annual party

3.7K 314 14
                                    

Ini adalah hari Minggu kedua yang Gavin habiskan di kediaman Richardson. Gavin bahkan sudah menginjakkan kaki di seluruh penjuru mansion. Menyejukkan diri di perpustakaan ketika siang hari, menikmati udara sejuk dan lembayung senja di pinggir kolam saat sore, atau menonton film di mini theater bersama yang lain. Gavin melakukan banyak hal yang menyenangkan dalam waktu singkat ini.

"Pakai ini—" Jordan menyodorkan sebuah paperbag ke depan Gavin. Gavin menyambutnya. Mungkin ini pakaian yang dibicarakan Clarissa.

"—setengah jam cukup? Gausah buru-buru. Gue tungguin" Gavin hanya mengangguk, mengucapkan terima kasih dengan lirih lalu berbalik menuju ruang ganti.

Hari ini keluarga Richardson akan menghadiri acara pesta yang diadakan setiap akhir tahun dan mereka mengajak Gavin. Ini pesta yang biasanya dihadiri oleh Leo dan Oliv. Gavin pernah mendengarnya.

Pesta akhir tahun ini diadakan dan dihadiri oleh konglomerat-konglomerat kelas menengah hingga atas. Dilaksanakan secara tertutup dan ber privasi tinggi. Karena tujuannya hanya untuk saling mengeratkan tali sosial. Pesta ini juga dimanfaatkan sebagai pelepas penat di akhir tahun.

Tahun ini, pesta diadakan dan dikelola oleh keluarga Mahardika. Keluarga Adnan, manager sekaligus pemilik dari cafe tempat Gavin bekerja. Itu sebabnya cafe tutup dari kemarin lusa. Adnan sibuk mengurus pesta.

Gavin memandang dirinya sendiri dalam balutan turtleneck berwarna cream, dilapisi blazer yang berwarna senada dan celana kain dengan warna sedikit lebih gelap. Rambut short mullet with bangs itu kini ditata open curtain, memperlihatkan sedikit dahi Gavin yang lebih sering tertutup poni.

Gavin menjilat bibir bawahnya yang mengkilap. Damn, dia merasa percaya diri malam ini.

Setelah memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, Gavin keluar dari kamar dan pergi menuju lantai satu.

Mereka semua sudah berkumpul di ruang tengah, kecuali Dave. Gavin tidak melihat batang hidung pria itu mungkin sejak kemarin. Dave memang terlihat begitu sibuk sehingga Gavin jarang bertemu.

Gavin melihat Jordan yang berjalan dari arah dapur. Mengenakan kemeja cokelat gelap nyaris hitam dan jas cokelat tua. Adalah outfit yang sudah sering Gavin lihat, tapi dengan gaya rambut slick back entah kenapa membuat Jordan lebih tampan dari biasanya.

Gavin merasa tersipu, meskipun seluruh keluarga Richardson bernuansa warna cokelat malam ini, paduan warna miliknya dan Jordan terlihat serasi.

"Is it okay if I introduce you as my partner today?"

Gavin menoleh secepat kilat pada Jordan. Mereka sudah berada di dalam mobil menuju lokasi pesta dengan mobil yang terpisah-pisah.

Gavin tidak sadar ternganga selama beberapa detik. Kemudian mengalihkan wajah seiring dengan pipi yang bersemu.

"Apa nggak berlebihan? Doesn't harm me, tapi bukannya merugikan lo kalau publik menilai lo punya partner kaya gue?"

Jordan menukikkan alis, "what do you mean by 'partner kaya gue'?"

Gavin terkekeh kecil, "gue bukan siapa-siapa, Jo. Our backgrounds are not the same, kita nggak setara. Dan nggak mungkin semua orang nggak mempertanyakan asal usul gue yang ternyata broken home dengan ayah problematik. Lo pun tau itu"

Jordan meraih dan menangkup pipi Gavin sebelum anak itu mengalihkan pandangan lagi.

"Who can judge my partner? Whoever my partner is, I don't care"

Gavin mengangguk dan menjauhkan tangan Jordan dari wajahnya.

"Okay then"

"Lagian partner for today doang, Vin. Ngapain juga Jordan mikirin siapa gue?" batin Gavin dengan wajah mengarah ke luar jendela mobil sepenuhnya. Tidak menyadari bahwa Jordan selalu mencuri pandang sepanjang perjalanan.

,—







"Selamat datang Richardson family~ senang sekali kita bisa bertemu kembali di pesta akhir tahun seperti ini" Adnan menyapa keluarga Richardson yang memasuki ruangan pesta dengan ceria.

"Wah, Adnan! Lama tidak bertemu, sayang! Apa kabar?" sambut Clarissa dengan antusias, segera menyambut tangan Adnan lalu mereka berpelukan.

"Sangat baik, Tante. Mama saya ada di lantai dua kalau Tante ingin bertemu" Clarissa mengangguk dengan senyum cantik yang terpatri.

"Kamu kelihatan lebih bersinar, Nan. Perusahaan bikin kamu begitu kesulitan ya?," Andrew mendekat ke Adnan dan menepuk bahu pria itu.

"Wah, lebih seperti saya yang menyulitkan perusahaan sih, om" kekeh mengudara, Andrew menepuk bahu Adnan beberapa kali di sela tawanya kemudian pamit akan pergi dengan Clarissa untuk menyapa yang lain.

"Silakan dinikmati jamuan saya hari ini. Selamat bersenang-senang!" Adnan melambaikan tangan kecil dan dibalas oleh Clarissa. Adnan terkekeh, lalu kembali fokus pada mereka yang masih tinggal.

"Hai bro!—" Adnan menepuk lengan Ed, lalu menoleh pada Ethan, "—lama nggak ketemu udah gede aja perut lo"

Ethan terkekeh, "dua bulan lagi nih. Tinggal menunggu kabar baik dari lo aja, Nan"

"Oh iya! Gue kenalin nanti! Kalian nikmati pesta dulu aja lah. Kalau capek bisa melipir ke kanan ya"

Gavin mengangkat tangannya untuk ikut melambai kecil ketika dia bertemu tatap dengan Ethan yang berjalan menjauh. Gavin memasang senyum canggungnya, menunggu Adnan menyadari bahwa dirinya turut hadir dalam pesta. Bersama keluarga Richardson. Disamping si bungsu Jordan yang setia melingkarkan lengan di pinggang.



 Disamping si bungsu Jordan yang setia melingkarkan lengan di pinggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


terima kasih votenya 🙇🤧💗

top position Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang