baby fever

4.7K 368 25
                                    

Avi menatap Leo dengan penuh binar. Leo terkekeh gemas.

"Hnn, ini puunya Avii! Jatuh pi Papa teyepon teyuss!" sungut Avi dengan alis mengkerut, marah pada sang Papa karena waktu itu mengabaikan Avi dan sibuk menelpon terus.

"Kok bisa, Yo?" heran Gara. Abhim menyimak sembari fokus mengemudi.

"Gue nemu di perempatan bank itu, Gar. Gue susul tapi ga ke kejar, yaudah gue bawa. Ternyata punya Aviii" suara Leo mengecil di akhir karena gemas pada Avi, mencubit lembut pipi Avi yang tersenyum lebar.

"Kok ga ke kejar? Lo kan jago kebut-kebutan"

Abhim melirik kaca spion tengah, "saya juga ga ngebut kayanya" imbuh Abhim karena seingatnya malam dimana Avi mulai tantrum, Abhim tidak memakai car seat. Seperti kata Avi juga, Abhim sibuk menelepon.

"Yah gimana mau ke kejar orang gue hampir nabrak mobil nyokap gue sendiri" Leo terlihat murung sekian detik, namun kembali ceria, menguyel-uyel pipi Avi yang juga terlihat ceria memeluk boneka cinnamorollnya.

"Terus disita nih motor lo?" Gara terkekeh saat Leo mengangguk dengan bibir tercebik.

"Makasih ya Leo, akhirnya ketemu juga mainan kesayangan Avi. Saya gatau kalau ternyata itu yang dimaksud. Saya pikir itu kelinci."

"Bukan keyincii!" pekik Avi marah membuat ketiga orang di dalam mobil terkekeh gemas.

"Ini mau saya antar ke mana, Leo?"

"Oh iya! Hehe. Ke griya Mintaka, bang"

"Mmana?" Avi menoleh pada sang ayah meskipun percuma karena terhalang oleh kursi.

"Kita mengantar om Leo pulang dulu ya sayang.." jawab Abhim lembut tanpa tau itu memicu tangis Avi kembali.

"Puyang?" ulang Avi dengan bibir mencebik hendak menangis lagi.

"Nda boyeh puyangg!!" rengek Avi diikuti air mata yang mulai mengalir membasahi pipi.

Mau tidak mau Leo mengikuti kemauan Avi untuk ikut bersama bocah itu ke rumahnya setelah semua bujuk rayu tidak mempan. Leo sebetulnya tidak terlalu keberatan juga tidak tega pada anak kecil. Avi bahkan memeluk Leo dengan erat. Matanya yang mengantuk terus kembali terbuka karena takut lengah.

"Sini, Avi turun dulu, om Leonya gabisa turun" bujuk Abhim ketika mereka telah sampai di kediaman Byron itu. Avi menggelengkan kepalanya, wajahnya ia sembunyikan di dada Leo.

"Avi turun dulu biar om Leo bisa turun. Om Leo kakinya sakit loh itu"

Mendengar itu, Avi baru mau merenggangkan pelukannya pada Leo kemudian mengulurkan tangannya pada Abhim.

"Bisa jalan nggak? Gendong lagi?" tanya Gara saat Leo meringis merasakan nyeri di kakinya. Belum sempat menjawab, Avi memekik lagi. Melarang Gara menggendong Leo.

"Nda boyehhh!!" Avi mendorong kaki Gara, menjauhkan cowok itu dari hadapan Leo.

"Loh gimana sih cil? Kaki om Leo sakit itu loh. Gabisa jalan"

Avi melipat tangannya, cemberut menggembungkan pipi, mengalihkan pandangan tidak ingin melihat Gara.

"Masih bisalah ini gue jalan sendiri, gapapa"

"Makin parah loh nanti, Yo" ujar Gara serius sekaligus menakuti sang ponakan.

"Papa aja yang gendong om yeo!" ucap Avi dengan semangat membuat ketiganya terbengong.

Berakhir dengan Abhim yang benar-benar menggendong Leo.

Mata Leo bergerak gelisah menatap asal kemana saja. Abhim menggendongnya ala bridal. Wah, kenapa orang ini tidak berpikir untuk menggendongnya di belakang saja, sih? Kalau dengan Gara, Leo tidak masalah. Leo mengenal cowok itu. Tapi dengan Abhim begitu canggung dan asing.

Sementara Avi menggiring Gara ke dapur, memaksa pamannya itu membuatkan jamuan untuk Leo, Abhim menurunkan Leo di sofa ruang tengah. Sudut bibirnya naik, melihat ujung telinga Leo yang memerah.

"Kamu suka anak kecil ya?" tanya Abhim membuat Leo yang tadinya mengalihkan pandangan kemana saja kini menoleh padanya. Leo mengangguk antusias.

Lucu. Bagaimana ya mendeskripsikan Leo ini? Tingkahnya unik. Mudah sekali teralihkan. Seperti seekor kucing ketika melihat titik merah laser.

"Saya kasih mau?"

"Hah? Bang Abhim mau ngasih Avi ke saya?"

Abhim terkekeh, "Bukan... saya kasih yang baru. Yang mirip kamu."

Leo tiba-tiba tersedak air liurnya sendiri.

,—




Setelah pembicaraan tentang kesalahan pahaman Gavin itu, Gavin terus menghindari Jordan. Mereka setidaknya harus berjarak lima langkah!

Demi keselamatan jiwa Gavin!

Entahlah. Gavin sendiri merasa kesal. Gavin tidak bisa lagi menatap Jordan seperti biasa. Aneh!

Setelah makan malam, seperti biasanya Gavin berada di lift yang sama dengan Jordan, menuju kamar masing-masing. Tapi kali ini cukup aneh. Gavin terlihat selalu menghindarinya.

Apa Gavin masih salah paham perkara Camilla, sang mantannya itu tadi sore?

Gavin bahkan terlihat begitu bergegas pergi ketika lift berdenting. Itu tidak seperti mereka harus cipika-cipiki lebih dulu, sih. Tapi tetap saja sikap Gavin aneh.

Atau hanya perasaan Jordan saja ya? Mari kita lihat besok. Jika memang begitu, Jordan mungkin harus bicara lagi dengan Gavin. Jordan tidak akan membiarkan sesuatu sekecil apapun mengganggu pikiran pemuda itu.

 Jordan tidak akan membiarkan sesuatu sekecil apapun mengganggu pikiran pemuda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leo meongku kayanya kmu harus lari dari Abhim yang cabul itu 😭

Bjir gue gemes sendiri deh dengan agenda perkucingan ini. Gavin sama Leo tuh anak kucing kembar! LUTUNAAA 😭😭😭😭😭😭

top position Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang