeya saat sampai di samping cowok itu.

"Ngapain juga lo ngikutin gue?" bukannya menjawab, Revan malah berbalik bertanya.

"Gue mau ngucapin terimakasih buat semalem."

"Sama-sama."

Setelah kejadian Zeya yang ketiduran dibahu Revan, cowok itu ternyata benar-benar membangunkannya setelah hujan reda. Bahkan dia juga yang mengantarnya pulang. Bukankah dia sangat boyfriend able? Zeya kan jadi salting dibuatnya.

"Ih, Revan! Tungguin!" Zeya berteriak, karena keasyikan melamun, ia tak sadar jika Revan sudah berada jauh di depan.

Revan tak menggubris panggilan dari Zeya, ia terus berjalan ke arah motornya. Meladeni Zeya hanya akan membuat kepalanya semakin pusing.

"Aduh!"

Zeya meringis pelan kala tak sengaja tersandung batu. Ia mengusap tangannya sembari menggerutu pelan karena kecerobohannya sendiri. Hingga tiba-tiba, sebuah tangan terulur di hadapannya, membuat gadis itu mendongak menatap sang empunya. Ah, itu Revan.

"Lo bisa berdiri kan?"

Mendengar itu, Zeya mengangguk singkat dan menerima uluran tangan Revan. Ia masih terpaku, tak menyangka cowok itu akan berbalik arah hanya untuk menolongnya. Hal itu membuat jantungnya berdegup lebih kencang.

"Dasar ceroboh."

Setelah mengucapkan itu, Revan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan berlalu pergi, meninggalkan Zeya yang masih mematung di tempat.

"Anjing, gue baper!"




✩₊˚.⋆☾⋆⁺₊✧






Sore harinya, Zeya terlihat sedang membersihkan kamarnya yang sedikit berantakan. Ia juga memindahkan barang-barang yang sekiranya tidak terpakai. Sudah terdapat dua kardus yang berisi buku kelas sepuluh dan beberapa benda lainnya.

Saat ia menggeser nakas, ia menemukan sebuah liontin di bawahnya. Zeya pun berjongkok untuk mengambil liontin tersebut. Ia mengerutkan dahinya, mencoba berpikir apakah ia pernah memiliki liontin seperti itu atau tidak.

Echoes of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang