annoyed

3.8K 311 1
                                    

Gavin menghela napasnya dengan berat untuk yang kesekian hari ini karena dihantui rumor sugar daddy yang tidak ada habisnya.

Memilih merebahkan diri si sofa basecamp basket, menunggu Oliv dan yang lain membawakannya makanan di jam istirahat ini.

Gavin bersembunyi.

Setiap sudut sekolah terasa memuakkan bagi Gavin hari ini. Hampir setiap orang membicarakannya, sungguh membuatnya malas dan jengkel.

Gavin menutupi wajahnya dengan lengan.

Sudah berapa hari ya, dirinya tinggal di mansion Jordan? Kenapa sampai sekarang Jordan juga tidak memberikan update apa-apa soal ini?

Ayahnya tidak menelepon lagi sejak malam itu. Apa pria itu tidak datang ke rumah lagi? Sejauh ini tidak ada ancaman yang berarti, haruskah Gavin pulang saja?

Gavin tersentak kecil saat seseorang telungkup di atas perutnya. Itu Leo. Dengan badan atas yang terkulai di atas perutnya, bertumpu pada kedua lutut di lantai.

"Lemes amat?"

Tangan Gavin yang tadinya menutupi wajah, turun memainkan rambut Leo. Leo menoleh dan menghela napas lelah. Gavin ingin sekali menertawakan temannya ini.

Leo bangun, memposisikan dirinya lagi. Kali ini hanya kepalanya yang sedikit menyandar pada perut Gavin.

"Motor gue masih disita~" rengek Leo dengan jari telunjuknya yang menggambar acak di atas perut Gavin.

Gavin mengernyit, "yang penting kan di antar jemput?"

"Yah, itumah gue ga masalah. Masalahnya gue ga boleh kemana-mana lagi anjir! Wifi dibatasin, vape disita, kalo ngerokok sangu di potong!"

Gavin tertawa, "lo ngapain sih emang sampe dikekang bunda gitu?"

Leo menegakkan badannya, tidak lagi terkulai lemas, kali ini memilih bersandar pada meja.

"Minggu kemaren pulang dari cafe tuh, di perempatan bank gue liat mainan bocah jatoh, gue kejar lah agak ngebut. Terus lo tau deket situ kan jalannya licin, gue hampir nabrak mobil. Ternyata itu bunda sama kliennya"

Gavin tertawa lagi sedikit lebih keras. Mengambil duduk tepat di depan Leo. Memandang geli cowok yang sedang lesu itu.

"Terima nasib aja deh. Siapa juga yang bisa bantah bunda"

Leo hanya mengangguk, sama sekali tidak bisa membantah.

,—

"Kamu ke ruangan Ed aja yaa, soalnya Jordan nggak di kantor sekarang. Kita makan siang bareng disana" tutur Ethan sembari menyodorkan tas bekal.

Ternyata hari ini Gavin pulang pukul 11.30, karena guru sedang rapat. Ethan yang menjemput karena Jordan ada kesibukan.

"Kalau ruangan Jordan belok kanan, ruangan Ed belok kiri yaa. Aku mau beli kopi dulu"

"Kenapa nggak bareng aja kak? Atau aku aja yang beli kopi" tawar Gavin sebelum lift berhenti di lantai 3.

"Gapapa, kakak yang pengen. Kamu duluan aja ke ruangan Ed"

Lift berdenting kemudian Ethan melangkah keluar meninggalkan Gavin yang menuju lantai 5.

Menuruti kata Ethan, setelah lift berdenting, Gavin berjalan ke arah kiri. Sama seperti bagian kanan yang terdiri dari sebuah ruangan besar berdinding kaca, di dalamnya seperti kantor pada umumnya, bilik-bilik meja kantor, beberapa bersekat agak tinggi.

Di ujung ruangan besar itu, ada sebuah ruangan tertutup. Maka itu adalah ruangan Ed.

Gavin mendorong pintu kaca. Seperti efek domino, ruangan yang ramai mulai hening hingga ke ujung. Gavin berdehem dan menelan ludah gugup.

"Cari siapa dek?" tanya salah satu karyawan, memecah keheningan.

Setelah itu semua orang menyibukkan diri. Walaupun beberapa sering curi-curi pandang pada Gavin. Beberapa tidak peduli. Beberapa menatapnya 'lapar'. Gavin santapan gosip yang enak siang ini.

"Oh, saya mau ke ruangannya kak Ed" jawab Gavin dengan senyum yang terpatri.

Karyawan itu melirik tas bekal yang Gavin bawa.

"Ada perlu apa ya dengan pak Eadrick? Sudah buat janji dengan beli—"

"Gavin? Come here" Ed yang baru saja keluar dari ruangannya memotong pembicaraan.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Gavin bergegas memberi anggukan dan meninggalkan karyawan itu. Segera masuk kedalam rangkulan Ed lalu keduanya masuk ke dalam ruangan.

Alih-alih menunduk dan mengekor di belakang seperti saat bersama Jordan, Gavin justru semakin menenggelamkan dirinya di dalam rangkulan Ed, merapat mencari perlindungan.

"Itu nggak sih yang rame di omongin tim B kemaren?"

"Iya kali ya? Anak SMA kan?"

"Sugar baby dari mananya deh? Adek angkat mereka kali, buktinya deket sama pak Eadrick tuh"

"Eh, jangan salah lu. Kalo emang penggoda handal gimana? Don't judge a book by its cover, woy!"

"Gila sih kalo bener. Pak Eadrick kan mau punya anak"

"Justru itu! Orang kaya mah keknya udah biasa deh cari pelampiasan, punya sugar baby gitu. Bos lama gue bahkan ganti sugar baby sepuluh kali selama gue kerja disana!"

"Anjir lu! Serius? Tau dari mana?"

"Duarius ege! Satu kantor juga tau orang ga di tutup-tutupin"

"Weh gila! Ceritain!"

"Weh gila! Ceritain!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hi!

Tolong dicatat!

Semua di buku ini bersifat fiktif ya!

Anggap aja buku itu dunia buatan author. Hehe. Jadi kalau ada yang tidak sesuai, harap maklum.

See you!

top position Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang