Saat jam istirahat tiba, Zeya langsung keluar dari kelas sambil membawa paper bag pemberian Jaziel tadi pagi. Tujuannya kali ini adalah kelas Revan yang berada di ujung lorong. Namun, baru saja ia mendekat, seorang siswi dengan seragam yang sengaja diperkecil terlihat keluar dari kelas Revan.
"Nyari siapa lo?" tanya siswi itu dengan nada sinis sambil bersedekap.
Zeya melirik name tag yang tersemat di seragamnya. "Azara Priscilla" gadis yang dikenal suka mencari perhatian, terutama dari para cowok.
"Gue nyari Revan, dia ada di kelas?"
"Dia di perpus," jawab Zara dengan nada tak ramah.
"Oh, oke," balas Zeya singkat. Tanpa berniat berlama-lama atau sekadar berpamitan, Zeya langsung berbalik dan melangkah pergi. Ia sudah cukup tahu bahwa Zara tak pernah menyukainya sejak kelas sepuluh, dan Zeya tak punya alasan untuk beramah-tamah dengan gadis yang selalu memberinya pandangan sinis.
Meski begitu, satu hal yang Zeya hargai dari Zara adalah kejujurannya. Jadi, ketika Zara bilang Revan ada di perpustakaan, Zeya percaya.
Setelah melewati lorong-lorong sekolah, Zeya akhirnya tiba di perpustakaan. Ia mengisi buku tamu sebelum mulai mencari Revan di antara rak-rak buku. Perpustakaan sekolah ini cukup luas, dengan dua lantai, jadi Zeya harus sedikit bersabar untuk menemukannya.
Setelah mendaki tangga menuju lantai dua, Zeya yakin bahwa Revan ada di sana. Lantai dua biasanya lebih tenang, tempat para siswa yang sedang serius belajar atau mengerjakan tugas. Benar saja, Zeya menemukan Revan duduk di salah satu meja dengan beberapa buku berserakan di hadapannya. Dia tampak fokus membaca sambil mencatat di buku tulis.
"Halo, Mas pacar," sapa Zeya dengan nada menggoda sambil menarik kursi di sebelah Revan.
Revan hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus pada bukunya. Zeya melihat tumpukan buku di meja Revan—Ekonomi dan Matematika. Zeya hampir mendengus. "Pantas aja serius banget," pikirnya. Bagi Zeya, mata pelajaran Ekonomi selalu jadi mimpi buruk. Ia lebih memilih mengerjakan soal Fisika daripada harus berurusan dengan hitung-hitungan ekonomi.
"Gue temenin lo belajar, ya," ujar Zeya sembari mengambil sesuatu dari dalam paper bag-nya.
Zeya mengeluarkan Tiramisu Dessert Box dan meletakkannya di atas meja, lengkap dengan sendok plastik. Ia membuka penutup box-nya dan mencicipi sesendok tiramisu itu. Matanya langsung berbinar. "Asli, Van, ini enak banget. Cobain deh," katanya sambil menyodorkan sesendok tiramisu ke arah Revan.
Revan memalingkan wajahnya sejenak, lalu menerima suapan dari Zeya. Ia mengangguk setuju, mengakui kelezatan dessert itu.
Sisa waktu istirahat mereka habis dengan Zeya yang menikmati tiramisu sambil sesekali menyuapkan ke Revan. Di sela-sela suapan, Zeya bercerita tentang hal-hal acak yang membuat Revan tersenyum tipis. Meski Revan masih tampak sibuk membaca dan mencatat, ia tetap mendengarkan ocehan Zeya, merasa terhibur dengan kehadirannya.
Tanpa sadar, keduanya terlihat semakin dekat, layaknya sepasang kekasih sungguhan. Zeya, yang dulunya sempat enggan berada di dekat Revan, kini mulai merasa nyaman. Keduanya tampaknya sudah berdamai dengan kenangan masa lalu yang pernah membayangi hubungan mereka.
Namun, satu hal yang masih tetap menjadi misteri—mereka belum tahu isi hati masing-masing.
✩₊˚.⋆☾⋆⁺₊✧Jadwal jam terakhir kelas Zeya adalah pelajaran Biologi, dan semua siswa F-8 diminta pergi ke laboratorium untuk melakukan praktikum. Zeya mengambil jas lab dari salah satu loker dan menghampiri Fera yang sedang mengikat rambutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/286890618-288-k305670.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of Love (END)
Novela JuvenilSiapa pemenangnya? Orang lama atau orang baru? Ketika dua insan yang memiliki kisah masa lalu yang belum usai harus bertemu pada ketidaksengajaan yang tak terduga. Zeya yang jatuh hati pada pandangan pertama dengan seorang cowok bernama Revan bertek...