CHAPTER 11

41 8 1
                                    

Keesokan harinya, Zeya sudah siap mengenakan seragam kebanggaan SMA Xenon. Ia berdiri di depan cermin, merapikan poninya yang sedikit menghalangi mata. Setelah merasa puas dengan penampilannya, Zeya tersenyum dan menyambar tas yang sudah tergeletak di ranjang.

Saat keluar dari unit apartemennya, Zeya berpapasan dengan Jaziel, yang baru saja keluar dari unit seberang.

"Mau bareng?" tawar Jaziel, sadar akan kehadiran Zeya.

Zeya menggeleng pelan. "Gue di jemput sama Revan," jawabnya.

"Siapa? Cowok lo?" Jaziel bertanya, nada suaranya sedikit bercanda.

"Iyup!" Zeya mengangguk dengan senyum lebar.

Mereka berjalan beriringan menuju lift. Beberapa menit kemudian, lift datang dan mereka masuk bersama.

"Pantes aja lo ganti model rambut," komentar Jaziel tiba-tiba.

Zeya refleks menoleh ke arah Jaziel. "Ih, kok tau? Gue emang baru nyalon kemarin," sahut Zeya sambil terkekeh, tak menyangka Jaziel bisa memperhatikan hal-hal kecil seperti itu.

Jaziel hanya tersenyum tipis, tanpa melanjutkan pembicaraan.

Ting!

"Gue duluan ya, Ziel. Daaah~" Zeya melambaikan tangan ketika keluar dari lift, meninggalkan Jaziel yang hanya tersenyum tipis sebagai balasan.

Begitu sampai di luar gedung, Zeya langsung melihat sosok Revan duduk di atas motor Vario merah. Dengan cepat, dia menghampiri cowok itu.

"Lo ganti motor, Van?" tanya Zeya setelah mendekat. Biasanya, Revan selalu menggunakan motor besarnya, jadi Zeya sedikit heran melihatnya dengan motor berbeda kali ini.

Revan menyerahkan helm pada Zeya, yang langsung dikenakannya. "Lagi pengen aja," jawab Revan santai.

Zeya hanya mengangguk dan ber'oh' singkat, kemudian naik ke atas motor. Revan mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Zeya memeluk pinggang Revan sambil tersenyum cerah, merasa nyaman di saat-saat seperti ini. Namun, tak lama kemudian senyumnya memudar. Perasaan deja vu tiba-tiba muncul, menyentak pikirannya.

Fuck.

"Dia cuma masa lalu, Zey, jangan diingat lagi!" batinnya, berusaha keras untuk menyingkirkan bayangan Ezra dari benaknya.



✩₊˚.⋆☾⋆⁺₊✧




Sepuluh menit berlalu, Zeya dan Revan sudah tiba di parkiran sekolah. Zeya turun dari motor Revan sambil mencoba melepas helmnya. Namun, pengaitnya terasa sulit dibuka, dan Zeya mulai kesal.

Revan melihat Zeya yang kesulitan, lalu dengan cekatan membantu melepaskan pengait helmnya. Zeya terdiam, memperhatikan Revan dari jarak dekat. Satu kata yang melintas di benaknya: tampan.

Zeya mengedipkan matanya berulang kali saat Revan tiba-tiba meniup matanya. Ia terkejut, baru sadar bahwa Revan sudah selesai melepaskan helm. Merasa malu, Zeya berdehem pelan.

"Gue ke kelas duluan," katanya buru-buru. Namun, sebelum dia sempat melangkah pergi, Revan menahan lengannya. Zeya pun berhenti dan menoleh kembali.

"Kenapa?" tanyanya sambil mengerutkan dahi, bingung dengan tindakan Revan.

Revan melepaskan cekalannya, lalu mengulurkan tangan untuk merapikan poni Zeya yang sedikit berantakan. Sekali lagi, Zeya merasa tersipu oleh perhatian kecil Revan yang tiba-tiba ini.

"Gue anter," ujar Revan, lalu menggandeng tangan Zeya dengan lembut, menariknya pelan menuju kelas.

Gila! Jadi gini rasanya punya pacar? AAAAA mamahh anakmu baper brutal!!! jerit Zeya dalam hati.

Echoes of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang