CHAPTER 02 || PAST
***
Hari sial mungkin sedang menimpa Zeya yang kini tengah berjemur di lapangan, menghadap tiang bendera. Dia menyesal semalaman begadang hanya demi menamatkan novel yang ia baca, hingga akhirnya tidur di dini hari. Pagi ini, dia terlambat bangun dan berakhir dihukum karena datang telat ke sekolah.
Zeya mendesah kesal. Matahari semakin terik, dan Pak Ben, guru yang bertugas pagi itu, terus saja memberi ceramah panjang kepada para murid yang terlambat. Kepala Zeya terasa ingin meledak mendengar siraman rohani tanpa henti dari Pak Ben.
Merasa bosan, Zeya mulai mengalihkan pandangannya. Secara tak sengaja, matanya menangkap sosok yang terlihat familiar. Dengan rasa penasaran, dia nekat keluar dari barisan dan berlari mengejar sosok tersebut.
Kini Zeya berada di kantin, matanya berkeliling mencari-cari. Akhirnya, dia menemukan sosok yang dilihatnya tadi. Senyum Zeya mengembang, dia lalu berjalan mendekati sosok itu.
"Hai, Revan!"
Benar, sosok yang dilihat Zeya adalah Revan. Cowok itu memakai seragam yang tidak dimasukkan dengan santai. Namun, Revan sama sekali tidak memedulikan kehadiran Zeya. Dia hanya mengambil minuman dari lemari pendingin, lalu berjalan pergi tanpa sedikit pun menoleh ke arah Zeya.
Tak menyerah, Zeya tetap mengikuti langkah Revan, yang kini duduk di salah satu kursi. Tanpa basa-basi, Zeya ikut duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Revan. Namun, cowok itu masih tak menunjukkan respons, ia malah sibuk dengan ponselnya, tak menghiraukan gadis di depannya.
"Lo suka cokelat?" tanya Zeya ketika melihat minuman yang diambil Revan.
Zeya terkikik dalam hati, tak menyangka bahwa cowok setenang Revan ternyata pecinta minuman manis seperti susu coklat.
"Jangan ketawain gue," ucap Revan, menatap tajam Zeya, seolah tahu apa yang ada di pikirannya. "Ngapain lo di sini?"
"Gue mau ketemu sama lo lah. Oh iya, kenapa chat gue semalem gak lo bales?"
"Ketimbun, jadi gak kebaca," jawab Revan dengan santai, meski sebenarnya ia malas membalas pesan Zeya.
Zeya percaya begitu saja. Kemarin, setelah pulang ke apartemen, dia sempat mengirim pesan ke Revan. Mereka memang mulai sering mengobrol, meskipun jawaban dari Revan selalu sekenanya
"Wah, nih anak dari tadi dicari-cari, ternyata malah ngebucin disini," tiba-tiba suara Chenzi terdengar. Dia dan Jissa sudah berdiri di hadapan Zeya dan Revan.
Jissa menatap Revan dengan penuh rasa ingin tahu. "Oh, jadi lo yang namanya Revan? Pantes aja nih anak kepincut sama lo," ujar Jissa sambil memandangi Revan dari ujung kepala hingga kaki.
Revan yang merasa risih dengan perhatian Jissa langsung memilih pergi dari tempat itu. Zeya mendengus kesal karena momen pendekatan yang dia coba bangun dengan Revan harus terganggu oleh kedua sahabatnya.
"Kalian berdua ngapain sih ke sini? Ganggu pdkt gue sama Revan aja!" keluh Zeya dengan nada sinis.
Chenzi tertawa mendengar keluhan Zeya. "Aelah cil, enggak kapok apa ngejar-ngejar cowo kaya dulu? Terus juga, emangnya lo udah move on dari si Ezra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of Love (END)
Fiksi Remajasiapa pemenangnya? orang lama atau orang baru? ketika dua insan yang memiliki kisah masa lalu yang belum usai harus bertemu pada ketidaksengajaan yang tak terduga. zeya yang jatuh hati pada pandangan pertama dengan seorang cowok bernama revan bertek...