unexpected meet

6.5K 445 6
                                    

Lembayung Senja sudah mulai redup ketika Gavin keluar dari gerbang sekolah.

Gavin benar-benar hanya menonton latihan basket hari itu dari pinggir lapangan. Ditemani Ezra, dibawah pengawasan Leo. Gavin sama sekali tidak diijinkan untuk mendekati bola basket. Posesif sekali mereka.

Gavin pulang paling terakhir. Karena memang sedari awal dirinya malas pulang. Jadi dia mengulur waktu sebaik mungkin. Berbeda dengan Leo yang sangat buru-buru mengantar Ezra pulang sebab keponakan lucunya menunggu di rumah.

Gavin menengok kanan dan kiri sebelum keluar dari area sekolah menuju jalan ber aspal. Namun tiba-tiba terdengar suara decitan panjang, gesekan antara rem dan ban atau ban dengan aspal.

Gavin menoleh ke sumber suara.

Ada mobil sedan hitam yang tadinya melaju kencang kini berhenti cukup dekat dengannya.

Rasanya Gavin sama sekali tidak berkedip ketika pria yang entah siapa itu keluar dari mobil, menghampirinya, memeluk pinggangnya dan sedikit mengangkatnya agar pindah ke jok belakang, lalu kini pria itu menyetir motornya.

Gavin baru berkedip setelah cukup jauh dari area sekolah, ketika mendengar suara ledakan kencang. Baru dia sadari tangan kirinya melingkar di pinggang pria itu, di pegang erat-erat dengan tangan kiri. Mungkin pria itu tau Gavin syok dan tidak sadar dan takut akan terjatuh karena motor melaju dengan sangat kencang.

Gavin yang kesadarannya sudah kembali berinisiatif berpegangan sendiri. Pria itu menyadarinya, lalu melepaskan tangannya dan memegang setir kembali. Lalu kecepatan semakin bertambah.

Sial, Gavin sudah sering melihat Leo dan Oliv beradu kecepatan. Tapi ini cukup menakutkan. Gavin tidak ingin mati di tangan orang asing.

"THE FUCK?! ARE YOU CRAZY?!"

Teriak Gavin sambil menyembunyikan tubuhnya di belakang punggung pria itu. Tangan kanannya mencengkeram erat kemeja yang pria itu kenakan.

Tidak lama kemudian, kecepatan motornya kembali normal. Gavin hampir melayangkan protes yang panjang namun urung ketika menyadari mereka memasuki kawasan elit dimana Oliv tinggal.

Motor memasuki sebuah mansion megah. Pria itu sudah turun dari motor, namun Gavin diam di tempat. Sibuk merutuki dirinya yang kini tremor.

Tubuhnya melayang untuk kedua kalinya. Kali ini ia diturunkan dari motor.

Gavin ingin sekali memukul pria asing itu. Tapi Gavin cukup sadar kalau pria itu lebih besar dan lebih tinggi. Gavin menyebutnya titan. Walaupun tidak sebesar itu sih, Gavin hanya hiperbola.

Tapi tetap saja kan? Sekali Gavin menonjok pria itu mungkin tidak berarti apa-apa. Tapi jika pria itu balas menonjoknya, Gavin mungkin patah tulang. Apalagi ini adalah wilayah pria itu. Yang ada Gavin akan menjadi butiran debu dalam sekejap mata.

"Come here, follow me" Gavin belum sempat merespon apapun, tapi tubuhnya sudah ditarik memasuki mansion. Helmnya bahkan jatuh terbanting karena belum diletakkan dengan benar.

"Sialan banget ni orang."

Gavin bungkam dan mengumpat dalam hati.

"Ambilkan kami minum" perintah pria itu yang langsung di angguki sang maid yang menghampiri.

Gavin memilih abai lalu membuka ponselnya dan mengirimkan lokasinya pada Oliv. Gavin berpesan untuk mencarinya di sana besok kalau tidak ada kabar. Oliv iya-iya saja.

"Jordan? You okay?"

Gavin mendongak, "oh, namanya Jordan?"

Jordan mengangkat bahu, "as you can see" jawabnya acuh.

Manusia titan lain—kata Gavin—hanya berdehem lalu duduk di single sofa dekat Jordan.

"Who is he? why did you bring him here?" Gavin yang ditunjuk memilih memandang Jordan yang kini meliriknya.

"Cuma dia yang ada di lokasi. Gue pinjem motornya" Jordan kembali fokus pada ponselnya.

"that's not borrowing, dammit" rutuk lirih Gavin yang pastinya dapat mereka dengar.

"Damn, Jordan. Kenapa lo nyeret orang lain gini sih?" Gavin melirik orang itu memijat pangkal hidung.

"Terlanjur, Ed."

Ed menghela napas berat setelahnya. Gavin mengira mereka memiliki masalah yang cukup berat kali ini. Permasalahan orang kaya. Entahlah.

"Jackson baru selesai ngurus ini semua lusa. and as your responsibility, make sure he doesn't become a new target. Fuck Jordan. Why do you have to stop near the school" Ed mengumpati Jordan sembari berlalu pergi.

"fuck jordan, why do you have to stop near the school, nyenyenye" Jordan meniru kalimat Ed dengan suara kecil, mengolok-olok. Gavin hampir saja tertawa kalau saja tidak ingat ia berada di tempat asing.

"Gue—" ucapan Gavin terpotong oleh maid yang menyerahkan minuman. Jordan menoleh, lalu menyodorkan minuman itu ke wajahnya. Mau tidak mau Gavin menerima dan meminumnya.

Gavin sedikit lega dan sudah tidak tremor lagi. Berarti dia bisa pulang.

"Lo gak boleh pulang"

Wtf?!

"ok, listen to me. Sorry banget udah nyeret lo, tapi karena lo udah terseret, lo mungkin bisa jadi incaran juga. Jadi lo harus nginep disini" Jordan dengan cepat menjelaskan ketika melihat wajah masam Gavin.

"Gila ya lo?"

"Gila ya lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
top position Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang