CHAPTER 13

34 6 0
                                    

Zeya melangkah keluar dari ruang guru setelah selesai mengumpulkan tugas dari Bu Tika tadi. Beruntung perpustakaan sekolah memiliki materi pembelajaran yang sangat lengkap. Bu Tika memang melarang anak murid nya untuk mengandalkan internet saat mengerjakan tugas. Katanya membaca itu lebih bermanfaat daripada menyalin di internet.

Zeya |
gue balik dluan, Ziel

Setelah mengirimkan pesan singkat tersebut Zeya menaruh ponselnya di saku. Letak ruang guru dengan parkiran tak cukup jauh, jadi Zeya bisa langsung cepat sampai di parkiran.

Gadis itu menghentikan langkahnya. Matanya mengamati interaksi dua sosok yang dikenalnya. Siapa lagi jika bukan Revan dan Ana?

Zeya dapat melihat Ana yang mulai menjauh dari Revan. Anehnya ia tak merasa cemburu sama sekali. Namun, karena status nya sekarang ini adalah pacar cowok itu bukankah dia harus bersikap tegas? Jelas sekali ia tak mau menjadi bidak catur bagi Revan, ia juga akan ikut bermain.

Beberapa menit berdiam dengan posisi yang sama ia pun mulai melangkahkan kakinya mendekati Revan yang terlihat menahan amarah di dekat motornya. Ah, itu motor Vario yang persis di dalam mimpi.

"Sorry lama, gue abis ngumpulin tugas," ujar Zeya membuat perhatian Revan teralih.

Revan tidak bersuara dan langsung menaiki motornya. Cowok itu mengode Zeya untuk segera naik ke motornya.

Di perjalanan Zeya menatap sekeliling jalan. Sepertinya Revan akan membawa nya ke suatu tempat.

"Kita mau kemana?" tanya Zeya membuka suara.

"Tempat paling tenang di kota."

Begitu katanya? Tempat paling tenang untuk Zeya jelas rebahan seharian di apartemen dengan menonton drama favoritnya. Tak ambil pusing Zeya hanya bisa duduk manis di boncengan.

Dengan iseng Zeya mencoba memeluk pinggang Revan dan menyadarkan kepalanya di punggung tegap Revan. Tidak ada penolakan membuat Zeya tersenyum senang. Ia bahkan sampai lupa untuk mengintrogasi Revan.

Tujuh belas menit berlalu mereka akhirnya sampai di suatu tempat. Zeya turun dari motor Revan kemudian menatap sekeliling. Disana terdapat danau yang luas, lalu ada pula sebuah rumah pohon di antara dua pohon kembar. Oh, ada ring basket juga disana. Entah bagaimana bisa Revan menemukan tempat sebagus ini.

Daripada dilanda penasaran Zeya memilih bertanya kepada Revan. "Gue baru tau kalo ada tempat ini, lo tau darimana, Van?"

"Punya gue."

Dengan cepat Zeya menoleh ke arah Revan. "Serius? Keren banget!" seru Zeya semangat.

Revan lalu berjalan ke arah sebuah rumah kecil. Mirip seperti kandang kelinci, sih, tapi di dalamnya bukan seekor kelinci melainkan seekor kucing. Mata Zeya berbinar melihat para kucing berlarian setelah Revan membuka pintu kandang.

Melihat ada seekor kucing menghampiri Zeya, Zeya pun berjongkok untuk mengambilnya.

"Ihh, lucu bangett ci kamuu!" Kebiasaan Zeya jika sudah bertemu makhluk berbulu satu itu. Ia akan langsung mengajak berbicara si kucing seolah-olah mereka memahami bahasa manusia.

"Itu namanya Yupi," kata Revan. Dia lalu beranjak pergi menuju rumah pohon.

Zeya masih asyik dengan kucing yang bernama Yupi tersebut. Kucing itu berwarna sedikit pink dan berwarna putih. Seperti namanya, dia memang mirip seperti permen yupi.

Saat kucing di pangkuan Zeya melompat pergi Zeya langsung berdiri. Ia menoleh ke samping mendapati Revan yang tengah membawa sebungkus makanan kucing beserta wadah makannya. Revan menunjukkan sisi lucunya, Zeya terkikik dalam hati.

Echoes of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang