Di siang hari yang cerah, Zeya duduk di tepi kolam ikan di belakang rumahnya. Tangan kanan nya memegang pick gitar bertanda tangan gitaris favoritnya—Shelee. Itu adalah hadiah dari Revan, yang diberikannya dalam sebuah kotak yang di gembok beberapa waktu lalu.
Entah bagaimana Revan mendapatkannya. Zeya yakin, pasti cowok itu merogoh kocek yang tidak sedikit, mengingat seberapa terkenalnya band The Force
Omong-omong soal Revan, Zeya hari ini belum mendengar kabar apapun dari cowok itu. Namun, ia pun enggan untuk bertanya terlebih dulu.
"ZEYA!!"
Pluk.
Zeya memejamkan matanya sejenak sebelum menoleh kebelakang, melihat sosok Jissa yang baru saja berteriak memanggilnya. "Bisa gak sih gak usah teriak?! Lo buat pick gitar gue jadi jatuh ke kolam, anjir!"
Jissa berjalan mendekat, sambil menampilkan senyum cengirannya. "Ya, sorry. Abisnya lo di panggil dari tadi gak nyaut, sih," ujarnya sambil memandang Zeya yang kini sudah masuk ke dalam kolam.
Untung saja kolam ikan itu dangkal, airnya hanya setinggi lutut Zeya. Dengan tekad kuat, Zeya mulai menyusuri dasar kolam untuk mencari pick gitarnya.
"Zey, hati-hati, licin," kata Jissa memperingatkan.
"Nah, ketemu!" seru Zeya senang, tanpa sadar melompat kegirangan. Namun, tumpuan kakinya meleset, membuatnya terjatuh dengan tidak elite ke dalam kolan.
"JISSAAAA!!" Zeya berteriak frustasi.
Jissa hanya bisa meringis. "Kan gue udah bilang hati-hati," gumamnya.
Dengan bantuan Jissa, Zeya akhirnya berhasil keluar dari kolam, meski sambil mengomel. Melihat pakaian basah kuyupnya, Zeya berdecak sebal sebelum berlalu tanpa sepatah katapun kepada Jissa.
Dua puluh menit kemudian, Zeya sudah kembali dengan pakaian kering—kaos putih polos dan celana jeans selutut. Ia menghampiri Jissa yang sedang duduk di ruang tamu.
"Ngapain lo kesini?" tanya Zeya dengan nada datar.
Jissa menyodorkan sebuah papar bag kepada Zeya. "Nih, oleh-oleh dari Jepang."
Zeya menerimanya dengan setengah hati. Meski begitu, sedikit rasa penasaran mulai muncul.
"Ck, udahan dong ngambek nya. Gue gak sengaja tadi." Jissa membujuk.
Zeya memutar kedua bola matanya, tapi akhirnya duduk di samping Jissa.
"Jadi, ada berita apa?" tanya Zeya.
Jissa jarang datang ke rumah tanpa alasan, jadi kedatangannya kali ini pasti membawa sesuatu yang penting—baik itu kabar yang berguna atau tidak untuk Zeya.
"Gue abis jadian sama, Leo."
"Hah? Serius? Akhirnya Leo nggak nt lagi," balas Zeya dengan nada terkejut.
FYI, selama dua bulan terakhir, Jissa memang didekati oleh Leo, seorang cowok yang ia temui saat liburan di Lombok. Meski awalnya sering ditolak, Leo tetap gigih mendekati Jissa.
"I thought, he's not that bad. He's a tough guy, so I like him," ujar Jissa sambil tersenyum cerah.
"Ah iya, gue cabut duluan ya. Leo udah nunggu di depan."
Zeya mengantar Jissa ke pintu depan, lalu menyaksikan sahabatnya pergi bersama pacarnya.
Saat menoleh ke rumah seberang, Zeya menaikan alisnya saat melihat sosok Jaziel bersama seorang gadis yang tidak dikenalnya.
Jaziel menyadari tatapan Zeya, lalu menghampirinya sambil menggandeng tangan gadis itu.
"Zey. Kenalin, ini pacar gue," ucap Jaziel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of Love (END)
Teen Fictionsiapa pemenangnya? orang lama atau orang baru? ketika dua insan yang memiliki kisah masa lalu yang belum usai harus bertemu pada ketidaksengajaan yang tak terduga. zeya yang jatuh hati pada pandangan pertama dengan seorang cowok bernama revan bertek...